Naskah Pidato Buya Siradjuddin Abbas: PERTI dan Revolusi [Bag-3]

Naskah Pidato Buya Siradjuddin Abbas: PERTI dan Revolusi [Bag-3]

PERTI yakin sedari bermula bahwa untuk melawan imperialisme dan kolonialisme Belanda tidaklah cukup kalau bergerak sendiri, tetapi seluruh usaha harus disatukan dengan kekuatan progresif di luar negeri, terutama kekuatan-kekuatan progresif yang ada di Asia-Afrika.

Naskah Pidato Buya Siradjuddin Abbas: PERTI dan Revolusi [Bag-3]
Buya Siradjuddin Abbas (Sumber poto Wikipedia)

Tulisan ini lanjutan dari bagian sebelumnya, silahkan klik linknya di sini untuk membaca naskah pidato sebelumnya. 

Saudara-saudara

Di bidang legislatif, Partai Islam PERTI tidak pernah absen, bukan saja pada Dewan Perwakilan Daerah, bukan saja di kampung-kampung dalam Musyawarah Negeri, tetapi Partai Islam PERTI ikut mengambil bagian yang aktif menyumbangkan pikiran dan pendapatnya untuk kelangsungan dan ketahanan Revolusi pada setiap DPR di pusat.

PERTI mempunyai wakil dalam KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dalam Parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat), dalam Parlemen Sementara, dalam Parlemen hasil Pemilihan Umum tahun 1955 dan dalam DPR GR yang sekarang.

Begitu juga PERTI mempunyai wakil dalam Dewan Nasional dulu, dalam Konstituante, dalam MPRS, dalam DPA (Dewan Pertimbangan Agung) dan lain-lain sebagainya.

PERTI alhamdulillah ikut aktif dalam pembentukan Front Nasional Pusat, ikut menjadi anggota dalam Front Nasional itu baik di pusat maupun di daerah-daerah.

Jadi PERTI ikut bersama-sama rakyat Indonesia melancarkan Revolusi di segala bidang, baik dalam perjuangan fisik dan maupun dalam perjuangan politik, baik yang bersifat di dalam negeri dan maupun yang bersifat internasional ke luar negeri.

Pemimpin-pemimpin PERTI, alhamdulillah, ikut ambil bagian yang besar dalam gerakan internasional yang bertujuan melawan dan menentang imperialisme, menentang kolonialisme dan neo-kolonialisme.

PERTI yakin sedari bermula bahwa untuk melawan imperialisme dan kolonialisme Belanda tidaklah cukup kalau bergerak sendiri, tetapi seluruh usaha harus disatukan dengan kekuatan progresif di luar negeri, terutama kekuatan-kekuatan progresif yang ada di Asia-Afrika.

Kaum imperialisme di atas dunia bersatu sesamanya melawan rakyat, maka karena itu rakyat terjajah harus pula bersatu untuk melawan dan mengalahkan mereka.

Inilah keyakinan Politik Partai Islam PERTI sedari semula.

Maka karena itu, PERTI aktif mengambil bagian dalam gerakan perdamaian, maka sedari tahun 1952 yang bertujuan mengalahkan kaum imperialis dan kolonialis di mana saja mereka berada dan mengajukan perdamaian dunia yang abadi sesudah dikalahkan kaum imperialis itu dan sesudah tercapai kemerdekaan Nasional yang sungguh-sungguh dari setiap Bangsa.

PERTI ikut memberikan sumbangannya dalam membangun dan meluaskan Gerakan Setiakawanan Rakyat Asia Afrika (OSRAA) yang bertujuan menghalaukan kaum imperialis dari bumi Asia Afrika.

Kita ikut dalam Konferensi Internasional yang membicarakan soal ini, seumpama Konferensi yang diadakan di Stocholm, Peking, Kolombo, Kairo, Konakri, Irak, Tanganjika, dan baru-baru ini pada tanggal 23 sampai 27 Maret 1964 kita ikut dalam Konferensi Setia Kawan Rakyat Asia Afrika di Al-Jazair.

Pada setiap konferensi itu, pemimpin PERTI bukan saja memperkatakan soal Internasional, tetapi tetap terus menerus membawa persoalan kita, umpama perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia, dan baru-baru ini perjuangan menentang dan mengganyang Negara Boneka Malaysia.

