Seorang presiden Mesir pernah berkata, kalau agama dicampur dengan politik, maka politik akan rusak. Sebaliknya, bila politik dicampur dengan agama maka agama akan rusak.
Hal ini menggambarkan seolah antar keduanya saling bertolak belakang. Mengapa demikian? Karena agama mengajak kepada kebaikan bersama. Sedangkan kenyataannya, sebagian politisi hanya berupaya mementingkan keuntungan golongan.
Mereka acap kali menghalalkan segala cara dan menggunakan medium apapun termasuk agama, yang kemudian dipreteli, ditafsirkan macam-macam semata untuk kepentingan sendiri. Itulah yang bertolak belakang antara prinsip ajaran agama dan praktik politik. Agama digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan, itu yang tidak benar.
Karena kenyataan tersebut, maka agamawan datang berkata: hei hati-hati berpolitik, politik itu candu, demikian paparan Ustadz Quraish Shihab dalam dialog yang dipandu oleh Najwa Shihab di video berjudul “Bagaimana jika politik dicampur dengan agama?”
Lalu, apakah politik dan agama bisa berjalan beriringan?
Menurut Profesor kelahiran Rappang Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944 tersebut, suatu agama yang mengajarkan tata cara masuk kamar kecil, doa ketika bersin, dan beberapa hal remeh temeh pun turut diajarnya. Bagaimana mungkin ia tidak mengatur perihal negara yang menyangkut tata masyarakat?
Islam sangat mengenal politik. Banyak teladan yang juga dapat diambil dari Nabi dalam berpolitik. Islam mengajarkan politik hikmah, yakni politik sebagai upaya untuk meraih kebaikan bersama. Simak saja selengkapnya di sini: