Wafat dalam keadaan syahid merupakan kehormatan yang begitu tinggi, tak sedikit umat Islam yang mendambakannya. Begitu pula Ummu Waraqah, sang sahabiyah Anshar yang begitu mendambakan mati syahid.
Namanya adalah Ummu Waraqah binti Abdullah bin Harits. Ia juga sering disebut Ummu Waraqah binti Naufal al-Anshariyah, nisbat yang ditujukan pada kakek moyangnya. Ummu Waraqah adalah perempuan yang taat kepada Rasulullah, rajin beribadah dan selalu membaca al-Qur’an.
Ia juga mengumpulkan al-Qur’an dan menuliskannya di kulit, pelepah kurma dan tulang belulang. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis Ummu Waraqah bahkan menjadi salah satu rujukan Zaid bin Tsabit ketika mengumpulkan al-Qur’an di masa khilafah Abu Bakr RA.
Karena semangatnya yang begitu tinggi dalam beribadah, Ummu Waraqah pernah meminta Nabi SAW agar ada muadzin yang mengumandangkan adzan di rumahnya, maka Nabi SAW pun mengizinkannya, beliau bahkan memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam shalat bagi ahlul baitnya. Sungguh kehormatan yang luar biasa.
Meskipun demikian, Ummu Waraqah ternyata belum merasa puas dengan ibadahnya, ia begitu mendamba-dambakan mati sebagai seorang syahidah. Maka ketika pasukan Badar sedang dipersiapkan, Ummu Waroqoh meminta izin kepada Nabi SAW untuk ikut ke medan perang, ia berkata:
يا رسول الله، ائذن لي في الغزو معك أمرض مرضاكم، لعل الله أن يرزقني شهادة
Ya Rasulallah, izinkanlah aku untuk ikut berperang denganmu. Aku akan mengobati orang-orang yang sakit di antara kalian. Mudah-mudahan dengan itu Allah SWT menganugerahiku mati syahid (HR Abu Daud)
Namun Rasulullah SAW tidak mengizinkannya pergi, beliau berkata:
قري في بيتك فإن الله تعالى يرزقك الشهادة
Tinggallah di rumahmu, sungguh Allah Ta’ala akan menganugerahimu syahadah (mati syahid). (HR Abu Daud)
Sejak saat itu, Rasulullah SAW selalu memanggil Ummu Waraqah dengan nama “Syahidah”. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu mengunjungi Ummu Waraqah setiap hari Jumat. Pernah suatu ketika Rasulullah SAW mengajak sahabatnya untuk mengunjungi Ummu Waraqah seraya berkata “Mari kita mengunjungi Syahidah”.
Ummu Waraqah memiliki dua budak mudabbar –budak yang akan dibebaskan jika tuannya wafat- satu budak laki-laki dan satu budak perempuan. Ketika masa kepemimpinan Umar bin Khattab, dua budak tersebut merencanakan pembunuhan untuk Ummu Waraqah. Rupanya kedua budak tersebut sudah tak sabar menanti kemerdekaannya.
Maka pada suatu malam, kedua budak tersebut masuk ke kamar Ummu Waraqah. Lalu mereka menyekap Ummu Waraqah dengan kain hingga ia wafat. Kedua budak itu pun melarikan diri.
Keesokan harinya, tubuh Ummu Waraqah ditemukan telah terbujur kaku. Sedangkan kedua budaknya telah melarikan diri. Maka Umar RA pun memerintahkan umat Islam untuk mencari keberadaan budak Ummu Waraqah, ia berkata “Barangsiapa yang menemukan kedua budak tersebut, bawalah keduanya”.
Maka orang-orang pun mencari kedua budak tersebut. Setelah keduanya tertangkap dan mengakui perbuatan mereka, kedua budak tersebut akhirnya disalib. Itu merupakan hukuman salib pertama di Madinah. Umar lalu berkata “Benarlah ucapan Rasulullah” (bahwa Ummu Waraqah akan mati dalam keadaan syahid).
Begitulah kisah kemuliaan Ummu Waraqah, sang perempuan yang syahid meskipun tak pernah perang. Rumahnya menjadi sebaik-baiknya rumah karena ada adzan yang khusus dilantunkan di dalam rumahnya. Ia juga merupakan imam shalat bagi ahlul baitnya. Bahkan Rasulullah SAW juga rutin mengunjunginya.
Wallahu a’lam bisshawab