Pesan Cinta Habib Luthfi, Menghayati ‘Semar Mandhito’

Pesan Cinta Habib Luthfi, Menghayati ‘Semar Mandhito’

Pesan Cinta Habib Luthfi, Menghayati ‘Semar Mandhito’
ilustrasi

Malam itu, saya dan beberapa sahabat sowan ke ndalem Habib Luthfi bin Yahya. Setelah seharian mengikuti dengan takzim, Maulid Akbar di Kanzus Shalawat, kami berencana untuk ngalap berkah dan memohon doa kepada Ndoro Habib di ndalemnya. Malam masih benderang, kami menunggu dengan khidmat Habib Luthfi yang masih istirahat.

Bersama mas Hasan Habibie dan teman-teman nahdliyyin, kami kemudian sowan ke Habib Hasyim, keponakan Ndoro Habib. Kami diterima dengan hangat, sambil menikmati kopi dan diskusi tentang sejarah Nusantara, musik dan pewayangan. Habib Hasyim, merupakan sosok muda yang mengusai ilmu-ilmu sejarah-budaya, dan memiliki kecintaan yang dalam terhadap musik.

Kemudian, Habib Hasyim berkisah bahwa dirinya sedang menekuni musik dan pagelaran seni bertajuk ‘Semar Mandito’. Musik-musik yang dipentaskan di serambi Kanzus Shalawat, sebagian besar bertemakan Semar Mandhito. Saya kemudian, penasaran dengan sosok Semar Mandhito. Pertanda apa ini?

Dalam sebuah ceramahnya, Habib Luthfi bin Yahya berkisah: “Dalam pewayangan, ada tiga sosok yang saya kagumi: Bismo, Krisno dan Semar. Tiga orang ini, merupakan sosok terpandang, lugu dan priyayi yang mandito, pejabat atau orang terhormat yang senantiasa menjaga batiniahnya,” jelas Ndoro Habib.

Menurut Habib Luthfi, sosok Semar merupakan simbol kerakyatan. Rakyat yang sama-sama membangun daerahnya, dengan menjaga hubungan kemasyarakatan, tetua masyarakat yang bijaksana dan mengajak masyarakat menghormati pemimpin. Sementara, Kresna itu simbol Kraton, mandito sajeroning noto, membangun bangsa dan negara sekaligus menjaga keintiman hubungan dengan Sang Khalik.

Habib Luthfi mengungungkapkan, dalam sebuah wilayah negara harus ada yang menjadi Kresno, ratu ingkang noto sajeroning mandhito, harus ada Arjuno, jejeging bumi, dan harus ada Semar yang merupakan simbol priyayi yang merakyat.

Menurut Habib Luthfi, perselisihan di antara ulama jangan sampai menjadi pembelah kesatuan rakyat. “Perselisihan para ulama fiqih ibarat biji mangga, tumbuh bercabang kemudian menumbuhkan ranting, dari ranting kemudian muncul dedaunan dan buah-buahan yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda,” demikian menurut Habib Luthfi.

Kemudian, Habib Luthfi juga berpesan tentang pentingnya menjaga ikatan dengan guru. “Jangan sekali-kali melupakan guru yang telah mengenalmu dzhahir-dzhahir syariat, terlebih guru mursyidmu yang telah membimbingmu menuju jalan Allah. Salah satu sebabnya, kenapa aku memperoleh derajat terhormat saat ini adalah karena aku sangat menghormati guru-guruku,” jelas Ndoro Habib.

Ya, Habib Luthfi berpesan penuh cinta, ketika mengisahkan Semar Mandhito. Negeri ini, membutuhkan pemimpin yang memiliki ketulusan dan keinginan yang kuat untuk menempuh jalan Salik, tanpa terkekang dengan nafsu kekuasaan. Sementara, sosok Semar menginspirasi para priyayi (tokoh pembesar, intelektual), agar tidak lupa dengan warga, tidak lupa dengan rakyat negeri ini. Ketika merenungi pesan cinta Ndoro Habib, saya trenyuh dan menitikkan air mata (Munawir Aziz).