Bagi umat muslim dekatnya bulan Ramadhan menjadi salah satu momentum baik yang dinanti-nantikan. Sebab pada bulan ini terdapat keistimewaan-keistimewaan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan yang lain. Pahala ibadah dilipat gandakan, kebahagiaan saat ifthar (berbuka puasa), kebahagiaan saat bertemu dengan Rabb-nya sebagaimana telah disebutkan dalam Hadis qudsi riwayat Muttafaq Alaihi.
Maka sebelum kita benar-benar memasuki bulan ramadan sangatlah baik jika di bulan Syaban ini mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan membangun semangat dan kebiasaan. Dua modal ini sangat penting untuk disinergikan menjadi pola berperilaku sebelum menuju Ramadhan sebagai bukti kesiapan diri.
Sebagian orang mungkin hanya bermodalkan semangat. Sebabnya, pada sepuluh hari pertama bulan Ramadan ia sangat antusias dalam melakukan amal ibadah: membaca Al-Quran setiap selesai shalat wajib, shalat fardhu rutin dilakukan berjamaah dan seterusnya.
Tetapi saat menuju sepuluh hari yang kedua semangat tersebut mulai hilang. Setelah selesai shalat fardhu tidak lagi dilanjutkan dengan kegiatan membaca Al-Quran, malah langsung mengambil ponsel pintar dan main game dengan alibi agar tidak terasa sudah tiba waktu berbuka. Itupun shalat fardhu dilakukan di rumah dan tidak berjamaah.
Begitu juga, pada sepuluh hari pertama saf shalat tarawih penuh sampai belakang. Menuju sepuluh hari berikutnya saf mengalamai kemajuan, terus maju bahkan tersisa satu saf saja. Saf shalat yang perlahan berkurang seperti ini menandakan bahwa semangat di awal Ramadhan tidak bisa berlangsung hingga Ramadhan berakhir.
Hal ini terjadi tidak lain karena hanya bermodalkan semangat tanpa menanam kebiasaan sebelumnya, terutama bagi orang yang belum terbiasa.
Nah, atas sebab ini diperlukan untuk membangun dan mensinergikan semangat dan kebiasaan sebelum Ramadhan tiba, agar setelahnya benar-benar nyaman dengan segala macam ibadah, bahkan setelah Ramadhan selesai semangat melakukan ibadah masih terus berlanjut.
Empat hal berikut ini perlu kiranya menjadi prioritas dan diperhatikan dalam membangun semangat dan kebiasaan baik sebelum Ramadan maupun ketika sedang melakukan puasa Ramadhan.
Pertama, Shalat jamaah. Agar semangat melaksanakan shalat berjamaah terus berlanjut hingga hari-hari setelah Ramadhan, perlu membangun kebiasaan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Jika hal ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara istiqamah, InsyaAllah dalam bulan Ramadan juga akan terlaksana, begitu juga akan berlanjut di hari-hari setelahnya.
Kedua, Membaca Al-Quran. Tidak perlu terlalu banyak, yang paling penting adalah istiqamah, baik satu lembar atau tiga lembar, yang jelas harus punya komitmen dan batasan dalam menghatamkan bacaan Al-Quran, baik dalam satu bulan ataupun lebih.
Ketiga, sedekah. Hal ini menjadi kegiatan yang sulit dilakukan jika tidak benar-benar biasa. Itulah penting kiranya untuk membangun kebiasaan dengan bersedekah apapun yang kita milik, baik harta atau tenaga. Hal ini jika sudah menjadi kebiasaan, maka pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya akan mudah dilakukan.
Keempat, menjaga pola makan. Biasanya setelah waktunya berbuka semua makanan yang ada di hadapan kita ingin disantap sebagai pelampiasan, alasannya karena sudah tidak makan selama sehari.
Hal ini tentu sebuah kesalahan. Akibatnya, ketika hendak melaksanakan shalat tarawih merasa berat, karena badan sudah berisi penuh dan sulit bergerak. Maka seharusnya berbuka sekedarnya saja. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita agar tidak berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
Bagian pertama dan kedua adalah pola relasi kita sebagai hamba terhadap Allah. Yaitu menata diri dengan melakukan ibadah dengan baik. Sedangkan ketiga dan keempat adalah relasi kita terhadap sesama manusia dan diri sendiri. Berbagi adalah amal mulia terhadap sesama, sedangkan menjaga pola makan adalah cara efektif merawat kesehatan.
Wallahu A’lam.