Ketika Rasulullah SAW berada di Madinah, terdapat kaum Yasyrik yang menggunakan dua hari khusus untuk berpesta-pesta dan bersenang-senang semata. Kedua hari tersebut dinamakan hari An-Nairuz dan hari Al-Mahrajan.
Konon, hari itu telah ada sejak zaman Jahiliyah dulu sehingga menjadi sebuah tradisi yang melekat pada orang Madinah kaum Yasyrik.
Rasulullah yang mendengar perayaan tersebut, tertuntut untuk mencari tahu ihwal dua hari tersebut kepada orang-orang Madinah.
“Wahai Rasul pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan dan kepuasan kita, dan kita akan menjadikan hari ini menjadi sebuah tradisi kita karena hari ini suda ada sejak zaman kaum Jahiliyah”.
Rasulullah pun kaget dan seketika menyuruh mereka berhenti melakukan hal yang tidak bermanfaat. Kemudian Rasulullah berkata kepada kaum Yasyrik tersebut dan terekam dalam sebuah hadis yang dikutip dalam kitab Fiqh Madzahib Al-Arbaah:
ﻋَﻦْ ﻋَﻨَﺲٍ رَﺿِﻲ اﷲُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎل: ﻗَﺪِم رَﺳُﻮْل اﷲِ ﺻﻠﻌﻢ اﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔ, وَﻟَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻣَﺎنِ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮْن ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ. ﻓَﻘَﺎل رَﺳُﻮْل اﷲِ ﺻﻠﻌﻢ: ﻣَﺎ هَﺬَا ﻳَﻮْﻣَﺎنِ؟ ﻗَﺎﻟُﻮا: آُﻨﱠﺎ ﻧَﻠْﻌَﺒُﻮْن ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﻓِﻰ اﻟﺠَﻬِﻠِﻴﱠﺔ. ﻓَﻘَﺎل رَﺳُﻮْل اﷲِ ﺻﻠﻌﻢ: إِنﱠ اﷲَ ﻗَﺪْ أَﺑْﺪَﻟَﻬُﻤَﺎ ﺧَﻴْﺮًا ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻳَﻮْمُ اﻷَﺿْﺤَﻰ وَﻳَﻮْمُ اﻟﻔِﻄْﺮ. (رواﻩ اﺑﻮداود(
“Diriwayatkan dari ‘Anas RA berkata : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang di dalamnya mereka berpesta-pesta dan bermain-main di hari itu pada masa jahiliyah . Lalu Beliau SAW bersabda : Apakah dua hari itu? Mereka berkata: pada hari itu kami berpesta-pesta dan bermain-main dan ini sudah ada sejak zaman jahiliyah dulu. Maka Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.” (HR. Abu Daud)
Dalam kitab Bulugh Al-Maram, ada sebuah hadis pula yang hampir sama dengan hadis di atas tentang sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri, sebagai penguat sumber-sumber tentang sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri.
Sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri tersebut, dijadikan sebagai landasan dasar teologi untuk mengubah hari yang tidak baik menjadi hari yang sangat baik yang di dalamnya penuh dengan keberkahan.
Wallahu A’lam.