Salah satu cara mengukur dan menilai kesempurnaan iman seseorang adalah dengan melihat kata-kata yang selalu dia ucapkan. Jika kata-kata yang diucapkan selalu mengandung kebaikan, penuh hikmah, membawa kemaslahatan untuk orang banyak, maka itu tanda bahwa keimanannya sempurna. Sebaliknya, jika yang diucapkan selalu mengandung kebencian, buruk sangka, membuat resah dan menyakiti orang lain, maka itu tanda bahwa imannya lemah.
Nabi SAW bersabda; “Iman seorang hamba tidak akan istiqamah hingga hatinya istiqamah. Dan hatinya tidak akan istiqamah hingga lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, dia tidak akan masuk surga.” (HR. Ahmad).
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi dikisahkan bahwa dalam suatu ketika Mua’dz bin Jabal berjalan pagi bersama Nabi SAW. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Mu’adz untuk minta petunjuk kepada Nabi SAW mengenai jalan keselamatan menuju surga dan jauh dari neraka. “Wahai Rasulullah, beritahulah saya tentang suatu perbuatan yang bisa memasukkan saya ke surga dan menjauhkan saya dari neraka,” tanya Mu’adz seraya minta petunjuk.
Nabi SAW menjawab, “Kamu telah bertanya kepadaku tentang sesuatu yang agung. Sungguh sedikit orang yang dimudahkan oleh Allah untuk bertanya tentang hal itu.”
Kemudian beliau melanjutkan, “(Amal itu adalah) kamu menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan, berhaji ke Baitullah.”
Kemudian beliau bertanya kepada Muadz, “Maukah kamu jika aku memberitahumu tentang pintu-pintu kebaikan?. Tanpa menunggu respon dari Mu’azd, Nabi SAW melanjutkan, “Puasa itu adalah perisai, sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat memadamkan api, serta shalat seseorang pada kesunyian malam (qiyamul lail).”
Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah Ta’ala, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17).
Beliau kemudian bertanya lagi, “Maukah kamu jika aku memberitahumu tentang penghulu segala sesuatu, tiang segala sesuatu, dan puncak segala sesuatu?.
“Dengan senang hati, wahai Rasulullah,” jawab Mu’adz.
Beliau bersabda, “Pokok segala urusan adalah Islam, pilarnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.”
Untuk kesekian kali, beliau bertanya lagi kepada Mu’adz, “Maukah kamu jika aku memberitahumu raja dari seluruh itu?.
“Dengan senang hati, wahai Rasulullah,” jawab Mu’adz.
Kemudian Rasulullah memegang mulut Mua’adz seraya berkata, “Jagalah (tahanlah) mulutmu seperti ini.”
“Wahai Nabi Allah, apakah kami akan disiksa karena kata-kata yang kami ucapkan?, tanya Mu’adz.
Nabi SAW menjawab, “Ibumu merasa kehilangan kamu, (celakalah) wahai Mu’adz. Tidaklah manusia dicebloskan ke dalam neraka dengan diseret di atas wajah atau dahinya kecuali disebabkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh mulut mereka.”