Betapa tidak mundur, persoalan khilafiyah (perbedaan) sudah selesai dibahas oleh para ulama yang berkompeten jaman dulu, namun masalah tersebut dihidupkan kembali dan diajarkan dengan kebenaran tunggal.
Maka dari itu, jika mereka saja sangat menyadari bahwa anak-anak adalah potensi untuk melanggengkan pemikiran dan pola pikir mereka, harusnya masyarakat luas juga sadar bahwa generasi penerus sedang terancam dengan virus-virus radikalisme yang sedang diinjeksi oleh kelompok Islam garis keras.
Kesadaran ini penting guna memberdayakan anak-anak dengan pelajaran yang kontennya disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, serta menginternalisasikan moderatisme Islam sejak dini. Anak-anak sebagai pemegang kendali bangsa dan agama masa depan jangan sampai terkontaminasi dengan pemikiran radikal.
Fenomena ini juga mengingatkan kita, bahwa saat ini tantangan generasi penerus semakin berat. Dahulu, ketika persoalan khilafiyah dalam agama belum diangkat kembali, generasi penerus dan orang tua hanya memiliki satu tantangan, yaitu membentengi diri generasi penerus dari degradasi moral.
Akan tetapi, saat ini ketika persoalan khilafiyah dibahas kembali dan permasalahan moral semakin tak terbendung, generasi penerus dan orang tua memiliki dua tantangan, yaitu melindungi diri anak dari perilaku yang tidak bermoral sekaligus mencegah anak untuk beragama dengan cara yang tidak benar (mencegah anak berpikir dan bersikap radikal, serta membimbingnya untuk berperilaku terbuka dan moderat).
Dalam teori ekologi Urie Brefenbrenner, menyatakan bahwa apapun yang terjadi pada lingkungan mikrosistem anak (keluarga, sekolah, pertemanan) akan berakibat pada masalah di konteks yang lebih luas, yaitu mesosistem dan makrosistem.
Berdasarkan hal ini, maka masyarakat luas harus menyadari bahwa fenomena pengajaran oleh kelompok Islam garis keras yang barangkali dianggap sederhana ini, sejatinya berpotensi mengakibatkan masalah yang lebih besar lagi di masa mendatang, misalkan perselisihan dan terorisme.
Orang tua harus menyadari bahwa anak belajar agama belum tentu jaminan kebaikan. Karena pada saat ini banyak orang yang tidak bertanggungjawab dengan mengajarkan kebenaran tunggal, serta mengajarkan agama minus adab. Sehingga, tidak mengherankan jika saat ini banyak anak ataupun remaja yang menyalahkan orang tua bahkan menganggap orang tua sesat dan kafir. Jika sudah seperti itu, apa yang bisa dilakukan orang tua?
Oleh karena itu, semakin kompleksnya dinamika dan persoalan agama hendaknya membuat orang tua paham dan sadar tentang cara mendidik agama pada anak dengan baik dan tepat.