Pertemuan NU-Muhammadiyah: Diskusikan Peran Konkrit Sebagai Dua Ormas Terbesar

Pertemuan NU-Muhammadiyah: Diskusikan Peran Konkrit Sebagai Dua Ormas Terbesar

Pertemuan NU-Muhammadiyah: Diskusikan Peran Konkrit Sebagai Dua Ormas Terbesar

NU-Muhammadiyah kembali memperkuat kerja sama yang sudah terjalin antara keduanya. Pada Minggu (4/9), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), diwakili oleh Ketua Umum Gus Yahya Cholil Staquf, bersilaturrahmi ke Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta.

Pada kesempatan ini, Gus Yahya disambut langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M. Si. Hal ini dapat dilihat dari postingan yang diunggah oleh Prof. Haedar di akun twitter pribadinya (@HaedarNs).

“Bertempat di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima silaturrahmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahad (4/9),” tulis Prof. Haedar.

Dalam foto yang disertakan pada postingan tersebut, terlihat Gus Yahya dan Prof. Haedar berbincang santai sembari tertawa sumringah.

“Kami mendiskusikan lebih jauh program-program kerja sama yang lebih melembaga. Dan memang umat bangsa kita memerlukan peran konkrit dari Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia,” lanjutnya.

Tidak dapat dipungkiri, dua organisasi yang seringkali disebut “dua sayap NKRI” itu memang memiliki pengaruh sangat luas di Indonesia. Meski sebagai ormas keagamaan, peran NU-Muhammadiyah tidak hanya terbatas pada masalah keagamaan, melainkan telah merambah ke berbagai bidang lainnya.

Seiring perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi oleh NU-Muhammadiyah juga semakin kompleks. Karena itu, sudah seharusnya terus dilakukan upaya penyegaran kerja sama antara keduanya. Agar kebijakan organisasi selalu relevan dengan kebutuhan umat serta dapat berkontribusi secara konkrit.

“Kerja-kerja pencerdasan, pencerahan, pemberdayaan. Dan juga tidak kalah penting (usaha) menyatukan, membangun ukhuwah yang lebih meluas di lingkungan umat beragama dan bangsa Indonesia,” pungkas Prof. Haidar mengakhiri tulisannya.

Upaya membangun persatuan harus terus digalakkan. Apalagi, Indonesia akan memasuki tahun politik, yang biasanya rawan terjadi perpecahan di antara sesama anak bangsa.

Gus Yahya sebagai perwakilan PBNU didampingi oleh Dosen Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNUSIA), Dr. Ahmad Suaedy, MA. Sedangkan Prof. Haedar sebagai perwakilan PP Muhammadiyah didampingi oleh Ketua PP Muhammadiyah, Hajrianto Y. Thohari, serta Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti. (AN)