Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sungguh, yang paling aku khawatirkan menimpa kalian (umat Nabi Muhammad SAW) syirik kecil. Lalu Sahabat bertanya “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, Duhai Rasul”, Rasulullah SAW menjawab, “Riya, kelak di hari kiamat amalan manusia akan diberikan balasannya, dan Allah akan mengatakan kepada mereka (pelaku riya), “Pergilah kalian kepada orang yang kalian harapkan pujiannya sewaktu kalian hidup di dunia dan lihatlah apakah kamu mendapati pahala dari mereka?” (H.R Imam Ahmad)
Menurut Imam Al Ghazalli (w. 505 H) Riya adalah amalan yang dikerjakan oleh seseorang untuk mencari kedudukan di hari seorang manusia dengan memperlihatkan amal kebaikan, baik dengan amal shaleh yang nampak maupun amal shaleh yang samar.
Karena sangat bahayanya penyakit riya ini membuat sebagian orang-orang beriman merasa khawatir akan terkena penyakit ini, kekhawatiran itu muncul disebabkan, riya merupakan penyakit hati yang sangat halus atau samar, sehingga sangat sulit dideteksi jika tidak melakukan perenungan hati yang mendalam.
Seorang ‘arif billah berkata “Aku, bersungguh-sungguh untuk menghilangkan penyakit riya dari hatiku dengan segala upaya. Saat aku menghilangkannya dari satu arah, tumbuh riya itu dari arah yang lain dan (terkadang) dari arah yang tak aku sangka.”
Ada beberapa cara yang diajarkan oleh Ulama ahli hikmah agar seorang murid (orang yang sedang proses menuju Allah) terjaga dari penyakit riya’, misalnya jika bersedekah maka diusahakan agar orang yang ada disekitarnya tidak mengetahuinya, atau jika beribadah sunah maka diusahakan jangan sampai ada orang yang mengetahui perihal ibadahnya tersebut, dan lain sebagainya.
Disamping, ajuran-ajuran ulama di atas, sebenarnya ada hadis yang menjelaskan tentang doa permohonan ampunan dan perlindungan dari syirik besar (yang dapat menyebabkan kekafiran) dan dari syirik kecil (riya).
Disebutkan dalam kitab al adabul mufrad karya Imam Bukhari (w. 256 H)
Dari Ma’qil bin Yasar, dia berkata “Aku pergi bersama Abu Bakar al-Shidiq untuk menjumpai Rasulullah SAW, lalu Beliau SAW bersabda “Duhai Abu Bakar, Sungguh syirik dalam diri kalian lebih samar jika dibandingkan dengan pergerakan seekor semut.”
Lalu, Abu Bakar Al-Shidiq bertanya, “Bukankah syirik adalah perbuatan orang yang menjadikan sesembahan selain Allah Ta’ala ?”, Dijawab oleh Nabi Muhammad SAW, “Demi Dzat yang jiwa ku berada di genggaman-Nya (kekuasan-Nya), sungguh syirik itu lebih samar daripada pergerakan seekor semut. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu apabila kalian mengucapkannya akan hilang darimu syirik sedikit (maksudnya riya’) dan syirik banyak (menyembah berhala)?” Beliau SAWcbersabda
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
Artinya : Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik kepada-Mu (menyekutukan Allah) di saat aku mengetahui dan aku memohon ampunan dari syirik kepada-Mu (riya) di saat aku tidak mengetahui.
Hadis di atas memberikan pelajaran kepada kita, bahwa kita dianjurkan memohon perlindungan kepada Allah dari syirik besar yang nyata bentuk perbuatannya, seperti halnya menyembah berhala, menyekutukan Allah, mempercayai dukun, dll. Dan memohon ampunan dari segala perbuatan amal shaleh yang dikerjakan dengan bersamaan riya (mencari kedudukan di hati manusia).
Semoga Allah Ta’ala memberikan perlindungan-Nya kepada seluruh umat Islam dari bahaya Riya.