Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-2 Habis]: Kritik Terhadap Sayyid Utsman

Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-2 Habis]: Kritik Terhadap Sayyid Utsman

Bupati Jawa dan Maduri berterima kasih kepada Sayyid Ustman, karena sudah menulis doa untuk Ratu Wilhelmina. Mereka juga menyebarluaskan doa itu di wilayah kerjanya masing-masing.

Sayyid Utsman bin Yahya Mendoakan Ratu Wilhelmina [Bag-2 Habis]: Kritik Terhadap Sayyid Utsman
ARSIP

Tulisan sebelumnya tentang naskah, isi, dan terjemahan doa Sayyid Utsman klik di sini

Reaksi Terhadap Doa Sayyid Utsman

Sebagian besar Bupati Jawa dan Maduri berterima kasih kepada Sayyid Ustman, karena sudah menulis doa untuk Ratu Wilhelmina. Mereka juga menyebarluaskan doa itu di wilayah kerjanya masing-masing. Doa Sayyid Utsman tidak hanya dibacakan dalam masjid, tetapi juga pada kegiatan yang lain, misalnya festival berbagi makanan di Kota Inten yang diperuntukkan untuk penduduk lokal, kegiatan ini diawali dengan membaca doa karangan Sayyid Utsman, kemudian seluruh peserta mengamininya.

Doa ini juga disambut baik oleh Sayyid Umar bin Hasan bin Ahmad Aydit, ketua warga Arab di Batavia. Dia bahkan mengirim telegram khusus kepada Ratu Wilhelmina untuk mengabarkan kalau doa itu juga dibacakan dalam kegiatan keagamaannya.

Meskipun demikian, kritik atas doa Sayyid Utsman tidak terelakan. Disebutkan oleh Niko Kaptein, harian Locomotief terbitan 8 September 1898 memberitakan bahwa:

“Beberapa hari lalu, dua orang Arab tampak memusuhi otoritas kita, mungkin mereka yang familiar dengan berbagai laporan di majalah-majalah turki yang mengembuskan semangat itu. Mengemukakan ke muka publik tentang ketidaksetujuan mereka pada doa yang dipanjatkan oleh Sayyid Utsman kepada Ratu kita.”

Sayangnya tidak disebutkan secara spesifik siapa nama orang yang mengkritik Sayyid Utsman. Yang dinyatakan dalam berita hanya orang Arab dan kemungkinan terpengaruh dari majalah Turki, besar kemungkinan yang dimaksud majalah Pan-Islamisme. Ini menunjukkan bahwa yang mengkritik Sayyid Utsman dalam konteks doa ini adalah orang Arab sendiri, terutama yang termakan propaganda Pan-Islamisme.

Niko Kaptein menduga kuat bahwa kritikan terhadap Sayyid Utsman semakin tak terbendung karena relasinya kurang baik dengan pendukung gerakan Pan-Islamisme dari kalangan Arab atau yang lain. Dia dikritik bukan sematas masalah doa, tetapi juga menggugat posisinya sebagai agen pemerintah kolonial. Sebagian surat kabar afiliasi Pan-Islamisme menyebutnya sebagai agen pemerintah kafir.

Perlu diketahui, yang membacakan doa untuk Ratu Wilhelmina tidak hanya Sayyid Utsman. Niko Kaptein menyebut beberapa kegiatan misalnya, tanggal 31 Agustus pernah diadakan perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina di kantor Gubernur Jenderal Batavia, C.H.A Van Der Wijck.

