Kitab Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah adalah salah satu karya KH. Hasyim Asy’ari yang cukup masyhur dan dikaji pada beberapa tempat khususnya di kalangan Nahdliyin. Awalnya, kitab tersebut dicetak dalam bentuk sahifah (lembaran), kemudian belakangan dicetak dalam bentuk antologi (kumpulan), bahkan dilengkapi juga dengan makna gandul ala pesantren. Isinya pun cukup segar untuk dikaji, terlebih pembahasan tentang sunnah dan bid’ah yang menimbulkan banyak perbedaan bagi kalangan tertentu. Terdapat juga pembahasan tentang kematian, tanda-tanda kiamat, dengan disertai hadis-hadis pada setiap bahasannya.
Tidak ada penyebutan secara eksplisit perihal latar belakang penulisan kitab, namun secara implisit terkandung dalam tujuan penulisannya yaitu “agar bisa menjadi nasihat bagi siapapun yang mengkajinya”.
M. Ishom Hadziq berpendapat bahwa di tengah-tengah kaum muslim sedang terjadi percampuradukan antara hak dan bathil. Fatwa bermunculan dari setiap orang yang pemahamannya sangat terbatas. Karenanya, kaum muslim sangat membutuhkan panduan tentang akidah-akidah yang shahih ala ahl as-sunnah wa al-jama’ah. Tujuannya agar umat Islam jauh dari kebodohan dan kesesatan serta agar menjadi kaum yang harmonis antara perkataan dan perbuatan. Berangkat dari hal tersebut, kemudian lahirlah sebuah kitab yang bernama Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah fi Hadis Al-Mauta wa Asyrat as-Sa’ah wa Bayani Mafhum As-Sunnah wa Al-Bid’ah.
Secara umum, metode yang digunakan dalam kitab Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah adalah dengan cara mengutip dan menjelaskan sebuah hadis guna memperjelas pembahasan pada setiap hadis-hadisnya. Sedangkan metode dalam mengutip hadisnya, yaitu : menyebutkan hadis dengan menuliskan matan hadisnya saja, menyebutkan hadis dengan menuliskan matan dan juga mukharrij hadisnya, menyebutkan hadis dengan menuliskan sanad, matan hadis dan juga mukharrij hadisnya.
Perihal hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah, tidak seluruhnya bersumber dari al-kutub at-tis’ah. Dalam Shahih Bukhari berjumlah 10 hadis, Shahih Muslim berjumlah 5 hadis, Sunan at-Tirmidzi berjumlah 10 hadis, Sunan Abu Daud berjumlah 3 hadis, Sunan Ibnu Majah berjumlah 3 hadis, Musnad Ahmad berjumlah 8 hadis, Imam Malik berjumlah 3 hadis. Sedangkan dalam kitab Sunan an-Nasa’i dan kitab Sunan ad-Darimi tidak dijumpai hadis yang terdapat dalam kitab Risalah. Perihal hadis lain yang tidak bersumber dari al-kutub at-tis’ah, diantaranya dikutip dari riwayat Ibnu as-Sakir, Ibnu Sirrin, ad-Dailami, dan Tabrani.
Walaupun tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab Risalah Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah bersumber dari al-kutub at-tis’ah, akan tetapi, secara umum kualitas hadis-hadis tersebut adalah shahih dan bisa dijadikan sebagai hujjah. Terlepas dari adanya beberapa hadis yang dianggap dho’if. Karena jika dilihat dari segi matannya, tidak ada matan hadis yang bertentangan dengan al-Qur’an, bertentangan dengan hadis yang lebih kuat dan bertentangan dengan akal sehat.
Wallahu A’lam