Menteri Agama Fachrul Razi membuka International Symposium on Religious Life 2020 (3/11) secara virtual. Kegiatan tersebut mengangkat tema “Kehidupan Keagamaan, Etika dan Martabat Manusia di Era Disrupsi”.
“Event ini saya pandang sangat strategis, untuk menjaring berbagai ide, mendiskusikannya, dan mengontribusikannya bagi penguatan nilai-nilai kemanusiaan, dan membangun peradaban,” tutur Menteri Agama.
Menurutnya, hari ini dunia sedang berubah drastis, terutama disebabkan pandemi yang menerpa semua negara di dunia. Pandemi telah meluluhlantakkan tata kehidupan manusia, dari makhluk sosial yang gemar berkumpul dan berinteraksi secara dekat, menjadi makhluk yang dipaksa berjarak baik secara fisikal maupun akibatnya secara sosial bahkan psikologis.
Menteri Agama juga melihat dunia hari tengah mengalami disrupsi di berbagai bidang, bukan hanya karena adanya pandemi. Disrupsi telah menjamah perilaku komunikasi masyarakat hingga cara beragama umat manusia. Sebagai dampak dari perkembangan teknologi digital, komunikasi masyarakat kini beralih dari dunia nyata ke dunia maya.
“Otomatisasi dan pertukaran data-informasi secara virtual, menyebabkan peran manusia, konektivitas antarmanusia, dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan diuji. Kecerdasan buatan, artificial intelligent, yang pada awalnya membantu peran-peran manusia, pada gilirannya mendominasi bahkan menggantikan peran tersebut. Lalu, rasa kemanusiaan menjadi hilang karena bagaimanapun mesin tetaplah mesin,” ujarnya.
Di akhir sambutan, menteri agama berharap ISRL 2020 dapat ikut mendiskusikan berbagai fenomena kehidupan keagamaan di era disrupsi. Selain itu juga mengontribusikan berbagai pemikiran/strategi untuk bahan kebijakan keagamaan dan menjaga martabat serta peradaban manusia.
ISRL (International Symposium of Religious Life) merupakan kerjasama antara International Consortium of Religious Studies (ICRS) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pelatihan Kementerian Agama (Kemenag). Simposium ini diselenggarakan dua tahunan dengan tema utama tahun ini sebagai (Kehidupan Beragama, Etika, dan Martabat Manusia di Era Disrupsi)
ISRL ke-3 akan menyoroti peran agama dan etika di era disruptif yang mengikis nilai-nilai kemanusiaan, kesopanan, dan martabat. Dalam proses perkembangan dan revolusi teknologi, agama dapat memainkan peran penting dalam memberikan bimbingan spiritual, moral, dan etika.
Dalam konteks pandemi Covid-19, agama dipersepsikan dalam dua cara: di satu sisi, beberapa komunitas agama telah sengaja lalai dan menjadi ‘penyebar super’ virus berbahaya dengan menentang perintah tinggal di rumah. Namun, di sisi lain, agama juga mendorong penganutnya untuk mendukung komunitas yang rentan secara ekonomi dan terpinggirkan yang terkena dampak lockdown dan pembatasan sosial. Demikian pula, dalam demokratisasi, agama memberi masyarakat dorongan dinamis yang diperlukan untuk mempertahankan semangat, ketahanan, dan keberlanjutannya.
Oleh karena itu, Simposium ini diharapkan dapat menggali kompleksitas bagaimana agama, nilai-nilai agama dan keyakinan komunitas menghadapi tantangan kontemporer untuk menegakkan etika dan martabat manusia.