Beberapa bulan yang lalu di awal juni, dunia tersentak. Perempuan muda relawan kesehatan, tertembak mati tentara Israel saat ia berlari menuju perbatasan timur kota Gaza dalam upaya menolong korban. Pahlawan kemanusiaan yang gugur itu adalah Razan al-Najar. Sehari setelah kejadian (Sabtu 2/6), ribuan rakyat Palestina mengikuti pemakamannya.
Saat pemakaman Razan, beberapa siaran radio dan televisi Palestina dan beberapa negara sekutunya secara berulang-ulang memutar lagu berjudul We Will Not Go Down (2009) ciptaan Michael Heart. We Will Not Go Down adalah salah satu dari beberapa lagu yang menceritakan tentang Palestina.
Tak bisa dipungkiri keberadaan musik memiliki peranan penting dalam menyampaikan peristiwa-peristiwa yang tak tersentuh indra dan logika. Mendengarkan bait-bait nada tentang Palestina, kita dapat sejenak meratapi, menitihkan air mata dan menyemai doa untuk Palestina. Kadang kala, bait-bait nada justru mampu menyentuh hati dibandingkan dengan foto maupun gambar.
Konflik berkepanjangan Israel-Palestina menjadi narasi-narasi yang berujung pada pada terciptanya lirik-lirik bernada. Konflik Israel-Palestina bukan sekadar adu fisik dan kekuatan, akan tetapi ada hal paling elementer yang dikorbankan yakni kemanusiaan dan cinta kasih. Rasa kemanusiaan seolah tercabik-cabik dan para musikus pun mengeja bait-bait sendu nada-nada Palestina.
Nada-nada Palestina yang diejawantahkan dalam bait-bait We Will Not Go Down, seolah mengajak pendengarnya merasakan curhatan hidup serta penderitaan masyarakat Palestina. We Will Not Go Down bukan satu-satunya lagu yang menceritakan kepiluan dan penderitaan Palestina. Terdapat lagu-lagu dengan tema serupa. Seperti Palestine Will Be Free yang dibawakan oleh Maher Zain, Song For Palestine oleh Pink Floyd, Long Live Palestine oleh Lowkey, Children of War Abdullah Rolle, Freedom For Palestine One World, dan Forever Palestine oleh Sami Yusuf.
Nada-nada kemanusiaan serta penderitaan Palestina yang diinterpretasi melalui musik oleh beberapa musisi dunia ini merupakan bentuk ikhtiar dan perjuangan yang sama di saat sastrawan melawan kesewenang-wenangan lewat puisi dan karya sastra lainnya. Karya para musisi tadi seolah menjadi pusparagam nada-nada Palestina bagi semua orang yang empati kepada nasib segenap rakyat Palestina. Nada-nada semacam ini merupakan salah satu bentuk dari rasa kemanusiaan serta persaudaraan.
Ternyata nada-nada pilu Palestina tak hanya disuarakan oleh musisi mancanegara saja. Di Indonesia sendiri terdapat grup musik asal Semarang, Jawa Tengah bernama Nasida Ria. Grup musik ini eksis di tahun 90-an dengan membawakan lagu yang benuansa religi. Grup musik ini menciptakan lagu berjudul Damailah Palestina (2000). Lagu ini berisi tentang pertumpahan darah yang terjadi di Palestina dan seruan perdamaian sebagaimana yang diajarkan oleh semua agama.
Selain grup musik Nasida Ria, ada grup musik Indonesia yang di awal agustus lalu merilis cover lagu Atouna El Toufouli melalui channel youtubenya. Grup musik itu adalah Sabyan Gambus. Grup musik islami yang tengah populer ditengah masyarakat. Lagu-lagu seperti Deen As-Salam, Ya Habibal Qolbi, Ya Jamalu, Rohman Ya Rohman, Ya Asyiqol Musthofa sering diputar oleh berbagai kalangan, mulai dari kaum muda hingga kaum tua.
Awal agustus yang lalu melalui channel youtube Sabyan Channel, grup musik ini merilis hasil cover lagu berjudul Atouna El Toufouli. Lagu ini menceritakan kerinduan anak-anak Palestina dan Suriah akan kedamaian yang selama ini dirampas. Mereka rindu akan suasana hari raya yang indah dan damai.
Itu tadi merupakan bentuk karya musisi yang dimana melalui musik mereka menyuarakan perdamaian dan menolak segala macam kekerasan. Kemudian karya-karya itu membentuk pusparagam nada-nada palestina yang akrab di telinga kita. Musik menjadi saksi sebuah tragedi kemanusiaan, yang dinarasikan melalui nada dan lirik bersenandung pilu.
Melalui musik, kita seolah dekat dengan Palestina. Dengan lirik dan nada, kita mewariskan kisah-kisah hari ini kepada generasi mendatang tentang perjuangan, doa, dan tetesan air saudara-saudara kita di Palestina. Melalui musik, Palestina adalah kisah-kisah kemanusiaan dalam pusparagam nada yang terus menyala.
Wallahu A’lam