Bila ditanya film pahlawan super favorit, maka saya akan menjawab Black Panther. Faktor utamanya karena film ini memiliki pesan mendalam terhadap kelompok yang sering mengalami rasial. Ketika di Amerika Serikat isi rasial terhadap kulit hitam masih belum tuntas, Marvel Cinematic Universe (MCU) memberikan kesempatan bagi sutradara, penulis naskah, dan pemain utama Black Panter kepada orang kulit hitam.
Hal ini jarang yang ditampilkan dalam berbagai film. Biasanya, lakon heroik menampilkan sosok berkulit putih, bahkan dalam dunia kulit hitam sekalipun tidak jarang pahlawan utamanya adalah sosok berkulit putih.
Chadwick Boseman, pemeran Black Panther, sang Raja Wakanda itu, tutup usia kemarin dan tentu saja kehilangan yang besar. Bukans aja sosoknya maupun pelbagai perannnya dalam film-film MCU saja, namun inspirasi dari Black Panther maupun sosoknya sebagai Chadwick yang berkulit hitam akan terus hidup.
Chadwick benar-benar raja yang mencoba menghancurkan perlakuan rasial kepada siapa pun. Ia sadar bahwa perjuangannya tidak hanya dalam topeng Black Panther, namun juga dalam dunia yang nyata. Ia dan berusahama membangun kumpulan semangat yang sama untuk menghadapi isu rasial.
“Kadang-kadang Anda perlu dihancurkan sebelum Anda benar-benar tahu apa pertarungan Anda dan bagaimana Anda harus melawannya. Ketika saya berani menantang sistem yang akan membuat kita menjadi korban dan stereotip tanpa latar belakang sejarah yang jelas, Ketika Tuhan memiliki sesuatu untuk Anda, tidak masalah siapa yang menentangnya.” ucap Chadwick pada Howard University’s 150th Commencement Ceremony
Black Panther bukan sekadar film. Bagi saya, film ini simbol harapan bagi kesetaraan di dunia. Black Panther adalah wujud seni dan imajinasi menghidupkan harapan bagi yang terpinggirkan untuk bangkit melawan keadaan sehingga bisa hidup dalam harmoni, bermartabat dan berdikari.
Sebuah esai yang berjudul ‘Why ‘Black Panther’ Is a Defining Moment for Black America’ di di New York Times, menyebutkan warga kulit hitam Amerika menjadikan Black Panther simbol harapan agar terbebas dari kebiasaan ditindas dan mengalami pengucilan oleh masyarakat.
Bagaimana dengan Indonesia? Kita pun tidak jauh berbeda. Stigma yang kita bangun oleh teman-teman Indonesia Timur, misalkan kepada orang-orang Papua sering disalahpahami oleh orang di luar Papua. Hukum Indonesia memang tak menyokong tindakan diskriminatif, namun diskriminasi dan sindiran rasial itu nyata adanya. Sila cari internet untuk contoh kasusnya, buanyaaak!
Sekali lagi Black Panther adalah simbol harapan bagi mereka kulit hitam, simbol harapan untuk masa depan bahwa stigma orang baik dan heroik itu tidak melulu berasal dari rasa putih atau Eropa, tetapi bisa dari kulit gelap, kuning langsat, Arab, Cina, keriting, ikal atau siapapun itu yang memberikan kebaikan kepada semua. Itulah pahlawan.
Sisi yang menariknya, tiap kali saya mengulangi menonton film Black Panther pikiran saya selalu mengarah kepada pertanyaan tentang para Nabi yang senantiasa mengajarkan moralitas, seperti apakah kulit mereka? Jangan-jangan agama pun tidak pernah menampilkan sosok Nabi yang seragam.
Pada akhirnya, Selamat jalan Tuan Raja Chadwick Boseman, Black Panther. Selamat beristirahat di keabadian. Terima kasih telah menghidupkan sosok Black Panther dalam hidup saya, menyalakan api anti rasialisme di dada saya melalui kisahmu sebagai King T’challa.
https://twitter.com/theblackpanther/status/1300268547654823936