Menyingkap Rahasia Puasa (Bag.1)

Menyingkap Rahasia Puasa (Bag.1)

Menyingkap Rahasia Puasa (Bag.1)

Ramadhan terbilang bulan istimewa bagi umat Islam. Terdapat banyak keberkahan dan ampunan di dalamnya. Bahkan dalam sebuah hadis dikatakan,  pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu pada saat Ramadhan (HR: al-Bukhari). Artinya, peluang untuk beribadah dan menggapai pahala terbuka lebar bagi siapapun. Kesempatan baik ini tidak ditemukan di bulan lainnya. Karenanya, perbanyaklah ibadah di bulan Ramadhan.

Pada bulan Ramadhan, Allah SWT memerintahkan hambanya untuk mengerjakan ibadah puasa (QS: al-Baqarah: 183). Kewajiban puasa ini diamanahkan kepada orang beragama Islam, baligh-berakal, dan mampu melaksanakannya. Selain puasa di siang hari, dianjurkan pula memperbanyak ibadah di malam harinya, seperti shalat tarawih, shalat tahajud, membaca al-Qur’an dan ibadah sunnah lainnya.

Kebanyakan umat Islam sangat antusias meramaikan Ramadhan dengan ibadah. Jarang ditemukan masjid yang kosong pada malam Ramadhan. Bila jemaah masjid di luar Ramadhan tidak lebih satu atau dua shaf, pada bulan Ramadhan hampir sebagian besar masjid penuh. Bahkan tidak mampu menampung banyaknya jemaah. Lantunan al-Qur’an pun terdengar di mana-mana, mulai dari pagi sampai malam. Begitu pula dengan dakwah dan kajian keagamaan. Sebagian besar masjid, musala, dan surau sarat dengan kajian keagamaan.

Semangat beribadah seperti ini diharapkan tidak hanya terjadi di bulan Ramadhan. Kendati Ramadhan bulan mulia, bukan berati di luar Ramadhan tidak perlu memperbanyak ibadah.

Bagaimanapun, tidak ada batasan dalam beramal. Beramal baik boleh dilakukan kapan dan di mana pun. Usahakan ibadah yang dilakukan di Ramadhan tetap konsisten dikerjakan di luar Ramadhan. Menjaga konsistensi memang bukan perkara mudah. Perlu usaha keras untuk benar-benar mewujudkannya.

Sejatinya Ramadhan merupakan bulan latihan dan pendidikan. Hati dan pikiran kita dididik untuk senantiasa ingat kepada Allah SWT. Sebagaimana diketahui, puasa sangat pribadi dan individual. Orang lain tidak bisa memastikan kita puasa atau tidak. Hanya diri sendiri dan Allah SWT yang mengetahui seseorang sedang puasa atau tidak.

Oleh sebab itu, dibutuhkan kejujuran dalam hal ini. Tanpa kejujuran dan keta’atan pada Allah SWT, tidak mungkin puasa dikerjakann secara sempurna.

Karena Ramadhan adalah bulan latihan, tentu semangat beribadah tidak boleh berhenti di bulan Ramadhan saja. Ia hanyalah awal untuk membiasakan diri beribadah. Harapannya, amalan dan kebaikan yang dilakukan pada bulan tersebut, tetap terlaksana di bulan-bulan lainnya. Sebagian orang mungkin bisa menahan diri untuk tidak bermaksiat di bulan Ramadhan, tetapi dia akan merasa kesulitan ketika berada di luar ramadhan.

Semangat ibadah dan beramal shaleh pada bulan Ramadhan begitu tinggi, tapi sangat disayangkan mengapa semangat itu menurun drastis di luar Ramadhan. Seharusnya kebaikan semacam ini dipertahankan. [Bersambung]