Saya tidak membenci Golputer, sungguh! Tak perlu dikuliahi ahli hukum untuk tahu bahwa memilih itu Hak bukan Kewajiban. Justru karena memilih itu hak, saya ingin menggunakannya dengan tepat dan bertanggung jawab, tanpa mengolok orang lain.
Saya pernah menjadi Golputer selama Orde Baru. Dalam sistem otoritarian, Pemilu nyaris tak bermakna karena semua parpol dibentuk dan seluruh caleg ditentukan penguasa. Bahkan pemenang sudah ditetapkan. Memilih di era otoritarian tidak memikiki makna apa-apa, bahkan bisa jadi legitimasi otoritarianisme.
Ketika sistem parpol terbuka sejak pasca-Reformasi, saya menjadi pemilih aktif. Saya tahu bahwa calon-calon yang tersedia tidak ada yg senpurna. Yang ada adalah deretan manusia yang baik dan buruk. Saya tahu semua calon akan mencitrakan dirinya seperti malaikat, sebejat apapun dirinya.
Saya tidak ingin Golput hanya karena saya bingung memilih, kemudian membuat alasan sok idealis. Bagi saya itu kemunafikan.
Saya tidak ingin Golput hanya karena ingin mencari kandidat sempurna. Jika ini yang saya lakukan, saya akan Golput sampai mati krn tak ada malaikat yg jadi politisi. Bagi saya, ini naif.
Saya akan mencari yg terbaik yg ada, agar tidak ada orang jahat yg menjadi pemimpin negeri ini.