Menengok Strategi UIN Surakarta Jadikan Moderasi Beragama sebagai Brand Image

Menengok Strategi UIN Surakarta Jadikan Moderasi Beragama sebagai Brand Image

Sebagai program studi termuda di UIN Surakarta, Prodi Pemikiran Politik Islam (Prodi PPI) aktif membangun brand image moderasi beragama

Menengok Strategi UIN Surakarta Jadikan Moderasi Beragama sebagai Brand Image
Salah satu kegiatan Prodi PPI, diskusi buku Moderasi Beragama karya Dr. Nur Khafid

SOLO, ISlAMI.CO – Membincangkan Moderasi Beragama di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN), mestinya identik dengan hingar bingar pemikiran dan gagasan seputar dinamika keagamaan masyarakat Indonesia. Tidak salah, mengingat lahirnya moderasi beragama beriringan dengan situasi keagamaan di Indonesia yang memanas akibat paham mayoritarianisme agama, dan disulut oleh bahan bakar bernama politik identitas.

Konsep moderasi beragama banyak dipraktikkan sebagai sebuah gerakan bersama lintas sektor masyarakat dalam merawat harmoni di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Praktik tersebut banyak terlihat dari ramainya penelitian, buku, dan pelatihan dengan membubuhkan moderasi beragama sebagai tajuk utamanya. Ia juga hadir di mimbar-mimbar ceramah dan seminar-seminar baik di level kelurahan sampai konferensi internasional. Secara praktis, moderasi beragama juga jadi bagian penting dari budaya rekrutmen birokrasi aparatur negara. Kita semua menyaksikan itu.

Akan tetapi, apakah moderasi beragama hanya berfungsi sebagai konsep wacana dan objek kajian semata? Prodi Pemikiran Politik Islam (PPI) UIN Surakarta barangkali punya jawabannya.

Bagi para civitas akademika UIN Surakarta, moderasi beragama bukan hanya berhenti di wilayah pemikiran dan adu kencang gagasan ilmiah. Prodi PPI memiliki pemaknaan lain seputar moderasi beragama. Para punggawa prodi tersebut mampu melakukan terobosan dalam pemanfaatan moderasi beragama sebagai salah satu cara untuk menguatkan program studi yang umurnya baru hitungan bulan di tahun 2023 ini.

Moderasi Beragama dan Brand Image Program Studi

Prodi Politik Pemikiran Islam (PPI) merupakan prodi termuda di UIN Raden Mas Said Surakarta. Prodi ini tergabung menjadi salah satu program studi di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD). Usianya belum sampai satu tahun, dan baru membuka penerimaan mahasiswa angkatan pertama pada semester ganjil tahun akademik 2023/2024 dengan mahasiswa aktif berjumlah sembilan orang. Meski demikian, kenyataan ini tak menjadi halangan.

Tahun pertama mengembangkan Prodi baru, tak ubahnya mengasuh anak yang baru lahir. Harus telaten, dan mesti serius karena kita membangun pondasi. Kalau salah asuhan sejak awal, bisa fatal ke depannya,” terang Syafawi A. Qadzafi, M.A. sebagai Koordinator Prodi PPI UIN Surakarta.

Dafi, panggilan akrabnya, mengungkapkan bahwa sebagai koordinator di program studi baru, ia mengemban tugas yang tidak mudah.

Selain beban kerja birokratis berupa urusan administrasi dan mahasiswa, ia juga bertanggungjawab untuk gencar mengkampanyekan prodi baru ini supaya makin dikenal oleh publik. Tujuan utamanya jelas, untuk menaikkan angka jumlah pendaftar di tahun ajaran baru nanti.

Menjalankan prodi baru ini seperti ikut kompetisi triathlon, Mas. Fungsi administrasi, komunikasi, dan promosi kita jalankan semua. Dari ketiganya, kunci keberlanjutannya jelas. Meningkatkan jumlah mahasiswa baru di tahun depan. Kita jalin jaringan sebanyak mungkin,” ucapnya dengan semangat.

Dari sekian banyak strategi dalam mempromosikan prodi baru, Dafi memanfaatkan konsep moderasi beragama sebagai salah satu strategi utama. Tujuannya tidak lain supaya brand image Prodi PPI makin lekat di kepala masyarakat umum sebagai program studi ilmu politik yang berkarakter khas secara nilai.

Gagasan tersebut dikonfirmasi dan diapresiasi oleh Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FUD UIN Surakarta, Dr. Nur Khafid. Ditemui secara terpisah, ia mengungkapkan bahwa moderasi beragama mampu menjadi penciri yang khas bagi Prodi PPI. Sebagai prodi baru yang masih dalam masa pertumbuhan, Prodi PPI juga membutuhkan ide-ide segar dan inisiatif yang berani.

