Secukupnya Untuk Hidup Efektif Seperti Ajaran Islam

Secukupnya Untuk Hidup Efektif Seperti Ajaran Islam

Secukupnya Untuk Hidup Efektif Seperti Ajaran Islam

Mesin yang bagus adalah yg efektif. Faktor ini selalu dibicarakan, lebih-lebih di awal kemunculan mesin uap. Efektif adalah kondisi keseimbangan antara konsumsi bahan bakar dengan kerja yang dihasilkan. Stephen R. Covey Menyebut efektif adalah keseimbangan antara Produksi (P) dan Kapasitas Produksi (KP).

Misal sebuah mesin kendaraan diproyeksikan dapat menempuh jarak 12 kilo dengan 1 liter bahan bakar, saat kenyataannya benar-benar menempuh 12 kilo untuk 1 liter bahan bakar, barulah mesin itu dikatakan bekerja secara efektif.

Dengan menggunakan definisi kinerja mesin, manusia juga bisa dikatakan efektif atau tidak dari seimbangnya seseorang melakukan konsumsi dan produksi.

Kita bisa merefleksikan keadaan ini dengan menengok hadits berikut:

Abdullah bin Umar meriwayatkan: Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Jika seseorang membunuh burung pipit atau sesuatu yang lebih besar tanpa alasan yang benar, maka Allah SWT akan menuntut pada hari kiamat.” Ditanyakan, “Ya Rasulullah, apakah alasan yang benar itu?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “Alasan yang benar adalah engkau menyembelihnya untuk makanan. Janganlah engkau memotong kepalanya lalu membuangnya begitu saja.” (Sunan Nasa’i hadits ke 4445)

Hadis ini berbicara tentang hidup tidak boleh semena-mena, serampangan, secukupnya, dan sadar atas apa yang dilakukan, dan itulah yang kita butuhkan untuk menjadi manusia yang efektif. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi atau memproduksi. Pun juga tidak kurang dalam mengkonsumsi dan memproduksi.

Semuanya seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Tuhan sudah menciptakan makhluk dengan berbagai perannya. Ada yang bertugas sebagai pemroduksi oksigen, ada yang sebagai sumber karbohidrat dan ada yang sebagai pengatur alam semesta/perpanjangan tangan Tuhan di bumi.

Ada beberapa hewan yang diproyeksikan Tuhan untuk dimakan, sehingga tupoksi hewan itu di dunia ya menjamin makhluk lain berkecukupan makan, dalam hadits ini terlihat burung pipit menempati pos itu.

Sehingga kita ndak bisa lantas hanya bermain-main, membunuh, dan membuang hewan yang perannya adalah untuk dikonsumsi makhluk lain. Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan adalah mengkonsumsinya dan menempatkan dia benar-benar sesuai tupoksinya.

***

Tadi saya katakan manusia bisa efektif ketika seimbang antara mengkonsumsi dan memproduksi. Kurang lebih kalau diilustrasikan seperti ini:

Dalam konteks mengkonsumsi, kalau kita merasa bahwa makan dengan nasi sebanyak 1 piring cukup, ya tentu kita tidak perlu sampai lebih dari 1 piring.

Dengan 1 piring itu, energinya dapat digunakan untuk bekerja selama 6 jam, misal, dan kita benar-benar bekerja 6 jam. Ya itulah efektif.

Ya meskipun tentu kita juga perlu sadar bahwa manusia tidak selalu sekaku itu. Karena manusia juga bisa galau dan overthinking, yang mana hal-hal semacam ini ya butuh energi, sehingga kerjanya ndak jadi 6 jam juga.

***

Terdapat sebuah benang merah yang jelas antara hidup efektif dan apa yang diajarkan hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar ini, yakni hidup itu memerlukan kesadaran. Sadar bahwa hidup tidak boleh berlebihan, sadar bahwa perlu menyeimbangkan antara produksi dan konsumsi, dan sadar harus menunaikan tupoksi makhluk yang ada di bumi.

Burung pipit diberi mandat sebagai sumber makanan, dan dari hadits itu jelas bahwa kita tidak boleh membunuhnya yang diluar niat sebagai makanan. Bukankah ini berarti bahwa Islam juga mewanti-wanti agar kita tidak menjadi bagian umat yang memproduksi food waste?

Tentu ini sangat visioner, modern ini isu food waste menjadi perbincangan global karena menjadi sumber banyak mudharat. Sejak 2020, pada tanggal 29 September diperingati sebagai hari kesadaran internasional tentang kehilangan pangan dan pengurangan limbah. Hal ini mulai diresmikan Majelis Umum PBB pada 19 Desember 2019.

Kalau dilacak, kenapa PBB melakukan hal ini adalah karena kejadian yang mudah sekali ditemui, yakni banyaknya kelaparan di muka bumi ini. Sementara limbah makanan juga sering kali ditemukan di tempat pembuangan sampah.
Ada sebagian saudara kita yang untuk mencukupi kebutuhan pertama dari diagram need Maslow saja kesusahan, tetapi yang lain ada yang membuang-buangnya.

Sehingga wajar saja redaksi, dan tentu semangatnya, adalah menumbuhkan kesadaran bahwa jangan kita buang-buang makanan.
Nadanya benar-benar persis antara apa yang diwasiatkan Nabi Muhammad sejak ratusan tahun lalu dengan yang dikampanyekan PBB.

Selain efisiensi, secukupnya, dan tidak buang-buang makanan, satu lagi kesadaran yang perlu dimunculkan adalah preventif dalam memproduksi gas rumah kaca.

Sejatinya, dengan kita tidak buang-buang makanan, kita sebenarnya sedang tidak memproduksi gas rumah kaca.
Beberapa gas rumah kaca yang akan diproduksi saat kita hidup tidak efektif, berlebihan saat makan, dan muaranya buang-buang makanan adalah CO2 dan CH4.

CO2 sering terilis saat proses produksi, pengiriman, dan pengolahan. CO2 akan rilis dari mesin yang digunakan untuk membajak sawah, truk yang mengangkutnya dari ladang ke pasar, dan saat ia diolah jadi beragam hidangan.

Sementara CH4 akan rilis saat dia sudah ada di tempat pembuangan. Ironiya gas CH4 (metana) ini lebih berbahaya dari CO2.
***
Pada akhirnya, baik kita mau ikut petuah Nabi Muhammad atau PBB, keduanya sama-sama mengajak kita untuk sadar akan hidup itu perlu secukupnya dan efektif.

Dan urusan kesadaran ini cukup diawali dengan yang sederhana dengan menyadari siapa kita? Apa yang kita butuhkan? Dan berapa yang kita butuhkan?

Sehingga kita akan menjadi manusia efektif, tidak ada food waste yang terilis percuna. Karena dengan menyia-nyiakan makanan, Tuhan juga tidak rela.

Wallahu A’lam.