Sesuai judulnya, buku “Ikut Membangun Demokrasi; Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil Presiden” (2004) ini merekam pemikiran dan pengalaman Gus Sholah di ranah politik. Di dalam buku setebal 230 halaman ini, disajikan 10 judul tulisan, khususnya pandangan dan alasan beliau ikut kontestasi Pilpres 2004. Pilihan yang diniatkan untuk berkontribusi membangun demokrasi Indonesia pasca reformasi.
Terkait hal ini, setidaknya ada tiga hal menarik. Pertama, kita akan mendapati alasan mengapa Gus Sholah memutuskan ikut menjadi Cawapres pasangan Wiranto-Salahuddin di Pilpres 2004. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Di antaranya ialah harus mengundurkan diri dari Komnas HAM dan PBNU. Dua ladang khitmah yang sudah bertahun-tahun digelutinya.
Kedua, buku terbitan Pustaka Indonesia Satu Jakarta ini akan mengantarkan kita melihat secara detail sepak terjang Gus Sholah saat terjun di ranah politik praktis. Banyak kisah menarik yang didokumentasikan di dalamnya. Kita akan merasakan bagaimana Gus Sholah berkomitmen menghadirkan politik yang santun, beretika, bertanggung jawab, dan setia kepada undang-undang dan Pancasila.
Hal ini dapat kita simak saat Gus Sholah menyikapi hasil kekalahan di putaran pertama. Pasangan Wiranto-Salahudin memberikan contoh bagaimana mekanisme hukum harus dijalankan. Ketika ada sengketa hasil pemilu, maka harus diselesaikan melalui gugatan ke MK. Proses ini merupakan investasi bagi pematangan demokrasi Indonesia.
Ketiga, kita akan melihat detail pandangan Gus Sholah mengenai demokrasi. Dalam pandangan beliau, bukanlah demokrasi jika yang mengambil manfaatnya hanya para elit. Demokrasi harus memberikan manfaat nyata bagi semua warga negara. Karena itu, demokrasi harus terus menerus dibangun dan dimatangkan. Harapannya akan tercipta pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.