Saat membicarakan “hati”, sebenarnya kita yang bicarakan tentang apa ya? Dan mengacu kepada apa? Dalam hal ini, Abi Quraish menjawab. Beliau menjelaskan bahwa saat membicarakan hati, artinya sedang membahas Qalbu, itu dalam al-Qur’an, bisa juga berarti akal, jadi orang yang “hatinya sakit” berarti “akalnya juga sakit”.
Kita paham bahwa kesehatan merupakan keadaan normal, wajar dan tidak sakit. Misalnya saja tubuh kita, kita katakan sehat artinya bahwa tubuh kita sedang tidak sakit, dan dalam keadaan normal, ya seimbang. Tekanan darah contohnya juga, tekanan darah dikatakan normal yaitu saat dalam keadaan seimbang, tidak melebihi batas normal, artinya bahwa tekanan darah kita tidak berlebihan (tinggi) juga tidak kurang dari ukuran batas normal (rendah).
Sama halnya dengan “hati”, hati memiliki batas normal, yaitu dalam keadaan seimbang, tidak boleh berlebihan dan tidak boleh berkurang. Maksud dari berlebihan di sini yaitu hati dalam keadaan angkuh, rakus, riya’, ujub, sum’ah, merasa lebih baik, melecehkan orang lain, menghina, iri, dengki dan hasad. Adapun hati yang dalam keadaan berkurang adalah saat hati dalam keadaan ragu-ragu, gelisah sampai mencari-cari kesalahan orang lain, tidak percaya diri, dan berprasangka buruk. Ada lagi, yaitu saat hati merasa minder. Hati-hati, jangan sampai penyakit-penyakit hati tersebut menggerogoti hati kita semua. Lalu, puncak dari penyakit hati ini adalah “mempersekutukan Allah”.
Masih ingat tulisan saya tentang “merasa benar sendiri bisa terjerumus dalam syirik?”. Nah, kalau teman-teman masih ingat, tulisan saya tersebut ada kaitannya dengan bab per”hati-hati”an ini ya.
Kalau rendah hati, jelas bukan penyakit hati yaa teman-teman.
Hmm, Mengapa minder juga termasuk dalam penyakit hati ya? Karena saat minder, hati sedang ragu, tidak berani, lama-lama sulit untuk melakukan kebaikan. Kok bisa? Misalnya saja, saat bersama orang-orang yang pintar dalam suatu diskusi, kita berkecil hati, merasa paling bodoh, pada akhirnya takut dan ragu sampai kita terhalang untuk menyampaikan argumen dan ilmu yang sudah kita dapat. Padahal, menyampaikan ilmu yang sudah didapat adalah hal terpuji, saling berbagi dan bertukar pendapat. Tapi karena minder, ya jadi gak jadi. Itu hanya contoh kecil.
Oleh sebab itu, merasa minder digolongkan dalam penyakit hati. Merujuk pada definisi yang diungkapkan oleh Abi Quraish bahwa penyakit hati itu mencakup keadaan hati saat berlebih juga berkurang, hati yang sehat adalah hati yang seimbang dan normal. Berani untuk kebaikan yuk temen-temen, kaitkan hal baik dengan niat ibadah kepada Allah SWT semata.
Abi Quraish juga menambahkan, bagaimana sih kita bisa kenali bahwa kita sedang terjangkit penyakit hati? Singkatnya, Apa saja ciri-ciri penyakit hati?
Ciri saat dihinggapi penyakit hati yang paling menonjol adalah “sikap ragu dan sangka buruk”. Jika sudah seperti itu, maka itu adalah penyakit hati. Cepat-cepat meminta perlindungan kepada Allah SWT, Dzat Yang Merajai Hati. Orang yang ragu dan gelisah akan berprasangka buruk kepada Allah SWT. Apalagi jika hal yang diragukan, digelisahkan tersebut adalah hal-hal duniawi semata. Alangkah “emannya” hati kita, jika terus-menerus kita biarkan dalam keadaan seperti ini. Toh, mengapa harus diragukan dan digelisahkan ya? Bukankah kita percaya bahwa Allah SWT yang akan menjamin hidup kita?
Yuk sayangi “hati”.