“Gagasan Pak Dafi sangat brilian. Saya apresiasi. Selama ini moderasi beragama banyak dibahas sebagai objek kajian, tapi tidak banyak yang punya gagasan moderasi beragama juga bisa jadi brand atau penciri yang kuat bagi prodi.” Ungkapnya mengapresiasi.

Dr. Nur Khafid bukan orang kemarin sore dalam kajian moderasi beragama. Buku terbarunya berjudul Moderasi Beragama Reproduksi Kultur Keberagaman Moderat di Kalangan Generasi Muda Muslim yang terbit pada tahun 2023. Buku tersebut juga merupakan buah penelitian dan kajiannya selama bertahun-tahun. Lebih lanjut, Nur Khafid menguraikan kenapa moderasi beragama cukup tepat dimanfaatkan sebagai penciri program studi.

“Ada empat indikator dalam moderasi beragama. Komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan tradisi lokal. Tepat itu. Prodi PPI sedang membangun pondasi itu. Moderasi beragama tepat jadi fitur penting di dalamnya.”

 

Politik dan Toleransi di Kota Solo

Setidaknya selama satu semester eksistensinya, Prodi PPI telah melakukan banyak inisiatif kegiatan ilmiah sekaligus promosi dengan memanfaatkan strategi, brand, dan jejaring yang dibangun melalui pendekatan moderasi beragama. Antara lain dengan menggelar diskusi buku, pelatihan moderasi beragama, menyiarkan podcast, dan banyak lainnya.

Salah satu dari inisiatif konkret yang dilakukan adalah kunjungan ke pemangku kepentingan di luar kampus. Prodi PPI menginisiasi kunjungan ke Sekretariat Bersama FKUB Surakarta pada tanggal 4 Desember 2023. Dalam kunjungan tersebut, Prodi PPI menggelar dialog interaktif antara mahasiswa dan para tokoh pengawal keberagaman di Kota Surakarta yang tergabung dalam FKUB. Keberadaan Surakarta, atau Solo, sebagai sorotan utama situasi politik nasional jelas tidak ingin dilewatkan oleh para civitas akademika yang berkeinginan menggali pelajaran penting dari situ.

Kunjungan tersebut diterima oleh Ketua FKUB Surakarta, KH. Mashuri, S.E., M.Si. Dia menyatakan bahwa bahwa Solo saat ini menjadi kota yang mengalami peningkatan pesat dalam indeks toleransi. Indikator membaiknya ini salah satunya dirilis oleh Setara Institute pada tahun 2022. Solo berhasil naik dari atribut kota toleran peringkat ke-39 di tahun-tahun sebelumnya, menjadi peringkat ke-4 pada tahun 2022. Tidak heran, jika menengok ke belakang, dulu Solo dikenal sebagai episentrum gerakan ekstrem. Lebih jauh lagi, pergolakan dinamika politik Solo menjadi unik, sebab ada di persimpangan aliran gerakan kiri dan kanan.

“Solo ini bukanlah pusat, tapi jadi panggung. Baik kelompok kiri, maupun kelompok kanan. Ibaratnya, di Solo yang jatuh jarum, di Jakarta beritanya jadi jatuh besi.” ujar KH. Mashuri di sela dialog tersebut.

Ungkapan KH. Mashuri rupanya diamini juga oleh Qadzafi. Menurutnya, keberadaan Prodi PPI di wilayah Solo Raya menemukan relevansinya. Terutama jika berkaca pada situasi terkini dinamika perpolitikan Indonesia, Solo selalu mendapatkan sorotan lampu yang lebih terang dari kabupaten atau kota lainnya. Bagi Dafi, ini merupakan momentum yang tidak boleh terlewatkan. Dengan tujuan untuk mendapatkan gambar besar dinamika sosial politik keagamaan, dan menganalisa dari sisi kajian ilmiah.

“Salah satu tugas akademisi kan untuk menemukan gambar besar dari fenomena yang terjadi. Eksposure Kota Solo yang tinggi adalah fenomena. Prodi PPI harus bisa ikut ambil peran dalam fenomena itu.” Qadzafi menegaskan.

Meski baru sebulan menjabat, Dafi berkomitmen untuk terus mempertahankan moderasi beragama sebagai salah satu pilar penting dalam membesarkan program studi yang ia asuh. Oleh karenanya ia sangat mengharapkan program moderasi beragama tidak hanya sebagai pengarusutamaan wacana, tapi juga sebagai platform kolaboratif penguatan lintas pemangku kepentingan. Sehingga moderasi beragama mampu mewarnai upaya-upaya konkret yang sedang diupayakan program studi Pemikiran Politik Islam. Termasuk target utama program studi yang sedang ia kejar saat ini: menambah jumlah pendaftar di tahun ajaran mendatang.