Memiliki nama lengkap Muqatil bin Sulaiman bin Basyir al-Balkhi al-Adzi. Ulama kelahiran kota Balkh, sebuah kota yang berada di Khurasan ini kerap disapa dengan nama kunyah Abu al-Hasan al-Balkhi. Tidak banyak yang mengetahui kapan beliau lahir, namun dalam sebuah riwayat Sulaiman bin Ishaq dikatakan bahwa beliau tidak pernah bertemu dengan al-Dahhak. Jika demikian, maka Muqatil lahir pada tahun 109 H karena al-Dahhak wafat pada tahun 105 H.
Sedangkan dalam riwayat Ubaid bin Sulaiman disebutkan bahwa Muqatil sempat bertemu dan banyak merujuk pada al-Dahhak, terutama dalam tafsirnya. Maka kemungkinan beliau lahir pada tahun 60-70 H, jika demikian maka al-Dahhak wafat ketika Muqatil berusia 42 tahun.
Muqatil bin Sulaiman mencari ilmu sekaligus menghabiskan masa kecilnya di tanah kelahirannya yaitu kota Balkh, Khurasan. Tidak hanya berhenti disitu, beliau juga merantau ke daerah Marwa yang masih berada di Khurasan. Selanjutnya, beliau pindah ke Irak dan menetap di Basrah kemudian pindah lagi ke Baghdad. Tidak lama kemudian beliau kembali lagi ke Basrah dan menetap hingga wafat di sana.
Selama perjalananya mencari ilmu, beliau mempunyai beberapa guru, diantaranya: Sabit al-Banani, Zaid bin Aslam, Sa’id al-Maqburi, Syurahbil bin Sa’ad, al-Dahhak Ibn Muzahim, Ubaidillah bin Abi Bakr bin Anas bin Malik, ‘Ata bin Abi Rabah, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, Nafi’ Maula ibn Umar, Mujahid bin Jabar al-Makki, Muhammad bin Sirin, Abu Ishaq al-Sabi’i, Abu Zabir al-Makki.
Disamping itu, beliau juga mempunyai beberapa murid, diantaranya: ‘Ismail bin ‘Iyas, Saad bin al-Salt, Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Muhammad al-Muharibi, ‘Abd Razzaq bin Hammam, al-Walid bin Muslim, Abu Nashir Sa’dal, Ibnu Sa’id al-Balkhi, Abu Hayah Syarih bin Barid, Abu Nasir Mansur bin Abdul Hamid, al-Bawardzi, Abu al-Junaid ad-Dharir, Abdurrahman bin Sulaiman bin Abi al-Jaun, ‘Isa bin Abu Fatimah, ‘Isa bin Yunus, Harami bin Umarah bin Abi Hanifah, Hammad bin Muhammad al-Fazary, Hamzah bin Ziyad al-Tusy, Nasr bin Hammad al-Warraq, Yahya bin Syibl, Yusuf bin Khalid al-Samti, al-Walid bin Mazid.
Muqatil wafat pada tahun 150 H/767 M, beliau meninggalkan banyak karya dalam bentuk tulisan, terutama dalam bidang tafsir, diantaranya: Tafsir al-Kabir, Nawadir at-Tafsir, an-Nasikh wa al-Mansukh, al-Rad ala al-Qadariyah, al-Wujuh wa an-Nadzair fi al-Qur’an, Tafsir Khomsumiati Ayat Min al-Qur’a al-Karim, al-Aqsam wa al-Lughoh, al-Ayat wa al-Mutasyabihat.
Muqatil bin Sulaiman merupakan salah satu ulama tafsir yang dikenal melalui karya monumentalnya berjudul Tafsir al-Kabir. Perihal latar belakang penulisannya, barangkali tidak tercantum secara tersurat. Akan tetapi, secara tersirat telah tercantum di dalam muqaddimahnya. Konon apa yang beliau ketahui tentang al-Quran, tidak hanya dapat bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga bagi umat Islam secara luas. Beliau berharap bahwa umat Islam dapat membaca Al-Qur’an sekaligus memahami kandungannya.
Berangkat dari hal tersebut, kemudian lahirlah sebuah kitab yang ditulis secara individu bernama Tafsir al-Kabir atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Muqatil. Tujuan penulisannya tak lain adalah untuk menafsirkan dan juga menta’wilkan ayat al-Qur’an agar dapat dipahami oleh umat Islam.
Lebih lanjut, metode yang digunakan dalam Tafsir Muqatil adalah metode Tahlili. Sebuah metode yang penyusunannya mengikuti mushaf utsmani yaitu dari al-Fatihah sampai an-Nas serta menafsirkan al-Qur’an secara lengkap 30 juz. Sedangkan sumber penafsirannya, menggunakan dua sumber, yaitu bi al-ma’tsur (riwayat) dan bi al-Ray’i (nalar). Konon, tafsir Muqatil merupakan tafsir yang pertama kali menggabungkan antara bi al-Ma’tsur dan bi al-Ra’yi.
Perihal sistematika penulisannya, tafsir Muqatil ditulis secara lengkap 30 juz al-Qur’an dan dibagi menjadi lima jilid, setiap jilidnya berisi seperempat surat al-Qur’an. Jilid pertama terdiri dari 601 halaman, dimulai dari al-Fatihah sampai al-An’am. Jilid kedua terdiri dari 790 halaman, dimulai dari al-A’raf sampai Maryam. Jilid ketiga terdiri dari 956 halaman, dimulai dari Taha sampai al-Jasiyah. Jilid keempat terdiri dari 1061 halaman, dimulai dari al-Ahqaf sampai an-Nas. Sedangkan jilid terakhir terdiri dari 279 halaman, berisi biografi dan metode penafsiran Muqatil yang ditulis langsung oleh ‘Abdullah Mahmud Syahatah.
Pada akhirnya, beliau mendapatkan pujian sebagaimana riwayat dari Imam Asy-Syafi’i R.A: “Manusia berhajat pada tiga orang yaitu Muqatil bin Sulaiman dalam tafsir, Zuhair bin Abu Salma dalam syair dan Abu Hanifah dalam fiqih”. Disamping itu, beliau juga mendapatkan kritikan dari Muhammad Husain az-Zahabi, menurutnya: “Orang-orang yang memuji tafsir Muqatil, secara umum melemahkannya”.
Wallahu A’lam.