Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah akan bertambah umur (seseorang) kecuali dengan kebaikan, dan tidaklah akan dapat menolak takdir kecuali doa. Sesungguhnya seseorang akan ditahan rezekinya karena dosa yang dia lakukan.” Diriwayatkan Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.
Maksud dari kalimat “Sesungguhnya seseorang akan ditahan rezekinya karena dosa yang dia lakukan” ialah dosa yang dimiliki seorang hamba akan menghalangi dirinya untuk merasakan kenikmatan rezeki pemberian Allah SWT. Karena dosa yang ada pada diri seseorang akan menghalanginya untuk memperoleh rahmat dan rida Allah, wal hasil orang tersebut tidak akan merasakan nikmatnya segala anugerah Allah SWT.
Ada pula yang memberikan penjelasan bahwasanya memang dosa-dosa seorang hamba akan menghalangi dirinya dari segala bentuk macam rezeki yang zhahir, sehingga nampak sekali kesengsaraan atas sempitnya rezeki. Kedua penjelasan tersebut memang ada benarnya, penjelasan pertama dimungkinkan untuk orang-orang pada umumnya dan penjelasan kedua untuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Kesimpulannya memang benar adanya dosa dapat menghalangi seseorang dari memperoleh rezeki.
Maka untuk membersihkan diri dari dosa, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk bertaubat dan memperbanyak istighfar serta mengganti amal keburukan yang telah lalu dengan amal kebajikan. Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya untuk tidak kurang dari tujuh puluh atau seratus kali beristighfar pada tiap hari. Nabi Muhammad SAW saja tidak kurang dari tujuh puluh kali beristighfar tiap harinya, padahal kita ketahui bersama bahwasanya Beliau SAW terjaga dari perbuatan maksiat dan tak mungkin Beliau SAW memiliki dosa.
Rasulullah SAW memahami betul banyaknya manfaat yang diperoleh dari istighfar, karena selain membersihkan diri dari dosa-dosa istighfar juga dapat mengangkat derajat seorang hamba lebih mendekatkan kepada Tuhannya. Dan di antara manfaat lainnya yang diperoleh dari istighfar ialah diberikan kemudahan dan kelapangan dalam hidup dan diberikan kelimpahan rejeki dalam hidup.
Dari Abdullah bin ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan menjadikan dari setiap kesedihan kebahagiaan, dan dari setiap kesempitan jalan keluar dan memberi rizki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka”. Diriwayatkan Imam Ibnu Majah.
Mengapa dengan istighfar seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dari setiap kesedihannya, karena dengan istighfar (memohon ampunan kepada Allah) hatinya akan kembali bersih dan sucu, sehingga ia akan mudah mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam kehidupannya. Hikmah itulah yang akan menjadi salah satu sumber kebahagiaannya. Dengan istighfar pula seseorang akan dapat lebih mudah mendapatkan solusi dari problematika kehidupannya. Solusi yang ia peroleh adalah buah dari hikmah yang ia dapatkan dari setiap kejadian yang ia lalui dalam kehidupannya. Dan dengan Istighfar seseorang akan mendapatkan rezeki dari Allah dengan cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Kebersihan hati seseorang akan memudahkan dirinya untuk menikmati dan menyukuri segala bentuk pemberian Allah SWT. Rasa syukur inilah yang akan membawanya untuk memperoleh segala macam kenikmatan dan rezeki dari Allah SWT.
Dapat disimpulkan bahwa istighfar merupakan solusi dari berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh manusia.
Allah SWT berfirman, “Maka aku (Nabi Nuh As) berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”
Dikisahkan dalam kitab Mafathul Ghaib karya Fakhruddin Ar Razi (w. 606 H), Pernah suatu hari Hasan Al Bashriy didatangi seorang lelaki yang mengeluhkan tentang kekeringan yang melanda desanya, maka Hasan Al Bashriy memerintahkan lelaki tersebut beristighfar. Lain waktu Hasan Al Bashri didatangi oleh sekelompok lelaki yang ingin mengeluhkan berbagai macam masalah yang menimpa mereka. Ada yang mengeluhkan tentang kefakiran yang dialaminya, dan ada yang mengeluhkan tentang sedikitnya anak yang dimilikinya, serta ada pula yang mengeluhkan tentang sedikitnya hasil produksi dari perkebunannya. Mendengarkan berbagai keluhan yang disampaikan kepadanya, Hasan Al Bashri memerintahkan mereka semuanya untuk beristighfar.
Mendengar perintah Hasan Al Bashri tersebut, salah seorang di antara mereka berkata kepadaya, “Duhai Imam, telah datang kepadamu sekelompok lelaki yang mereka semuanya mengeluhkan berbagai macam permasalahan dalam hidupnya, dan engkau hanya memerintahkan mereka semuanya untuk beristighfar ?!” Maka Hasan Al Bashri membacakan ayat tersebut.