Perbedaan Mursyid dan Ustadz

Perbedaan Mursyid dan Ustadz

Perbedaan Mursyid dan Ustadz

Setelah menyimak sejumlah ceramah yang disampaikan seorang mursyid thariqah dan ustadz yang belakangan naik daun lantaran sering tampil di sosial media, terdapat perbedaan mendasar antara pesan keagamaan yang disampaikan seorang mursyid dan ustadz. Perbedaan tersebut sebagai berikut:

Sang mursyid menekankan kita benahi diri dengan sibuk mendekatkan kepadaNya. Jangan pernah lepas dzikirnya. Sementara sang ustadz kerap menuduh, menimbang dan menyalahkan keyakinan orang dengan takarannya sendiri. Padahal mana tahu batin orang, tampak luar tekun ibadah hatinya menyembah harta.

Sang mursyid menyampaikan dengan intonasi kalem, dingin dan tenang. Bicara seperlunya. Sang ustadz dengan canda yang merendahkan orang atau kelompok tertentu dan meledak-ledak.

Sang mursyid mengajarkan agar tidak berprasangka kepada siapapun. Kedepankan tabayyun. Sang ustadz menggunakan prasangka sebagai bahan ceramah, tanpa memeriksa sumber dan kebenarannya.

Keduanya punya jemaah dengan daya fanatisme sangat besar. Hubungan jemaah dan sang mursyid bersifat ikatan tradisional dalam relasi spiritual guru dan murid. Sementara ustadz mirip-mirip artis. Berelasi dengan jemaah berwatak arbitrer (suka-suka), lahirlah lover dan hater yang dibatasi media sosial maupun media massa komersial lainnya.

Sang mursyid tidak terlalu peduli bahkan menghindari popularitas. Sadar setiap kata dipertanggungjawabkan. Sang ustadz menyampaikan apa saja yang terlepas dari lisannya demi meningkatkan pengaruh jumlah viewer, komentar lovers, subscriber dan ratingnya.

Sang mursyid meminta para jemaah bersedia membela nasib rakyat kecil dan bangsanya dalam kerangka ideologi Pancasila. Sang ustadz membuat propaganda kepada rakyat kecil selaku jemaah agar membela golongannya dan melawan thogut negara kafir yang tidak sejalan dengan syariat karangannya sendiri.

Al-ilmu nurun, ilmu adalah cahaya. Hanya ilmu yang bisa bedakan antara haq dan batil. Sama halnya logika menyimpulkan mana benar dan salah. Kecuali bagi mereka yang telah dikuasai hawa nafsu sehingga tertutup hatinya, tuli pendengarannya, buta penglihatannya.