Ragam Kisah Perempuan dalam Al-Qur’an, Ada yang Baik dan Jahat Sama Kayak Laki-laki

Ragam Kisah Perempuan dalam Al-Qur’an, Ada yang Baik dan Jahat Sama Kayak Laki-laki

Siapa bilang perempuan dalam Al-Qur’an itu dinomor duakan, ternyata tidak sesederhana itu. Perempuan dalam banyak kisah juga sama dengan lelaki

Ragam Kisah Perempuan dalam Al-Qur’an, Ada yang Baik dan Jahat Sama Kayak Laki-laki
Ilustrasi: Arab Women is a painting by Aeich Thimer

Selain berisi tentang tauhid, hukum-hukum syariah, Alquran juga berisikan tentang kisah-kisah (qishoh). Kisah-kisah ini yang kemudian menjadi hikmah atau ibrah untuk kehidupan seseorang. Di dalam buku karya Prof Dr Zaitunah Subhan, Al-quran dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam Penafsiran (2015), penulis mencatat ada 19 nama perempuan yang dimensyen oleh kitab suci al-Quran, beserta kisah-kisahnya.

Di antaranya ada nama Hawa (istri nabi Adam), Sarah (ibunda Nabi Ishaq), Hajar (Ibunda Nabi Ismail), Zulaikha (istri Nabi Yusuf), Asiyah (istri Fir’aun), Ratu Bilqis (Ratu negeri Saba’), Khodijah (istri Rasulullah), Hindun (istri Abu Lahab), dan lain-lain, hingga menjadi satu surat tersendiri: Maryam (ibunda Nabi Isa).

Banyaknya nama-nama perempuan beserta kisahnya di sini sangat menarik, ada rahasia apa sih hingga Allah Swt melalui wahyu yang diturunkan kepada malaikat Jibril ini menyebut banyak kisah-kisah tentang sosok perempuan di dalam al-Quran?

Hemat saya, karena perempuan adalah makhluk yang sangat dimuliakan oleh Allah Swt (special being). Sebagaimana yang kita ketahui ketika banyak hukum dalam alquran yang dikhususkan untuk perempuan—mulai soal warisan, reproduksi, cara berpakaian, hingga pernikahan—itu bukan karena mereka itu kaum lemah dan banyak kekurangan, akan tetapi karena Allah sangat peduli dan sayang kepada kaum perempuan.

Dalam bukunya, Zaitunah Subhan (2015) menegaskan, bahwa perempuan tidak harus selalu manut, sendiko dawuh. Perempuan perlu ilmu dan kecerdasan untuk melakukan sesuatu. Tidak mengekor dan mengikuti tanpa dasar ilmu pengetahuan. Perempuan juga harus kritis, mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai seorang hamba Tuhan, sebagai istri, ibu, atau sebagai anak.

Berbagai Kisah Perempuan dalam Al-qur’an

Dari kisah-kisah perempuan dalam al-Quran, kita bisa mengambil ibrah dan hikmah seperti apakah sosok mereka? Mengutip Zaitunah Subhan (2015), setidaknya ada 5 tipe perempuan. Pertama, tipe pejuang. Tipe pejuang ini ia memiliki ketangguhan, kemandirian,dan kepribadian yang kuat (terutama soal keimanan atau ketauhidan kepada Allah Swt), ia bahkan tegar menghadapi kedzaliman suaminya yang mengaku sebagai Tuhan, hingga doanya itu diabadikan di dalam alquran. Berikut doa Asiyah:

رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”.

Kedua, tipe perempuan salihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili oleh Maryam binti Imran. Kita banyak tahu tentang sosoknya bukan? bahkan tidak hanya umat Islam saja yang memuliakannya, menghormatinya. Hal ini karena ia benar-benar menjaga kesuciannya itu dari perbuatan haram, zina. Bahkan namanya menjadi satu surat tersendiri di dalam al-Quran. (Lihat, QS. Maryam ayat 19).

Sosok Maryam ini mengajarkan kepada kita bahwa kecantikan itu tidak dinilai dari kamu mau pakai skincare merek apa, tetapi innerbeautynya yang menjadikan ia dimuliakan oleh Allah Swt.

Di dunia, pasti ada yang hitam adapula yang putih, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang salih/ah, adapula yang jahat. Alquran pun mengabadikan sosok perempuan yang jahat atau tidak baik itu. Seperti apa sosoknya?

Pertama, tipe penghasut atau tukang fitnah. Tukang kompor atau lambe turah. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Bahkan, alquran menjulukinya dengan sebutan “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah (lihat, QS. Al-Lahab ayat 1-5). Kayu bakar adalah gambaran bahwa dia suka ngomporin atau manas-manasin orang lain, membalikkan fakta, dengan cara hasud atau dengki. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa manakala diucapkan oleh Hindun. Dan, bersama suaminya, ia kompak menentang dakwah Rasulullah Saw.

Kelak, sejarah juga membuktikan, Hindun akhirnya jadi salah satu pahlawan dan menjadi pembela Islam terdepan setelah bertaubat.

Kedua, tipe perempuan penggoda. Hal ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Dia tidak bisa menjaga syahwatnya, tak kuasa melihat ketampanan Nabi Yusuf, hingga akhirnya di tengah suasana yang sepi, dia menjebak Nabi Yusuf dalam suatu ruangan, ia tutup pintu dan jendela dan berkata, kemarilah Yusuf, ke sini. Tapi apa jawaban Nabi Yusuf? “Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tiada beruntung” (lihat, QS. Yusuf ayat 23).

Kalau kamu pasti ndak kuat ya mblo kalau ada perempuan yang begituin kamu? Malah bilang: wah rejeki nomplok nih!

Ketiga, tipe penghianat. Pengkhianat ada yang baik ada juga yang buruk. Satu hal yang pasti, ini sifat yang tidak mutlak dimiliki perempuan. Laki-laki juga sama kok.

Nah, di Al-Qur’an ada kisah ini, perempuan yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti Fir’aun, Allah Swt justru memujinya (lihat, QS, At-Tahrim: 11). Dan tentu saja, kepada suami yang model Firaun ini, menjadi menjadi pembelajaran penting. Istri tidak lagi hanya jadi nomor dua dan suami tidak lantas jadi nomor pertama. Istri bisa melawan atau tidak taat kepada model seperti Fir’aun ini.

Lalu, secara bersamaan Allah Swt mengecam kepada perempuan yang tidak taat kepada suaminya yang salih. Tipe ini diwakili oleh Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth. Disaat suaminya berjuang, eh dia malah berkhianat, menentang dakwahnya, dan kabur. Lalu Allah Swt memberikan azab kepadanya.

Iya, kisah ini sudah terjadi ribuan tahun yang lalu, terkait sosoknya. Tetapi karakter, sifat, dan kepribadian yang dimilikinya ada hingga kini. Dan itu Abadi.

Tinggal kita lebih memilih tipe perempuan yang mana? Tipe baik atau buruk, semua ada konsekuensinya masing-masing. Karena apa yang ditanam akan kita tuai. Hal ini tidak hanya berlaku kepada perempuan saja, tetapi juga kepada laki-laki. Jadi, kalau sampai hanya menyiutkan peran perempuan dan mengganggap sebagai sampingan, bahkan di bawah laki-laki.

Semoga Allah Swt selalu melindungi setiap langkah kita untuk menjadi pribadi yang baik dan mendapatkan ridho dari-Nya. Aamiin.

 

*Artikel ini hasil kerjasama Islami.co dan RumahKitaB*