10 Dzulhijjah disebut sebagai yaum al-adha atau id al-adha. Kata id diambil dari lafaz aada-ya’uudu audatan wa iidan yang artinya kembali. Sedangkan lafaz adha adalah bentuk lampau yaitu adha yudhi udhiyyatan yang artinya berkorban. Jadi, idul adha artinya perayaan yang dilakukan umat Islam untuk kembali kepada semangat pengorbanan. Id al-adha juga bisa disebut dengan yaum al-dhahwah karena pelaksanaan kurban boleh dilakukan pada waktu duha.
Idul Adha merupakan satu dari dua hari raya Islam yang diperingati masyarakat Indonesia sebagai hari libur nasional. Selain dinamakan Hari Raya Kurban, idul adha disebut juga dengan Hari Raya Haji.
Dalam Zahrat al-Riyadh disebutkan bahwa suatu hari, Nabi Dawud bertanya kepada Allah, “Tuhan, sebesar apa pahala umat Muhammad yang melaksanakan kurban?.” Maka, Allah menjawab, “Aku berikan pahala kepadanya setiap bulu dari hewan kurbannya 10 kebaikan, Aku hapuskan 10 keburukan dan Aku angkat 10 derajat. Setiap satu bulu, akan Aku ganti menjadi istana di surga, seorang bidadari yang ayu dan kendaraan yang bersayap berkecepatan tinggi di surga. Tidakkah engkau tahu hai Dawud, bahwa ibadah kurban adalah karunia-Ku dan dapat menghapus kesalahan-kesalahan?.”
Selain berpahala besar, hewan kurban kelak akan menjemput pemiliknya di atas kubur, sebagaimana dijelaskan Abdurrahman bin Abdussalam dalam Nuzhat al-Majalis dengan mengutip sebuah hadis bunyinya:
مَنْ ضَحَّى أُضْحِيَّتَهُ، فَإِذَا خَرَجَ مِنْ قَبْرِهِ وَجَدَهُ قَائِمًا عَلَى رَأْسِ الْقَبْرِ. فَإِذًا شَعْرُهُ مِنْ قَضَبْانِ الذَّهَبِ وَعَيْنُهُ مِنْ يَاقُوْتٍ وَقَرْنَاهُ مِنْ ذَهَبٍ. فَيَقُوْلُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَمَا رَأَيْتُ شَيْأً أَحْسَنَ مِنْكَ. فَيَقُوْلُ: أَنَا قُرْبَانُكَ الَّذِى قَرَّبْتَنِي فيِ الدُّنْيَا. اِرْكَبْ عَلَى ظَهْرِي!. فَيَرْكَبُ عَلَيِهِ وَيَذْهَبُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِلَى ظِلِّ الْعَرْشِ
Barangsiapa yang berkurban, kelak apabila bangkit dari kuburnya, ia akan menemukan hewan kurbannya berdiri tegak menjemputnya di atas kubur. Bulu hewan kurban itu tercipta dari bulu-bulu emas, kedua matanya tercipta dari intan, dan kedua tanduknya terbuat dari emas. Kemudian ia bertanya pada hewan itu, “Kamu siapa?, aku tak pernah melihat sesuatu yang lebih indah darimu.” Hewan itu pun menjawab, “Aku adalah hewan yang kau kurbankan sewaktu di dunia. Sekarang, naiklah ke punggungku!.” Maka ia pun naik ke punggung hewan itu, lalu terbang antara langit dan bumi hingga naik ke Arasy.
Sementara itu Muhyiddin Syaikhu Zadah, penulis Hasyiyah ala Tafsir al-Baidhawi dalam bukunya Jawahir Zadah mengutip pernyataan Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلىَ شِراَءِ الأُضْحِيَّةِ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ حَسَناَتٍ وَمَحاَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئاَتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجاَتٍ , وَإِذاَ تَكَلَّمَ فىِ شِراَئِهاَ كاَنَ كَلاَمُهُ تَسْبِيْحاً وَإِذاَ نَقَدَ ثَمَنَهاَ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةِ حَسَنَةٍ وَإِذاَ طَرَحَهاَ عَلَى الأَرْضِ يُرِيْدُ دَبْحَهاَ اسْتَغْفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهاَ إِلىَ الأَرْضِ السَّابِعَةِ وَإِذاَ أَهْرَقَ دَمَّهاَ خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِّهاَ عَشْرَةٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إِلىَ يَوْمِ القِياَمَةِ وَإِذاَ قَسَمَ لَحْمَهاَ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ لُقْمَةٍ مِثْلَ عِتْقِ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
Barangsiapa keluar rumah untuk membeli hewan kurban, maka setiap langkahnya akan dibalas 10 kebaikan, dihilangkan 10 keburukan, dan diangkat 10 derajat. Transaksi yang terjadi saat membeli hewan kurban dianggap tasbih. Uang yang dibayarkan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Ketika hewan kurban tersebut ditidurkan untuk disembelih, semua makhluk memohon ampun untuknya hingga bumi paling bawah. Tiap tetesan darahnya menjadi 10 malaikat yang memintakan ampun kepadanya hingga hari kiamat. Jika dagingnya telah dibagikan dan dimakan, maka tiap suapan sama seperti memerdekakan anak cucu Nabi Ismail as.