Saat ini, Indonesia tengah memasuki musim penghujan sejak bulan Oktober 2018. Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, musim hujan di Indonesia akan mengalami puncaknya pada bulan Januari 2019. Hujan bagi sebagian orang dianggap sebagai pembawa rezeki dan berkah. Namun bagi sebagian orang lainnya, hujan justru dianggap menjadi penghambat rezeki dan penghalang aktifitas sehari-hari.
Sebagai contoh, para tukang ojek di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, diberitakan sedang mengeluhkan pendapatan mereka yang menurun akibat musim hujan. Dalam beberapa hari terakhir, pendapatan mereka menurun lantaran musim hujan tengah melanda daerah tersebut. Jika biasanya mereka mendapatkan pendapatan sekitar Rp. 100.000 hingga Rp. 120.000 per hari, di musim hujan mereka hanya meraih pendapatan sekitar Rp. 70.000 hingga Rp. 80.000 per hari. Dengan demikian, mereka berharap musim hujan akan segera berakhir agar pendapatan mereka dapat normal kembali.
Sesungguhnya, hujan merupakan karunia sekaligus rahmat yang diturunkan oleh Allah. Sebab Allah menurunkan hujan sebagai bentuk rejeki kepada manusia. Sebagaimana Allah berfirman, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 21-22)
Saat hujan turun, sebenarnya itulah waktu emas bagi umat Islam untuk memanjatkan doa kepada Allah. Pasalnya, waktu hujan turun adalah waktu mustajabnya doa dan peluang doa untuk dikabulkan sangatlah besar. Seperti disebutkan dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi) Lalu Mengapa doa saat hujan mustajab? Sebab saat hujan akan ada banyak jumlah malaikat yang turun karena para malaikat menjaga butiran hujan yang turun.
Dalam Tafsir Ath-Thabari, ada sebuah riwayat yang menyebutkan: Telah menceritakan pada kami al-Qasim, Ia berkata : Telah menceritakan pada kami al-Husain, Ia berkata : Telah menceritakan pada kami Hasyim, Ia berkata : Telah mengkhabarkan pada kami Isma’il bin Salim dari al-Hakam bin’Utaibah dalam firman Allah : “Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu”. Dia berkata ; Tidaklah satu tahun lebih banyak hujannya dan tidak lebih sedikit,akan tetapi satu qaum diberi hujan, sedang yang lain tidak, dan terkadang hujan turun dilaut. Dia berkata : Telah sampai pada kami bahwasanya turun bersama tetes hujan, Malaikat yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah anak Iblis dan anak Adam. Mereka menjaga setiap tetes ditempat ia jatuh, dan apa yang ia tumbuhkan”.
Selain memanjatkan permohonan dan doa, umat Islam juga hendaknya membaca doa berikut. Yaitu doa, “Allahumma shoyyiban naafi’aa”. Yang artinya adalah “Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.” Itulah doa yang juga dipanjatkan oleh Rasulullah SAW saat beliau melihat turunnya hujan. Hal tersebut berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu ’anha, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat).” (HR. Bukhari, Ahmad, dan Nasa’i)
Dengan demikian, umat Islam hendaknya tidak mengeluh saat hujan turun sebab hujan merupakan rahmat dan rezeki dari Allah. Selain itu, umat Islam hendaknya memperbanyak doa dan memanjatkan permohonan kepada Allah saat hujan. Pasalnya, waktu turunnya hujan menjadi salah satu waktu mustajab doa sebab saat hujan akan ada banyak malaikat yang turun ke bumi.
Wallahu a’lam.