Baru saja panggilan telpun masuk ke HP. Orang di ujung sana bertanya tentang Islam Nusantara. Mengapa ia dibid’ahkan oleh sementara orang dan disiar-siarkan oleh yang lain? Lalu sang penelpun minta penjelasan yang ringkas dan sederhana.
Jawabnya:
Tidak salah orang yang mengatakan bahwa Islam satu. Di dalam al-Qur’an pun dinyatakan bahwa Nabi-nabi membawa pesan Islam yang sama. “Setiap Nabi beriman kepada Allah, Kitab-kitab-Nya dan para Utusannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Demikianlah tertulis dalam surat 2/al-Baqarah: 285. Akan tetapi Islam dipraktekkan dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda, di dalam lingkup budaya yang beragam. Esensinya, hakekatnya yang paling dalam tetap satu, tapi tampilan luarnya mengalami perubahan dan penyesuaian dengan keadaan yang berbeda-beda.
Tampilan yang berbeda-beda itu tidak menghilangkan esensi dasarnya, melainkan menambah bunga-bunga keindahan dalam taman kemanusiaan. Membenturkan satu tampilan dengan tampilan lain, selain tidak bermanfaat justru akan memperkurus kebongsoran yang sebenarnya inheren dalam setiap budaya yang berkembang. Usaha untuk membuat yang satu dominan atas yang lain bahkan akan membuat Islam menjadi kaku dan pada gilirannya kehilangan perannya sebagai pedoman kehidupan yang fungsional.
Harus pula diingat bahwa di dalam Islam Nusantara terdapat hal-hal yang perlu diluruskan, di samping hal-hal yang bagus dan perlu dikembangkan dan disebarkan. Kerajinan dalam menjalankan salat dan amalan-amalan ibadah lain merupakan contoh Islam Nusantara yang baik. Di Mesir, konon orang muda yang rajin salat dibully dengan sebutan “Inta andonosi” (Kau macam orang Indonesia saja). Akan tetapi, amalan riyadah yang membuat pelakunya terlambat salat subuh perlu diluruskan. Sikap tasamuh terhadap perbedaan adalah hal yang baik, tetapi membiarkan orang melakukan hal-hal bodoh, seperti kepercayaan berlebihan kepada tokoh, tidak semestinya diteruskan.
Ringkasnya, Islam Nusantara yang perlu dipelihara, disebar-sebarkan dan dijadikan kebanggaan adalah hal-hal positif yang terdapat dalam pengamalan Islam di wilayah ini. Mislanya, tradisi bermaaf-maafan dalam rangka Idul Fitri yang dirayakan sampai sepanjang bulan Syawal, bahkan lebih; halakah pembacaan al-Qur’an; qasidahan; salawatan dsb. Demikian pula tradisi pemilihan pemimpin yang masih sulit ditemukan di wilayah lain di dunia Islam.
Islam Nusantara juga mesti disaingi dari hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan pada umumnya.