Jibril pernah bertanya pada Nabi Muhammad SAW, kapan kiamat terjadi?
Anda lebih mengetahui daripada saya, jawab Nabi SAW.
Kalau begitu, apa tanda-tandanya?
Anda akan melihat para penggembala kambing yang tak beralas kaki, telanjang, dan hidup dalam kemiskinan. Mereka berlomba-lomba mendirikan bangunan tinggi dan megah.
Ada banyak tafsir tentang hadis ini. Salah satunya, di penghujung zaman nanti banyak orang miskin yang kemudian hidup sejahtera dan kaya raya. Namun, mereka sombong dan saling berkompetisi dalam menumpuk kekayaan. Mereka berlomba-lomba mendirikan bangunan mewah, megah, dan menjulang tinggi.
Banyak sekali hadis yang mewartakan tanda-tanda kiamat, baik tanda yang masih samar (alamat sughra) maupun tanda yang jelas dan vulgar (alamat kubra). Sebagai sebuah “ramalan” (visioner), tanda-tanda tersebut masih perlu ditakwil dan ditafsirkan, dipahami (verstehen) dan dijelaskan (eklaren).
Nabi Muhammad SAW seorang jenius (fathonah) yang seringkali berbicara menggunakan simbol-simbol yang perlu diuraikan maknanya dan dipecahkan misteri dan teka-teki di dalamnya. Yang disampaikan Nabi Muhammad SAW berupa metafora-metafora yang dipinjam untuk mengimajinasikan sebuah kejadian di masa depan.
Penggembala kambing tak beralas kaki, telanjang dan hidup miskin yang berlomba-lomba mendirikan bangunan tinggi bisa jadi hanyalah sebuah alegori, bukan peristiwa sesungguhnya (makna literal). Narasi tersebut sengaja dibuat dan disampaikan Nabi SAW agar mudah dimengerti dan dipahami audiens saat itu. (1)
Imajinasi Nabi SAW mengembara melintasi puluhan bahkan ratusan abad setelahnya, tapi perlu dipahami alam pikir masyarakat yang hidup di zamannya.
Jika saya memahami narasi tanda-tanda kiamat tersebut, saya memaknainya begini:
Tanda-tanda kiamat salah satunya ditandai oleh berlakunya sistem ekonomi yang basisnya kepemilikan pribadi yang menjunjung tinggi kompetisi dan individualisme.
Setiap orang berlomba-lomba mengakumulasi modal dan kekayaan yang dihasilkan dengan cara menghisap dan mengeksploitasi hak dan milik orang lain (penggembala kambing [buruh]).
Mereka saling berkompetisi, beradu kecepatan dan kesempatan (tak beralas kaki). Juga tak tahu malu (telanjang). Hakikatnya, mereka adalah orang miskin yang hidup dari hutang (hutangnya lebih besar dari harta miliknya). Sistem perbankan dan negaralah yang menjamin hidup mereka.
Sistem ekonomi ini hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tapi tak peduli pada pemerataan dan kesejahteraan bersama (common good). Dalam hadis digambarkan dengan berlomba-lomba mendirikan bangunan tinggi.
Jadi, menurut hadis ini, salah satu tanda kiamat adalah berlakunya sistem ekonomi kapitalisme. Di akhir zaman, sistem ekonomi ini akan berjaya menguasai dunia (Dajjal) dan akan berakhir dan berhasil dikalahkan oleh sistem ekonomi yang menitikberatkan pada keadilan dan basisnya kepemilikan bersama (kemunculan Nabi Isa AS). Sebelum kiamat tiba, seluruh umat manusia akan hidup makmur dan sejahtera.
Anda sangat boleh tidak setuju dengan penafsiran saya yang bisa jadi ngawur ini. Tulisan ini akan berlanjut pada “kapitalisasi” dan “ideologisasi” tanda-tanda kiamat. Jika Anda tertarik kelanjutannya silakan share tulisan ini.
(1) Al-Ghazali dalam Faishal al-Tafriqah Bayna al-Islam wa al-Zandaqah membagi realitas (wujud) dalam 4 bentuk: 1) dzati. 2) hissi. 3) aqli. 4) syabahi. Dalam memahami teks-teks keagamaan seringkali kita harus mengurai lapisan makna tersebut (mungkin perlu tulisan tersendiri utk menjelaskan ttg ini)