Tersebab itulah di antaranya saudara-saudara, maka perjuangan rakyat Indonesia mendapat perhatian dan mendapat bantuan yang penuh dari rakyat progresif di seluruh Asia dan Afrika.

Itulah usaha Partai Islam PERTI saudara-saudara.

Saudara-saudara

Panjanglah kisahnya suka-duka Partai Islam PERTI dalam usahanya menegakkan Agama Islam, dalam kisahnya mempersiapkan revolusi, melaksanakan dan mempertahankan Revolusi 17 Agustus itu.

Tidaklah cukup waktu untuk menceritakan semuanya pada malam ini, tetapi yakinlah saudara-saudara, bahwa berdirinya gerakan PERTI ini 36 tahun tidak hanya penting bagi umat Islam keluarga PERTI, tetapi penting dan mempunyai arti nasional yang besar dalam sejarah kebangunan Bangsa Indonesia.

Kalau sejarah kebangunan Indonesia kita mulai pada tahun 1908, yang berati sudah 56 tahun sampai sekarang, maka PERTI ada hak untuk membangga bahwa ia telah memberikan dharma-baktinya kepada rakyat dan negara selama 36 tahun dalam 56 tahun itu.

Kalau PERTI sudah hidup dalam taufannya zaman kolonial, dalam masa penindasan Jepang yang keci, dalam masa kekacauan di dalam negeri, maka yakinlah kita bahwa PERTI ini akan tetap hidup terus dari abad ke abad sampai tercapai cita-citanya yang utama, yaitu masyarakat adil dan makmur yang merata yang diridhai oleh Allah SWT.

Masa 36 tahun kalau dibanding dengan masa sejarah pertumbuhan sesuatu bangsa belum begitu panjang, tapi dalam dunia kepartaian di Indonesia maka usia 36 tahun sudah boleh dikatakan panjang dan adalah usia yang agak tahan.

Banyak partai-partai dan organisasi masa yang didirikan sebelum atau sesudah itu lenyap. Ada yang umurnya hanya setahun jagung dan ada yang hilang tak tentu rimbanya dan mati tak tentu kuburnya.

Di dalam buku Kerpartaian di Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Penerangan RI tahun 1951, terdapat 27 buah partai politik dan pada ketika berlangsungnya pemilihan Umum di Indonesia tahun 1955 terdapat 60 buah tanda gambar, tetapi yang tinggal sekarang hanya 10 partai politik, satu di antaranya ialah Partai Islam PERTI yang kita peringati malam ini.

Saudara-saudara

Dalam perjalanan hidupnya, Partai Islam PERTI ini sudah banyak juga orang-orang atau kekuasaan yang hendak mematikan Partai Islam PERTI ini. Di zaman kolonial pemerintah Belanda tidak senang kepada PERTI karena PERTI ini dianggapnya satu gerakan umat Islam yang hendak mengalihkan kecintaan rakyat kepada Belanda dengan cepat sehingga Ulama dan ummat Islam yang mulanya dianggap pendukung kolonial kemudian beralih dan berbalik menjadi kaum pejuang yang menuntut kemerdekaan dan tegas mau mengusir Belanda.

Di zaman Jepang, sebagai yang telah diuraikan di atas, pemerintah Jepang bernafsu besar untuk membubarkannya, tetapi dengan tipu muslihat yang sangat licin, pemimpin dan anggota PERTI dalam menyelamatkan gerakan ini sehingga sampai Jepang kalah tidak sanggup membubarkannya.

Setelah Merdeka pun banyak juga orang-orang yang hendak mencoba membubarkan PERTI atau sekurang-kurangnya berniat untuk meniadakan PERTI, tetapi sebagai yang kami katakan tadi, alhamdulillah akhirnya PERTI diakui oleh Pemimpin Besar Revolusi, Presiden/Panglima tertinggi, Bung Karno, karena partai Islam PERTI adalah suatu partai yang berhak hidup dalam negera Republik Indonesia.

Maka benarlah firman Tuhan di dalam kitab suci al-Qur’anul Karim, yang artinya: “Yang buih akan hilang diterbangkan angin, tapi yang bermanfaat bagi manusia akan tetap tinggal di atas bumi.”