Bulan Ramadhan merupakan salah satu momen yang tepat untuk menambah lingkaran pergaulan. Pasalnya, di bulan ramadhan banyak orang yang gemar melakukan berbagai kegiatan bersama. Mulai dari kegiatan buka bersama, reuni, hingga berbagai kegiatan sosial lainnya. Oleh karena itulah bulan Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk menambah lingkaran pertemanan.
Meskipun demikian, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperhatikan lingkungan pergaulannya. Umat Islam hendaknya memperhatikan dengan siapa mereka bergaul, dan di mana mereka mendapatkan lingkungan pergaulan tersebut. Pasalnya umat islam harus sangat berhati-hati dalam bergaul, terlebih jika masih belum mampu membedakan mana kawan yang baik dan kawan yang buruk. Mengapa harus sedemikian rupa diperhatikan?
Dalam buku Me+God = Enough karya Ahmad Rifa’i Rif’an disebutkan bahwa Allah telah menegaskan kriteria sahabat yang harus diakrabi oleh umat Islam. Kriterianya bukanlah orang yang ramah, namun harus orang yang bertakwa. Sebab jika tak memperhatikan ketakwaan, persahabatan yang dijalin bisa saja membawa kepada kemudharatan. Saat berteman di dunia sangatlah akrab, namun bisa jadi saat di akhirat justru saling bermusuhan.
Sebagaimana Allah berfirman, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran ketika Alquran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 27-29)
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa dijadikan sahabat akrab. Sehingga selektif dalam bergaul pun wajib dilakukan. Untuk itu, pilihlah sahabat yang shaleh dan shalihah sebab mereka akan senantiasa berusaha menasehati sahabatnya untuk tetap istiqomah dalam kebaikan dan kebenaran. Selain itu seseorang pasti akan mengikuti agama sahabatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, “Orang itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat.” (HR. Tirmidzi)
Pertemuan dengan orang-orang yang bertakwa tentu akan menambahkan energi rohani yang besar saat berinteraksi dengan mereka. Mereka dapat membuat para sahabatnya tetap mengingat Allah di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh dengan permasalahan hidup. Seperti halnya ketulusan persahabatan antara Sa’ad ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Saat itu, Sa’ad yang merupakan penduduk Madinah rela membagi dua hartanya dengan Abdurrahman yang baru saja hijrah dari Mekkah. Namun Abdurrahman menolak tawaran tersebut dengan lembut.
Kelak sahabat akan menjadi bekal di dunia maupun di akhirat. Sebab berteman dengan orang-orang yang bertakwa akan membuat diri bercahaya saat di akhirat kelak. Di sekitar Arsy-Nya, para nabi dan syuhada melihat orang-orang dalam menara cahaya yang wajahnya bercahaya dan pakaiannya pun terbuat dari cahaya. Para Nabi dan syuhada pun bertanya pada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.” (HR. Tirmidzi)
Allah bahkan berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)
Dalam islam, persahabatan tidak hanya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dunia semata. Namun juga untuk meningkatkan ketaatan dengan Allah dan menjadi sebaik-baiknya bekal di akhirat kelak. Oleh karena itu, manfaatkanlah momentum bulan Ramadhan untuk mendapatkan teman yang bisa menjadi bekal di dunia dan akhirat kelak.