Piala Dunia Qatar 2022: Penegakan Hukum Islam dan Isu Lingkungan Hidup

Piala Dunia Qatar 2022: Penegakan Hukum Islam dan Isu Lingkungan Hidup

Piala Dunia Qatar 2022 sebentar lagi. Bagaimana Qatar meregulasi hukum Islam di tengah arus suporter dari seluruh dunia? Berhasilkah mereka mewujudkan turnamen ramah lingkungan?

Piala Dunia Qatar 2022: Penegakan Hukum Islam dan Isu Lingkungan Hidup
Al-Wakrah menjadi salah satu kota tempat berlangsung pertandingan Piala Dunia 2022.

Setelah 20 tahun lamanya kita menanti, turnamen akbar kembali digelar di benua Asia. Kali ini, Piala Dunia 2022 dihelat di Qatar. Negara teluk ini dipercaya oleh FIFA untuk menggelar ajang prestisius tersebut. Sebelumnya, Jepang dan Korea Selatan pernah merasakan menjadi host turnamen garapan FIFA itu pada edisi 2002 atau dua dekade yang lalu.

Tidak lama lagi, kita akan disuguhi permainan menawan dari para jagoan lapangan hijau. Piala Dunia Qatar 2022 tinggal menunggu tiupan peluit wasit. Sebanyak 32 negara dari lima benua akan saling baku hantam memperebutkan trofi emas Piala Dunia mulai 20 November hingga 18 Desember 2022.

Soal siapa yang bakal jadi pemenang, Wallahu’alam. Hanya Allah Swt yang tahu. Kita sebagai manusia hanya bisa memprediksi tentang siapa jawara dunia tahun ini. Kalau saya, memprediksi Brasil, Argentina, atau Inggris, yang bakalan mengangkat trofi di akhir hajatan. Akan tetapi, berhubung ini adalah media keislaman, tulisan ini jelas tidak menyoal prediksi pertandingan.

Justru lebih menarik menyoroti bagaimana Qatar, sebagai negara dengan populasi Muslim akan menggelar pesta sepakbola yang notabene milik semua agama. Dalam arti, ratusan ribu supporter dari berbagai latar belakang agama dan budaya akan berbondong-bondong ke Qatar. Semua dengan tujuan menikmati permainan si kulit bundar ini. Campur-baur identitas dan kebudayaan niscaya akan terjadi. Belum lagi dari kalangan supporter fanatik dari negara-negara Eropa atau Amerika Latin yang jelas berbeda dengan budaya Arab ala Qatar.

Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak 2011 silam. Ditetapkannya Qatar berarti turnamen yang sudah dihelat sejak 1930 ini untuk kali pertama akan diadakan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tentu saja, upaya Qatar untuk mempertahankan budaya Islami bakal jadi perbincangan menarik selama Piala Dunia yang untuk pertama kalinya dihelat di musim dingin ini.

Piala Dunia Qatar bisa dikatakan sebagai Piala Dunia pertama yang amat lekat dengan perbincangan syariat Islam. Kabarnya, pemerintah Qatar sudah menetapkan sejumlah aturan syariat Islam untuk Piala Dunia 2022. Hal ini juga bersinggungan dengan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang konon dilakukan oleh Qatar sehingga santer disuarakan.

Isu pelanggaran HAM ini semakin riuh jelang bergulirnya ajang empat tahunan tersebut. Qatar dituduh oleh banyak pihak telah melakukan pelanggaran HAM dalam pembangunan stadion dan infrastruktur untuk Piala Dunia 2022. Dugaan pelanggaran tersebut dilakukan kepada para pekerja migran, perempuan, dan komunitas LGBTQ.

Aturan Hukum Islam di Piala Dunia Qatar

Di tengah terpaan isu pelanggaran HAM, Qatar terus mempersiapkan diri menyambut datangnya 31 negara dari belahan dunia yang akan bermain bal-balan di negara tersebut. Selain sejumlah infrastruktur yang disiapkan, Qatar juga memberlakukan sejumlah aturan bernuansa islami demi menjaga kenyamanan dan keselamatan selama Piala Dunia 2022.

Beberapa aturan yang diterapkan adalah larangan seks bebas, yang mana jika terjadi pelanggaran akan terancam hukuman penjara 7 tahun. Selain aturan ketat mengenai seks bebas, para suporter juga tidak bisa bebas menenggak minuman keras di tempat umum. Selain itu, bendera LGBT haram untuk dipertontonkan di depan umum. Bendera pelangi yang menjadi simbol komunitas LGBT tersebut tidak boleh dipertontonkan ke publik selama menginjak tanah Qatar.

Dengan adanya aturan islami ini, mau tak mau, semua pemain, official, dan juga tentunya suporter harus menaatinya. Jika tidak, maka hukuman siap-siap menanti kepada mereka. Aturan Islam ini diterapkan juga sebagai pengingat bahwa sepakbola juga perlu mengikuti budaya tempat digelarnya pertandingan tersebut.

Nasser Al-Khater, Ketua Umum Piala Dunia 2022 menerangkan, ketatnya peraturan selama turnamen diterapkan selain untuk menyesuaikan dengan hukum yang sudah ada, adalah demi keamanan.

“Keamanan dan kenyamanan seluruh suporter adalah hal terpenting buat kami,” kata Al-Khater. “Tetapi menunjukkan kasih sayang di depan umum, itu bukan bagian dari budaya kita, dan itu berlaku untuk semua orang.”

