Sebuah wawancara dilakukan oleh Charlotte El Shabrawy kepada Naguib Mahfouz dalam salah satu rubrik majalah kesusastraan ternama yang terbit pada musim panas 1992, The Paris Review. Dari sana, kita akan mendapati bagaimana pandangan-pandangan Naguib Mahfouz dalam menyibak realitas yang terjadi di sekitarnya, misalnya ketika ia dengan luwesnya berbicara mengenai proses kreatif pembentukan karakter dalam tokoh-tokohnya atau berbicara panjang lebar tentang sudut pandang politiknya terutama mengenai kebebasan berekspresi dan bersuara dalam kehidupan demokrasi negerinya. Sayangnya, Keluwesan sudut pandang itu pula yang pernah menimpa dirinya beserta karyanya Children of Gebelawi yang dilarang diterbitkan di tanah kelahirannya, Mesir.
Naguib Mahfouz – terlepas dari berbagai penghargaan yang diterimanya – termasuk salah satu penulis otentik yang karyanya menggugah daya imajinasi pembacanya agar dibentangkan seluasnya. Acapkali Naguib memainkan simbol ataupun perlambang ke dalam bentuk alegori untuk menggambarkan situasi yang tengah dipikirkannya.
Satu hal yang otentik dari diri seorang Naguib Mahfouz adalah rancangan kehidupan yang dibentuknya secara disiplin. Alasan ini pula yang Naguib gunakan ketika menjelaskan alasannya saat ditanya mengapa dirinya tidak dapat hadir ke Swedia dalam upacara penyerahan penghargaan Nobel yang diterimanya saat itu.
Bagi seorang Naguib, tidak ada yang tulus dicintainya selain menulis. Oleh sebab itu pula ia becerita bahwa dalam waktu dua puluh empat jamnya, ia selalu mempergunakan waktunya mulai pukul empat sore hingga tujuh malam untuk menulis, kemudian dilanjutkan kegiatan membaca hinggal pukul sepuluh malam. Kedisiplinan inilah yang menjadi bukti otentik serta pembeda Naguib dengan penulis yang lain.
Kehidupan yang sistematis ini mengingatkan saya dalam kehidupan ritmik yang juga dijalani oleh Immanuel Kant. Kedisiplinannya melahirkan sebuah anekdot, bahwa Kant lebih dipercayai dibandingkan dengan jam. Namun, dibalik sedikit persamaan itu, pemikiran Kant sebagai salah seorang pemikir besar mendapat sorotan dan diulas secara tajam di salah satu bab mengenai filsafat dalam Buku Titik Awal: Sepilihan Esai Sastra dan Flsafat
Naguib memberikan sorotan dan ulasannya tentang bagaimana Kant menyikapi pertentangan doktrin empirisme dan rasionalisme secara waspada yang disebutnya bahwa Kant tidak ingin menerima klaim luas kedua doktrin tersebut (Halaman 59).
Buku Titik Awal: Sepilihan Esai Sastra dan Flsafat yang diterbitkan oleh Penerbit Circa merupakan hasil penerjemahan buku Naguib Mahfouz On Literature and Philosophy, The Non-Fiction Writing of Naguib Mahfouz Volume I oleh Saut Pasaribu. Penerjemahan tulisan ini sudah barang tentu menjadi sebuah spektrum segar bagi khazanah literatur kesusatraan kita.
Sesuai judulnya, buku ini memberikan titik awal gambaran bagaimana keluwesan serta keluasan yang dimiliki oleh Naguib Mahfouz dengan tidak berdiri dalam proses yang klise ataupun dangkal. Naguib telah melakukan pengembaraan filosofis yang membentang mulai dari alam pikiran Thales. Ia pun memasuki berbagai macam subtema terutama pembicaraannya yang mendalam mengenai filsafat, psikologi, kesenian ataupun kesusatraan yang menjadi kesukaan yang dia ingin perlihatkan.
Di Indonesia, pengaruh Naguib Mahfouz belum begitu kentara, misalnya jika dibandingkan penulis asal Kolombia, Gabriel Garcia Marquez yang barangkali bisa kita temukan residu gaya kepenulisannya dalam beberapa karya sastra para penulis lokal yang muncul akhir-akhir ini.
Akan tetapi, gagasan-gagasan pokok mengenai sinkretisasi budaya Barat dan budaya Timur menjadi gagasan lawas yang tidak usang dibicarakan di sini. ketika Naguib menyoroti pandangan seorang penulis dalam sebuah publikasi Al-Thaqafa yang mengemukakan bahwa keberadaan sosialisme menjadi ancaman bagi kebebasan intelektual. Namun, dengan lugas Naguib kemudian mengajukan sanggahan yang konfrontatif mengingkari pandangan tersebut (halaman 159).
Judul : Titik Awal: Sepilihan Esai Sastra dan Filsafat
Penulis : Naguib Mahfouz
Penerjemah : Saut Pasaribu
Terbit : Agustus, 2019
Penerbit : Penerbit Circa
Tebal : ix+166
ISBN : 978-602-52645-7-3
Keberadaan buku ini bisa dibilang merupakan langkah strategis dalam memperkenalkan Naguib sebagai salah seorang esais alih-alih lebih dikenal di Indonesia sebagai seorang Prosais. Buku ini juga mampu menjadi pengantar ringkas bagaimana kita memahami pemikiran Barat yang didalami betul oleh Naguib serta menjadi pijakan kokoh bagi Naguib dalam perjalanan panjang kesusastraannya.
Ketenangan serta kehati-hatian Naguib dalam menguliti pandangan Barat memainkan peranan penting dalam tiap detail penjelasannya. Hal tersebut juga turut dibarengi dengan kualitas penerjemahan yang banyak mengambil bagian dalam proses pengejawantahan pemikiran-pemikiran Naguib. Tentu, isi buku ini dapat dibilang maish terlalu ringkas dan sederhana untuk menyelami alam pikiran Naguib Mahfouz dan masih menyimpan harapan yang besar proyek pengenalan ini dapat terus berlanjut, selamat menikmati. [rf]