Muharram termasuk bulan yang dimuliakan dalam Islam. Karena bulan mulia dianjurkan memperbanyak ibadah puasa. Bahkan Rasulullah menyebut puasa paling baik setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis riwayat Abu Hurairah di mana Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْمَفْرُوضَةِ صَلَاةٌ مِنْ اللَّيْلِ
Artinya:
“Puasa paling baik setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling baik setelah shalat wajib adalah puasa pada malam hari.” (HR: Abu Daud)
Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan hadis ini sebagai penegasan bahwa bulan paling baik untuk melakukan puasa sunnah adalah bulan Muharram. Ini menunjukkan umat Islam sangat dianjurkan puasa Muharram, khususnya pada hari 10 Muharram atau populer dengan nama puasa Asyura.
Rasulullah pernah ditanya tentang keutamaannya, Rasulullah menjawab, “Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim). Namun agar tidak menyerupai kaum yahudi, kaum muslim diperintahkan berpuasa pada hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a).
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi SAW bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.
Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari ’Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat.
[One Day One Hadis program dari Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]