Begitu Nabi Muhammad Saw wafat, para sahabat berkumpul di saqifah bani sa’idah. mereka berdebat tentang suksesi, menentukan pemimpin baru pengganti Nabi Muhammad Saw. perdebatan pun berlangsung sengit dan panjang hingga berhari-hari. ‘Umar bin Khattab kemudian mengatakan: “Abu Bakar, bukankah Nabi pernah menyuruh anda memimpin shalat berjama’ah. saya kira itu adalah petunjuk atau isyarat bahwa anda pantas menjadi pemimpin kaum muslimin. maka adalah penggantinya”.
Kesepakatan kemudian dicapai, Abu Bakar kemudian tampil menyampaikan pidato pertama usai pelantikannya. sesudah mengucapkan puji syukur kepada Tuhan ia mengatakan:
“Saudara-saudara, hari ini kalian telah mempercayakan kepada saya sebagai pemimpin kalian meski saya bukanlah yang terbaik di antara kalian. jika saya bertindak benar, bantulah, tetapi jika saya bertindak salah luruskanlah. Kejujuran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang-orang yang lemah di antara kalian, akan menjadi kuat di mata saya. saya akan memberikan hak mereka, insya Allah. Orang-orang yang kuat di mata kalian, adalah lemah di mata saya, saya akan mengambil hak-hak mereka, insya Allah.
Siapa pun yang meninggalkan perjuangan Tuhan akan menimpakan kehinaan atas mereka. Jika kejahatan telah menyebar, Tuhan pasti akan menimpakan bencana atas mereka. Patuhilah saya sepanjang saya mematuhi Allah dan rasul-Nya. Tetapi jika saya melanggarnya, maka tidak ada kewajiban kalian mematuhiku”.
Kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepatuhan kepada hukum-hukum yang benar, adil dan yang menjamin kesejahteraan bagi rakyat. sebuah kaidah fiqh mengatakan: “tasharruf al-Imam ‘ala al-Ra’iyyah Manuthun bi al-Maslahah” (Tindakan pemerintah/pemimpin terhadap rakyatnya terikat dengan kepentingan rakyat).
Khalifah adalah pemimpin umat yang berkewajiban untuk melayani dan melindungi orang-orang yang teraniaya. Dan Abu Bakar telah menjalankan tugasnya dengan baik dan sukses.