Presiden Turki, Racep Tayyep Erdogan telah menandatangani dekrit untuk mengubah kembali status Hagia Sophia menjadi masjid. Keputusan ini diambil hanya beberapa jam setelah Pengadilan Tinggi Turki membatalkan status Hagia Sophia sebagai Museum yang telah ditetapkan oleh Kabinet Turki sejak 1934.
Dekrit tersebut ditandatangani Presiden Erdogan pada Jumat (10/7) dan menyerahkan kepada Kementerian urusan Agama, menyatakan Hagia Sophia terbuka bagi umat Muslim untuk beribadah.
Manuver terbaru Erdogan ini tidak datang secara tiba-tiba. Erdogan sudah mengindikasikan wacana untuk mengubah kembali status situs bersejarah tersebut menjadi masjid sejak bertahun-tahun silam.
Erdogan, yang didukung oleh partai AKP yang berhaluan Islamis, sering menjadikan Hagia Sophia sebagai instrumen politik untuk menggalang dukungan partainya yang berlandaskan Islam. Sebelumnya, Erdogan telah berjanji untuk mengembalikan situs tersebut menjadi masjid, tetapi mengatakan pemerintahnya akan menunggu keputusan Pengadilan Tinggi sebelum mengambil langkah-langkah mewujudkan janjinya.
Dalam sebuah gestur simbolis, Erdogan pernah membacakan surat Al-Fatihah di Hagia Sophia pada bulan Maret tahun 2018 dalam sebuah acara. Presiden Erdogan mengajak para tamu yang hadir pada pembukaan acara pesta seni untuk turut membaca surat Al-Fatihah. Pembacaan surat tersebut ditujukan kepada “semua arwah yang meninggalkan bangunan ini sebagai warisan, khususnya bagi para penakluk Istanbul”.
Pengadilan Tinggi Turki menggelar sidang pada tanggal 2 Juli sebelum akhirnya membatalkan dekrit Kabinet 1934 pada Jumat (10/7). Pembatalan ini berdasarkan tuntutan yang diajukan oleh sebuah LSM di Istanbul, Asosiasi Yayasan Berkelanjutan untuk Artefak Sejarah dan Lingkungan, yang meminta pembatalan keputusan Dewan Kabinet pada 1934,
Di bawah Kekaisaran Bizantium, Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun. Setelah Kekaisaran Ottoman menaklukkan Istanbul pada 1453, situs bersejarah ini diubah menjadi masjid oleh Sultan Muhammad II, dan beralih fungsi menjadi masjid selama 500 tahun.
Di tengah masyarakat Turki yang terbelah antara Islamis dan sekuler, Hagia Sophia memang menjadi bahan perbincangan dan perdebatan. Kelompok nasionalis dan konservatif telah lama mendesak supaya situs ini dibuka untuk kegiatan keagamaan. Desakan ini dikarenakan anggapan bahwa situs tersebut adalah warisan sejarah Turki Utsmani. Sementara kelompok lain mendukung supaya tetap dijadikan museum, sebagai simbol jembatan antara Islam dan Kristen.
Meski dibayangi kecaman dari luar negeri (terutama Amerika Serikat dan Yunani) dan komunitas Kristen, pemerintah Turki tidak akan menanggalkan simbol dan ikon-ikon Kristen yang telah ada di dalam bangunan tersebut. Dilansir oleh Anadolu Agency, juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin menyatakan Hagia Sophia tetap menjadi warisan yang dimiliki dunia, dan akan terus terbuka untuk turis dari seluruh dunia.