Rencana Aksi 22 Mei dan Tipu Daya Politik

Rencana Aksi 22 Mei dan Tipu Daya Politik

Rencana Aksi 22 Mei justru membuat segalanya buruk

Rencana Aksi 22 Mei dan Tipu Daya Politik

 

Ketika menulis ini, KPU hampir merampungkan penghitungan suara hasil Pilpres 2019. Paslon 01 memperoleh suara sekitar 55 % dan 44 %. Hampir bisa dipastikan, paslon 01 akan akan ditetapkan sebagai pemenang dalam sidang isbat pada 22 Mei mendatang.

Pendukung paslon 02 sendiri sebelumnya menyatakan menang 62% sebelum akhirnya dikoreksi menjadi 54%. Anehnya, mereka terus teriak pemiu curang dan mengancam akan mengepung KPU pada 22 Mei mendatang.

Saya senang dengan pernyataan sejumlah tokoh. Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Naser minta kepada warga Muhammadiyah agar tidak ikut aksi 22 Mei. Din Syamsudin juga tidak mau ikut dalam aksi 22 Mei, meski –seperti biasa– pernyataanya selalu bersayap.

Bagaimana dengan NU? Sikap NU sudah terlalu jelas. Bukan hanya menolak aksi 22 Mei dan minta kalau ada kecurangan ditempuh melalui jalan konstitusional, NU melalui Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan sudah mengisntruksikan 5 juta Banser agak siaga jika diminta bantuan aparat keamanan.

Kalau NU dan Muhammadiyah sikapnya sudah sangat jelas, lantas siapa yang akan akasi 22 Mei? Apakah parpol pengusung paslon 02? Ternyata tidak. Partai Demokrat yang sejak awal tampak setengah hati mendukung Prabowo tampak semakin jauh, kalau tidak dibilang sudah balik badan. Bahkan Ferdinan Hutahean yang semula getol mendukung Prabowo, menyatakan berhenti dan mundur dari BPN Paslon 02.

Bagaimana dengan PAN? Gestur politik Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum, tampaknya akan menerima putusan KPU. Bahkan dalam sebuah kesempatan buka puasa bersama, Zulkifli Hasan memberi ucapan selamat kepada Kiai Ma’ruf Amin sebagai bentuk pengakuan kalau paslon yang dia dukung kalah

PKS tampaknya juga tidak terlalu ngotot. Hardliner PKS tidak lagi terdengar memberi pernyataan menolak pilpres dan akan menggerakkan massa ke KPU.

Partai Gerindra bisa dibilang sebagai satu-satunya partai yang setia mengawani Prabowo. Ini sangat bisa dipahami karena Gerindra “milik” Prabowo. Namun sikap politisi Gerindra juga masih tetap terukur pernyataannya.

Pendukung Prabowo yang paling berisik adalah eksponen PA 212 yang kekuatan intinya adalah FPI dan eksponen HTI. Kita tentu paham kalau FPI dan eks HTI mati-matian melawan Jokowi. Karena itu, bisa dikatakan, kalau tanggal 22 Mei akan ada demo besar, demo ini bukan demo partai politik pendukung paslon 02 –karena mereka lebih rasional– tapi demo kelompok radikal yang mendompleng Prabowo.

Rencana aksi 22 Mei dibayang-bayangi aksi anarkhi dan kekerasan. Polisi berhasil menangkap sekitar 68 teroris yang sudah berencana meledakkan bom dalam aksi itu. Para teroris akan menfaatkan situasi itu untuk membuat keadaan lebih kacau. Namun demikian, Polisi tidak bisa memastikan apakah semua jaringan bisa dilumpuhkan. Hal yang dikhawatirkan jika masih ada jaringan teroris yang belum berhasil ditangkap dan berhasil meledakkan bom.

Polisi juga merazia sejumlah kendaraan yang bergerak ke Jakarta. Dalam salah satu kendaraan yang berhasil dirazia, ditemukan bom molotov. https://regional.kompas.com/read/2019/05/20/19114181/bawa-molotov-3-mobil-elf-rombongan-peserta-aksi-22-mei-diamankan-polisi. Jika ini benar, berarti aksi 22 Mei memang sudah disetting untuk rusuh. Mereka ingin keadaan menjadi tidak terkendali dan aksi anarkhis akan dilakukan.

Saya mengapresiasi langkah polisi menangkap beberapa orang yang dianggap memprovokasi suasana. Eggi Sujana ditangkap polisi. Demikian juga dengan Leus Sangkharisma, seorang Budhis yang terus ikut ijtima’ ulama. Kivlan Zen yang semua lantang juga sempat diinterograsi polisi dan sekarang sudah melunak.

Masyarakat? Saya yakin, masyarakat yang masih waras dan pikirannya belum terkotori dengan kebencian, akan berpikir seribu kali ikut aksi 22 Mei. Di samping aksi tidak akan mengubah keputusan KPU, mereka juga rentan jadi korban. Mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali hanya lelah. Apakah ini jihad? Omong kosong!

Jadi, aksi 22 Mei itu bukan aksi parpol pengusung paslon 02, tapi aksi orang-orang sakit hati yang mendompleng Pilpres dan memanfaatkan Prabowo. Prabowo pasti tahu hal itu.

Wahai rakyat Indonesia, jangan mau dikorbankan atau menjadi korban dari orang-orang yang gelap mata. Ajari mereka untuk taat konstitusi dan hukum. Saya hanya bisa berdoa, kalaupun ada aksi 22 Mei, semoga berjalan damai. Kalau ada yang bikin rusuh, aparat kemanan jangan pernah ragu untuk mengambil tindakan hukum.

Saya yakin, Indonesia yang kita cintai akan selamat dari situasi yang mencemaskan ini.