Detik-detik kematian khalifah pertama Abu Bakar Al-Siddiq berbeda dengan sahabat-sahabat lainnya. Saat kematian akan menjemputnya, memisahkannya dari keluarga, sahabat dan teman-teman tercinta, ia tetap sibuk mengurus umat Islam termasuk urusan yang berkaitan kepemimpinan sesudahnya. Setiap hari ia menasehati anaknya dan khalifah yang akan menggantikan dirinya. Dalam nasehatnya, Abu Bakar selalu mengingatkan mereka untuk takut dan bertakwa kepada tuhan pencipta langit dan bumi serta selalu ingat kehidupan selanjutnya yang abadi. Ayat Al-Quran yang sering dikutip Abu Bakar adalah surah Qaff: 19.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya,” (QS. Qāf: 19).
Ibnu Al-Jauzi dalam bukunya yang bejudul “Sifāt al-Safwah” pernah meriwayatkan bahwa tatkala Abu Bakar sedang sakit, banyak orang yang menengoknya. Bahkan mereka menawarkan dokter yang bisa mengobati penyakitnya. Namun ditolak dengan halus. Karena ia merasa kematian telah berada di pelupuk matanya.
Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa ketika Abu Bakar yang sedang sakit, ia datang menengoknya dan meminta nasehat terakhir dari ayah Aisyah tersebut.
“Wahai Khalifah, berikanlah nasehatmu kepadaku karena aku marasa engkau tidak bisa menasehatiku kecuali hari ini,” pinta Salman kepada Abu Bakar.
“Baiklah! Wahai Salman, nanti akan terjadi penaklukan di negeri orang kafir namun sungguh aku tidak tahu bagaimana nasibmu selanjutnya, apa yang engkau masukkan dalam perutmu dan engkau kenakan di atas punggungmu nantinya. Ketahuilah wahai Salman, barang siapa yang melakukan shalat lima waktu, maka ia akan berada dalam lindungan Allah SWT. Jangan pernah membunuh ahlu zimmah jika engkau tidak ingin dituntut oleh Allah dan dicampakkan di neraka,” kata Abu Bakar kepada Salman.
Dalam bukunya “Al-Muhtadharun” , Abu Bakar bin Abdullah bin Abi Dunya meriwayatkan bahwa tatkala Abu Bakar Al-Siddiq akan meninggal dunia, ia berpesan kepada Umar bin Al-Khatab ra. Pesan itu berbunyi, “Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya ada perbuatan yang harus dikerjakan untuk Allah pada malam hari dan tidak diterima jika dikerjakan pada siang hari. Ada juga perbuatan yang harus dikerjakan untuk Allah pada siang hari dan tidak akan diterima jika dikerjakan pada malam hari. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan yang sunnah sebelum yang wajib dilaksanakan. Ketahuilah bahwa orang-orang yang memiliki timbangan amalan kebaikan yang berat di akhirat, adalah mereka yang selalu mengikuti kebenaran di dunia. Kebenaran itulah yang memberatkan timbangan mereka. Sungguh, timbangan tidak akan menjadi berat kecuali di atasnya ada kebenaran.
Adapun orang-orang yang memiliki timbangan amal kebaikan yang ringan di akhirat adalah mereka yang mengikuti kebatilan selama hidup di dunia. Kebatilan itulah yang membuat timbangan mereka menjadi ringan. Sungguh, timbangan tidak akan menjadi ringan kecuali di atasnya ada kebatilan. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah menurunkan ayat yang mengandung harapan bersamaan dengan ayat yang mengandung kesulitan, dan ayat yang mengandung kesulitan bersamaan ayat yang mengandung harapan? Hal ini dimaksudkan agar manusia selalu berharap dan takut kepada Allah, tidak membinasakan dirinya serta tidak memohon kepada Allah pada sesuatu yang tidak benar. Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tak ada satu pun yang paling engkau senangi dari yang hal yang gaib kecuali kematian. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tak ada satu pun yang paling engkau benci dari yang hal yang gaib kecuali kematian. Engkau pasti bisa melakukannya”.
Nasehat Abu Bakar Al-Siddiq mengingatkan kita pada akhirat. Ternyata dunia yang dibanggakan oleh banyak manusia hanya menjadi tempat persinggahan sementara dan semua akan ditinggalkan menuju kampung abadi yaitu akhirat. Tidak ada yang patut dibanggakan dalam diri kita, karena pada hakekatnya kita akan kembali pada Allah SWT.