Ada banyak tokoh penting diundang dalam acara ini, semisal Susuhunan Solo, Sultan Yogyakarta, Sultan Deli, Sultan Pontianak, Sultan Langkat. Semua yang hadir di sini, dari perwakilan kesultanan tersebut, mengucapkan doa untuk kesejahteraan Ratu Wilhelmina dan pemerintahannya. Dari sekian banyak acara dan orang yang terlibat dalam mendoakan Ratu Wilhelmina, hanya Sayyid Utsman yang dipermasalahkan dan dikritik. Ini semakin menguatkan asumsi Niko Kaptein bahwa akar masalahnya bukan terletak pada doa semata, tetapi lebih kepada gesekan Sayyid Utsman dengan aktivis Pan-Islamisme.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Niko Kaptein, gesekan Sayyid Utsman dengan beberapa orang Arab di Batavia sudah terjadi sebelumnya, tetapi tidak ada yang  berani mengkritik secara terbuka. Namun situasinya berubah setelah kedatangan Konsulat Ottoman di Batavia, Kamil Bey. Dia dikenal sebagai orang yang sangat keras menentang pemerintahan Belanda. Konsisten dengan sikapnya itu,  dia tidak mau hadir ke acara peringatan pelantikan Ratu Wilhelmina.

Kamil Bey menerbitkan majalah Al-Ma’lumat. Salah satu topiknya mengangkat perlakuan diskriminasi yang diterima orang Arab di nusantara atas ketidakadilan pemerintah Belanda. Kamil Bey juga tidak suka terhadap Sayyid Utsman, karena tidak mau berkolaborasi dengan agendanya.

Pernah suatu kali, Kamil Bey berencana untuk mengirim anak muda Arab ke Istanbul untuk mendukung Pan Islamisme, tetapi rencana pengiriman itu digagalkan oleh Sayyid Utsman. Tiba-tiba dia mengumpulkan pemuka Arab Batavia untuk mendiskusikan pendirian sekolah. Menurut Sayyid Utsman, kalau anak-anak itu kembali dari Istanbul, isi kepalanya kosong dan hanya dihiasi dengan fez yang indah serta dibarengi dengan sikap memusuhi pemerintahan kita.

Lantaran masalah ini, relasi Kamil Bey dan Sayyid Utsman semakin memburuk. Tidak mengherankan bila Sayyid Utsman menjadi objek serangan pendukung Pan-Islamisme. Doa terhadap Ratu Wilhelmina menjadi momentum yang sangat pas untuk mengkritik dan menggugat kredibilitas Sayyid Utsman. Salah satu tokoh Arab yang paling keras mengkritik Sayyid Utsman saat itu adalah Sayyid Thaha al-Haddad.

Polemik yang menyeret Sayyid Utsman ini juga mendapat perhartian dari ulama luar. Rasyid Ridha dalam al-Manar menulis kritikan khusus terhadap Sayyid Ustman. Begitu pula Syekh Ahmad al-Khatib al-Minangkabau, dia menulis buku untuk membantah argumen Sayyid Utsman tentang mendoakan penguasa non-muslim.

Sementara Salim bin Ahmad bin Ali bin Umar al-Mihdar, ulama dari Hadhramuat, mendukung Sayyid Utsman. Dikutip dari Niko Kaptein bahwa dia menerima laporan dari alawi dan sayyid yang mengkritik Sayyid Utsman tentang doa kepada ratu. Salim bin Ahmad mengatakan bahwa apa yang dilakukan itu bertentangan dengan syariat. Dan juga doa itu tidak bisa  serta-merta dianggap sebagai pengakuan tergadap kekuasaan penguasa kristen, tetapi lebih kepada usaha berbuat baik kepada pemerintah yang sudah berbuat baik kepada umat Islam.

Sayyid Utsman membela dirinya sendiri dengan menulis risalah kecil. Judulnya, Mas’alah fi al-Dhu’a li-ghairil muslim wa huwa walliyul amri fil buldan allathi fiha muslimin. Buku ini berisi dalil yang menguatkan pandangannya soal kebolehan mendoakan pimpinan non-muslim.

Dilihat dari judulnya, buku ini ditulis dalam bahasa Arab. Ini menjadi bukti kuat, menurut Niko Kaptein, bahwa yang ingin disasar Sayyid Utsman melalui buku ini  adalah pengkritiknya dari kalangan Arab yang menyebarkan rumor dan berita palsu tentang dirinya.