Suatu ketika, Abu Ishaq Al-Farazi pernah dinasiahati oleh Ibrahim bin Adham. Abu Ishaq Al-Fazari adalah salah seorang ahli fiqih dan hadis di masa khalifah Harun Ar-Rasyid. Abu Ishaq Al-Fazari mengenal Ibrahim bin Adham sebagai seorang yang banyak diam dan sedikit berbicara. Hal tersebut membuat Abu Ishaq Al-Fazari penasaran. Ia langsung meminta Ibrahim bin Adham untuk berbicara walaupun sedikit. Tak disangka, Ibrahim bin Adham justru memberikan nasehat kepada Abu Ishaq.
“Wahai Abu Ishaq, ketahuilah bahwa ada empat hal yang diinginkan seseorang dalam perkataannya.
Pertama, Perkataan yang diharapkan manfaatnya, namun dikhawatirkan resiko dan bahayanya. Jenis perkataan seperti ini lebih baik ditinggalkan demi keselamatan diri. Karena sebanyak apapun yang diharapkan dari manfaat perkataan jika hal itu mendatangkan bahaya sama saja akan merugikan.
Kedua, Perkataan yang diharapkan manfaatnya, dan tidak dikhawatirkan bahanya. Jenis perkataan seperti ini juga lebih baik dihindari agar tidak menjadi beban bagi lisan dan anggota tubuh dan hanya akan mendatangkan kesia-siaan.
Ketiga, Perkataan yang tidak diharapkan manfaatnya tetapi dikhawatirkan bahayanya. Jenis perkataan seperti ini merupakan penyakit yang berbahaya dan harus ditinggalkan. Karena jenis perkataan seperti ini akan membuat orang takut berinteraksi dengan orang lain.
Keempat, Perkataan diharapkan manfaatnya dan tidak dikhawatirkanbahayanya. Perkataan seperti ini yang harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari bila perlu disebarluaskan agar dapat memberikan manfaat buat diri sendiri dan orang lain.
Tentu masing-masing orang memiliki keinginan yang berbeda dari perkataannya. Namun, lebih baik memilih perkataan yang bermanfaat dan tidak beresiko. Karena seseorang yang memilih perkataan seperti ini akan selalu menyaring seluruh perkataan yang akan keluar dari lisannya. Sedikit berbicara namun memberi manfaat yang berarti.