Selain membuat sejumlah aturan Islam, Piala Dunia 2022 juga akan dimanfaatkan Qatar selaku tuan rumah untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai di negaranya kepada semua orang yang hadir dari seluruh dunia. Salah satunya Qatar memasang beberapa mural hadis Nabi Muhammad SAW di jalan-jalan di negara tersebut.

Mural, yang memuat berbagai ucapan Nabi tentang rahmat, amal, dan perbuatan baik terlihat di jalan-jalan yang berbeda di seluruh negara Teluk. “Setiap kebaikan adalah sedekah. Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, tidak akan disayang. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun dengan sedekah setengah kurma,” adalah salah satu dari beberapa hadis Nabi dalam mural yang ditampilkan.

Dengan adanya hadis nabi yang terpampang di tempat terbuka, Qatar berharap, selain untuk mengenalkan Islam sebagai agama yang ramah, dan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, adanya mural hadis nabi ini menurut saya juga sebagai upaya Qatar untuk mengajak kepada setiap orang untuk melakukan kebaikan. Misalnya, mengajak memberi pertolongan kepada orang lain, menyisihkan rezekinya untuk kaum yang lemah dan tidak mengotori lingkungan.

Piala Dunia Ramah Lingkungan

Meski Qatar, sebagai negara penyelenggara Piala Dunia 2022, kerapkali mendapatkan kritik tajam karena dianggap melakukan pelanggaran HAM, tapi negara dalam persiapannya, negara ini tetap ada sisi positifnya. Sisi positif itu yakni Qatar mencoba menerapkan konsep Piala Dunia yang ramah lingkungan. Ini tentunya sejalan dengan prinsip negara-negara di dunia yang tengah memerangi kerusakan lingkungan.

Tak dapat dipungkiri bahwa isu krisis lingkungan kini tengah jadi perbincangan. Adapun beberapa masalah lingkungan hidup yang menjadi sorotan secara global, di antaranya: adalah sampah, pemanasan global, naiknya permukaan laut, emisi karbon, dan hujan asam. Pemasalahan tersebut menjadi perhatian dan perlu tindakan serius untuk kelangsungan hidup manusia.

Isu permasalahan lingkungan menjadi penting karena kualitas lingkungan akan memengaruhi kualitas hidup manusia secara langsung. Selain itu, kualitas lingkungan juga memengaruhi kualitas hidup manusia di masa mendatang.

Lantas apa yang akan dilakukan Qatar untuk mewujudkan Piala Dunia yang ramah lingkungan?

Tuan rumah Qatar berjanji akan mendaur ulang sampah selama gelaran Piala Dunia 2022 demi mewujudkan tuan rumah yang ramah lingkungan. Qatar akan berupaya untuk menjadi negara tuan rumah pertama yang akan mengurangi emisi karbon. Direktur Departemen Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah Kementerian Kota, Hamad Al Bahr, menargetkan 60 persen dari total sampah akan didaur ulang. Target tersebut akan dipisahkan untuk didaur ulang, digunakan kembali, dan tujuan lain dibuang di tempat pembuang sampah.

Pemilahan sampah diniliai sangat penting untuk mengurangi emisi karbon netral dan memerhatikan isu lingkungan saat ini. Kementerian Kota menilai setiap orang memiliki tanggung jawab sendiri untuk sadar dan berperan dalam memilah sampah. Begitu juga dengan industri yang memiliki beban limbah bisnis besar, mereka juga wajib untuk melakukan daur ulang sampah.

Tidak hanya mendaur ulang sampah, hasrat untuk mewujudkan Piala Dunia yang rendah karbon juga dilakukan Qatar dengan cara mengadopsi teknologi perlindungan lingkungan dan peralatan hemat energi di seluruh fasilitas stadion. Lapangan stadion mengadopsi teknologi desalinasi air laut dan pengumpulan air hujan, yang dapat menghemat sekitar 40 persen air tawar.

Keunggulan lain yang diterapkan oleh Qatar adalah seluruh stadion dilengkapi dengan teknologi pendingin udara. Teknologi ini untuk meminimalkan potensi suhu udara yang panas di wilayah Qatar. Harapannya, pemain yang bertanding, ofisial tim, juga penonton, tidak akan terganggu dengan suhu panas yang bisa mencapai 25-28 derajat celcius pada bulan November.

Dilansir dari SportBible, pendingin udara ini dipasang di bawah tempat duduk penonton di tribun dan sebagian di daerah lapangan stadion Piala Dunia 2022 untuk menjaga suhu tanah dan rumput tetap stabil bagi para pemain. Teknologi pendinginan yang melibatkan penggunaan energi matahari ini dikembangkan oleh beberapa universitas di Qatar. Dr. Saud Abdulaziz Abdul Ghani seorang Profesor di College of Engineering Qatar didapuk sebagai pemimpin dari pengembangan teknologi ini.

Piala Dunia Qatar 2022 sudah di depan mata. Meskipun dengan segala kontroversinya seputar jadwal di tengah kompetisi dan tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan, Qatar tetap berupaya menawarkan sisi positif di Piala Dunia 2022. Menarik untuk mengamati bagaimana negara teluk ini menepati janjinya demi keberlangsungan bumi, tempat yang kita huni ini. [rf]