Sejarah Hagia Sophia: Dari Gereja, Masjid, Museum, Dikembalikan Erdogan Jadi Masjid

Sejarah Hagia Sophia: Dari Gereja, Masjid, Museum, Dikembalikan Erdogan Jadi Masjid

Sejarah Hagia Sophia dari sudut pandang arsitektur, dari masa kekaisaran Byzantium, Kesultanan Ottoman, sampai Turki modern.

Sejarah Hagia Sophia: Dari Gereja, Masjid, Museum, Dikembalikan Erdogan Jadi Masjid
Hagia Sophia, ditetapkan kembali menjadi masjid. (photo: Pixabay)

Kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid mengundang reaksi dari masyarakat internasional, dengan sebagian mendukung dan menolak keputusan tersebut. Terlepas dari reaksi netizen, warga internasional, dan sikap tiap negara, sejarah Hagia Sophia menempuh yang sangat panjang. Hagia Sophia jadi menjadi saksi kejatuhan dan kebangkitan dinasti penguasa Turki.

Hagia Sophia dalam bahasa Turki disebut Ayasofya sedangkan dalam bahasa latin adalah Sancta Sophia. Nama Hagia Sophia artinya adalah kebijaksanaan sesuai peruntukan bangunan tersebut sebagai rumah ibadah. Pada tahun 360 Masehi, Kaisar Byzantium, Constantinus I, memerintahkan pembangunan awal Hagia Sophia sebagai sebuah gereja untuk umat Kristen Ortodoks Yunani di Konstantinopel. Awalnya gereja ini beratapkan kayu.

Arsitek Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari Tralles dan Isidorus dari Miletus. Berkat tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan Hagia Sophia muncul sebagai simbol puncak ketinggian arsitektur Byzantium. Kedua arsitek ini membangun Gereja Hagia Sophia dengan konsep baru. Hal ini dilakukan setelah orang-orang Byzantium mengenal bentuk kubah dalam arsitektur yang dipengaruhi peradaban Islam, terutama dari kawasan Suriah dan Persia. Keuntungan praktis bentuk kubah yang dikembangkan dalam arsitektur Islam ini, terbuat dari batu bata yang lebih ringan daripada langit-langit kubah orang-orang Nasrani di Roma, yang terbuat dari beton tebal dan berat, serta mahal biayanya.

Pada 404 Masehi, bangunan Hagia Sophia terbakar untuk pertama kalinya akibat kerusuhan yang terjadi di sekitar bangunan tersebut. Kerusuhan itu diakibatkan konflik politik antar keluarga Kaisar Arkadios yang kemudian menjadi penguasa pada 395-408 AD.

Karena bangunannya yang rusak akibat terbakar, Hagia Sophia direncanakan untuk direnovasi. Maka pada tahun 415 Masehi, struktur kedua Hagia Sophia selesai dibangun oleh Kaisar Theodosis II yang merupakan penerus Arkadio. Bangunan baru ini memiliki lima nave (tempat bangku-bangku umat) dan jalan masuk yang khas dengan atap terbuat dari kayu.

Sayang sekali, Hagia Sophia terbakar kedua kalinya pada tahun 532 Masehi dalam peristiwa Revolusi Nika atau Nika Revolt. Revolusi tersebut adalah bentuk perlawanan terhadap Kaisar Justinian I yang memerintah pada 527-565. Saat itu Hagia Sophia masih menjadi bangunan penting penganut Ortodoks Yunani.

Akibat terbakar untuk kedua kalinya, masih di tahun yang sama, Kaisar Justinian memerintahkan penghancuran Hagia Sophia karena kondisinya yang terlalu rusak parah. Dia memerintahkan pembangunan kembali gereja tersebut dengan menunjuk arsitek Isidoros (Milet) dan Anthemios (Tralles).

Pembangunan ketiga Hagia Sophia selesai dalam lima tahun dan ibadah pertama dilakukan pada 27 Desember 537 Masehi. Saat itu Kaisar Justinian mengatakan, “Tuhanku, terima kasih atas kesempatan membangun sebuah tempat ibadah.”

Hagia Sophia melanjutkan perannya yang sangat penting dalam politik dan sejarah Byzantium, termasuk menjadi saksi Perang Salib. Wilayah Konstantinopel termasuk Hagia Sophia sempat berada di bawah kekuasaan Romawi untuk waktu singkat. Kekaisaran Byzantium dikisahkan berhasil menguasai kembali kota tersebut walaupun Hagia Sophia kembali rusak.

Pada 7 Mei 558 M, di masa kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh terkena gempa. Kemudian, pada 26 Oktober 986 M pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025) juga kembali terkena gempa. Akhirnya, pada awalan abad ke-14 dilakukan renovasi besar-besaran agar tidak terkena gempa lagi.

Keistimewaan kubah ini terletak pada bentuk kubahnya yang besar dan tinggi. Ukuran tengahnya 30 meter, tinggi dan fundamentalnya 54 meter. Interiornya pun dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni dan dindingnya dihiasi ukiran.

Pada 29 Mei 1453, Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih). Penaklukan inilah yang menjadi cikal bakal pergantian nama Konstatinopel menjadi Istanbul. Suatu ketika, Sultan turun dari kudanya dan bersujud syukur pada Allah SWT, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan agar gereja tersebut diubah menjadi Masjid Aya Sofia yang dikemudian hari digunakan untuk melakukan shalat berjamaah, shalat Jumat, dan kegiatan keagamaan umat Islam lainnya.

Karena orang-orang Turki yang beragama Islam cukup arif, maka ketika Gereja Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid pada 1453 Masehi, Pada masa Sultan Murad III, pembagian ruangnya disempurnakan dengan mengubah bagian-bagian masjid yang masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan menutupi hiasan-hiasan asli yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan tulisan kaligrafi Arab.

Altar dan perabotan-perabotan lain yang dianggap tidak perlu, juga dihilangkan. Begitu pula patung-patung yang ada dan lukisan-lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat dan semen. Lantas selama hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid.

Hingga pada 1937, Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Sehingga mulailah proyek pembongkaran Hagia Sophia, dimulai dari dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen. Museum Hagia Sophia tercatat menarik minat sekitar tiga juta wisatawan tiap tahun. Karena sejarah dan keunikannya, Hagia Sophia ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1985.

Sejak saat itu, Masjid Aya Sofia, yang sudah berubah menjadi museum tersebut, dijadikan salah satu objek wisata yang terkenal oleh pemerintah Turki di Istanbul. Nilai sejarah Hagia Sophia terbalut gaya arsitektur Byzantium yang indah memesona.

Karakter arsitektur Byzantium menunjukkan pengembangan dari tiga periode utama. Pertama, 330-850 M termasuk masa permerintahan Justinian; Kedua, 850-1200 M termasuk dalam dinasti Macedonia dan Comnenia; Ketiga, 1200 M hingga saat ini. Karakter arsitektur juga terpengaruh oleh budaya lokal, seperti yang terlihat di Turki, Italia, Yunani, Macedonia, Armenia, Syria, rusia Serbia, dan Prancis.

Isu mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid mulai hadir seiring dengan munculnya kesadaran sebagian masyarakat akan peran penting Dinasti Ottoman. Setelah bertahun-tahun isu tersebut diperbincangkan, masyarakat Turki dan internasional akhirnya akan menyaksikan kembali penanda sejarah Hagia Sophia menjadi masjid dengan ibadah pertama, yaitu shalat Jumat, yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Juli 2020.