Kalau saya di Banyuwangi, Pantai Muncar, merupakan tempat menampung ikan tangkapan para nelayan. Setiap acara sedekah laut, doa bersama dan penghiasan terhadap perahu, sangat meriah. Ada banyak keindahan, keceriaan, dan rasa syukur yang diungkapkan.
Sementara, saya di Yogyakarta, tinggal di daerah yang setiap tahun mengadakan sedekah bumi, dengan diawali doa bersama, membawa makanan yang dibagi bagikan, diakhiri wayang kulit.
Ekspresi yang menunjukkan, betapa syukur kepada Allah yang Maha Pemurah, Ya Wadud, Ya Mannan, Ya Hannan, diwujudkan dalam bentuk sedekah dan memohon doa kepada Allah. Sedekah kepada hewan-hewan laut; juga kepada orang lain dalam bentuk segala jenis makanan, adalah ekspresi syukur kepada Allah.
Bukankah amal-amal tergantung niatnya. Nabi sendiri bersabda tentang sedekah kepada hewan: “Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)” (Riwayat Al-Bukhari, dalam Al-Jami ash-Shahih, No. 2363).
Nabi Muhammad juga bersabda “Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit” (Riwayat Imam At-Tirmdzi, No. 1924).
Sedekah bumi dan sedekah laut, adalah tradisi di dalam masyarakat kita. Kalau tidak kita, siapa lagi yang akan merawat.