Bulan Syawal adalah bulan yang dinanti-nanti kedatangannya, setelah sebulan penuh berlapar-lapar puasa di bulan Ramahan. Syawal juga merupakan hari kemenangan yang penuh akan keutamaan, terlebih banyak juga orang-orang yang menyebar undangan pernikahan.
Lalu? Kenapa ya jika bulan Syawal datang, mulai banyak yang menyebar undangan? Jika dicari tau jawabannya, tentunya hal ini masih ada kaitannya dengan sejarah Syawal pada zaman Rasullullah, entah itu sejarah penamaannya, atau sejarah kejadian-kejadian yang terjadi pada saat itu.
Dari segi penamaannya, kata Syawal berasal dari kata bahasa Arab yaitu isyalah yang artinya terangkat atau sedikit. Contohnya “Syāla al-Mīzan” (شال الميزان) artinya ketika salah satu sisi timbangan terangkat karena lebih ringan dari sisi lainnya. Kemudian contoh lain “Syālat an-Nāqah” (شالت الناقة ) yang artinya ketika unta betina mengangkat ekornya, atau ketika unta betina sedikit susunya.
Pada saat itu, unta betina mengangkat ekornya, yang artinya tidak mau dikawinin oleh unta jantan. Artinya, unta betina tidak akan bisa menghasilkan susu pada saat itu.
Pada zaman dahulu, kaum jahiliyah selalu tasyaum (pesimis) jika bulan Syawal datang. Mereka menganggap bahwa bulan Syawal itu adalah kesialan. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa di bulan Syawal ini banyak pasangan pengantin yang meninggal karena wabah penyakit Tha’un yang menyebar pada waktu itu. Oleh karena itu, karena pesimis terhadap bulan Syawal, mereka tidak ada yang berani menikah pada bulan itu.
Rasullulah sangat tidak suka dan sangat tidak setuju dengan anggapan tersebut, bahkan beliau menepis anggapan orang-orang jahiliyah tentang anggapan bahwa bulan Syawal sebagai bulan kesialan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas, Rasullulah bersabda;
لا عدوى ولا طيرة ويعجبني اللفأل قالوا وما الفأل؟ قال الكلمة الطيبة
“Tidaklah benar (menyakini) adanya penyakit berpindah, dan tidaklah benar (menyakini) gerak-gerik burung, dan aku lebih suka kepada sikap optimis. Para sahabat berkata; apa sikat optimis itu? Nabi menjawab; yaitu kalimat yang baik.”
Hadis ini adalah sebuah bentuk tanggapan atas anggapan-anggapan orang jahiliyah yang percaya adanya penyakit yang berpindah dan mempercayai gerak-gerik burung sebagai acuan peruntungan nasibnya. Dalam hadis ini juga nabi menganjurkan kita untuk selalu ber-tafa’ul (optimis), lawan dari tasyaum (pesimis).
Selain hadis di atas, nabi juga menepis anggapan kaum jahiliyah yang tidak berani menikah di bulan Syawal, bahkan Nabi justru menganjurkan pernikahan di bulan Syawal sebagai bentuk kesunnahan. Hal ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA.
تزوجني النبي صلى الله عليه وسلم في شوال وبنى بي في شوال فأي نسائه كان أحظى عنده منّي؟ قال وكانت عائشة تستحب أن تدخل نساءها في شوال
“Rasulullah menikahiku di bulan Syawal, dan mulai serumah denganku di bulan Syawal juga, dan tidak ada isteri-isteri Rasulullah yang lebih beliau cintai dari pada aku. Perawi berkata bahwa Aisyah menyukai perempuan yang dinikahi di bulan Syawal.”
Berdasarkan hadis tersebut, Aisyah menepis anggapan kaum jahiliyah yang tidak mau dan benci menikah di bulan Syawal. Dari hadis di atas, kita juga melihat bahwasanya menikah di bulan Syawal adalah salah satu anjuran Nabi.
Makanya tidak usah heran, kalau zaman sekarang banyak undangan pernikahan tersebar di bulan Syawal. Karena disamping mengamalkan anjuran Rasul, juga momentum berkumpulnya keluarga dan sanak saudara karena masih suasana lebaran.
Jadi, mumpung masih bulan Syawal, ayo segera menikah dan menyebar undangan! Eitsss, tapi jangan lupa, harus sudah ada calon pasangannya, ya!
Wallahu a’lam.