Pesan KH. Ali Mustafa Yaqub: Dakwah Jangan Dijadikan Profesi dan Sumber Mata Pencarian

Pesan KH. Ali Mustafa Yaqub: Dakwah Jangan Dijadikan Profesi dan Sumber Mata Pencarian

KH. Ali Mustafa Yaqub mewanti-wanti mahasantrinya untuk tidak pasang tarif saat diundang ceramah. Bahkan jika ada yang tahu kalau ada mahasantri atau alumni yang pasang tarif, maka harap dilaporkan. Kiai Ali Mustafa Yaqub sendiri yang akan “mencuci otak”-nya.

Pesan KH. Ali Mustafa Yaqub: Dakwah Jangan Dijadikan Profesi dan Sumber Mata Pencarian

Tidak mencerca sesembahan agama lain dan tidak pasang tarif adalah kode etik dakwah Nabi. Di rentang tahun 2010-2011, hampir setiap ngaji pagi (halaqah fajriah), KH. Ali Mustafa Yaqub mewanti-wanti mahasantrinya untuk tidak pasang tarif saat diundang ceramah. Bahkan jika ada yang tahu kalau ada mahasantri atau alumni yang pasang tarif, maka harap dilaporkan. Kiai Ali Mustafa Yaqub sendiri yang akan “mencuci otak”-nya. Bagi Kiai Ali, dakwah jangan dijadikan profesi dan sumber mata pencaharian. Pesan ini, secara berkala juga disampaikan beliau saat mengisi pengajian di masyarakat.

Jika ditelisik lebih lanjut, ketegasan Kiai Ali ini sudah dipaparkan dalam salah satu karyanya “Sejarah dan Metode Dakwah Nabi”. Terbit belasan tahun sebelumnya,1997. Tidak pasang tarif merupakan satu di antara 7 kode etik dakwah Nabi. Lebih detailnya, buku setebal 239 halaman ini dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, mengulas tugas dan kehidupan Nabi. Dalam kajiannya, Kiai Ali mengidentifikasi ada 6 tugas pokok Nabi.

Keenam tugas pokok Nabi itu adalah pertama, menyeru umat manusia untuk hanya beribadah kepada Allah. Kedua, menyampaikan ajaran Allah kepada manusia. Ketiga, memberikan penjelasan dan pencerahan kepada umat manusia. Keempat, memberikan teladan yang baik. Kelima, memperingatkan manusia tentang kehidupan akhirat. Keenam, mengubah orientasi duniawi menjadi orientasi ukhrawi. Selain mengulas sandaran ayat al-Qur’an, keenam tugas ini juga disarikan dari beragam riwayat hadis yang ada. Labih lanjut, dalam menjalankan tugas dan dakwahnya, Nabi juga memiliki kode etik.

Pertama, tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Kedua, tidak melakukan kompromi dalam masalah akidah. Ketiga, tidak mencerca sesembahan agama lain. Keempat, tidak membedakan kelas sosial masyarakat. Kelima, tidak memungut imbalan. Keenam, tidak berkomplot dengan ahli maksiat. Ketujuh, tidak menyampaiakan hal yang tidak didasari dengan ilmu. Dalam paparannya, fenomena dai pasang tarif merupakan pelanggaran kode etik dakwah Nabi. Karena itu, tidak jemu-jemunya, Kiai Ali mewanti-wanti kepada murid-muridnya.

Bagian kedua dari buku terbitan Pustaka Firdaus Jakarta ini fokus mengulas 6 pendekatan dakwah Nabi. Mulai dari pendekatan personal, pendidikan, penawaran, pengiriman missi, korespondensi, hingga pendekatan diskusi (mujadalah). Dakwah Nabi dengan mengirimkan (biksah) dai adalah salah satu inspirasi yang hingga saat ini diadakan di Darus-Sunnah. Setiap tahun, mengirimkan santri dan mahasantri ke beberapa wilayah 3 T. Salah satunya adalah ke Papua.

Di bagian akhir, yang tidak kalah pentingnya, dipaparkan kriteria keberhasilan dakwah dakwah Nabi. Terdapat dua penyebab keberhasilan dakwah Nabi yang perlu dijadikan inspirasi. Pertama, konsistensi menjalankan kode etik dakwah. Kedua, keteladan (uswah) yang nampak nyata dari Baginda Nabi.

Karena itu, dalam waktu relatif singkat, dakwah Nabi dapat diterima. Membawa peradaban baru bagi alam semesta. Menjadikan Islam sebagai suluh perjalanan hidup anak manusia. Baik sekarang di dunia, ataupun kelak di akhirat.