Mengakrabi Kembali Kesalehan Sosial

Mengakrabi Kembali Kesalehan Sosial

Kita kerap mendengar kesalehan sosial, tapi cepat lupa. Tulisan ini mencoba mengulik hal itu: kenapa kita melupakan kesalehan sosial dalam diri kita?

Mengakrabi Kembali Kesalehan Sosial

Hari ini saya mendengar khutbah Jumat di masjid Al Mujahidin dan seketika itu pula saya teringat tentang pelajaran-pelajaran agama pada waktu Madrasah Aliyah dulu, yakni pentingnya kesalehan sosial untuk kehidupan. Kesalehan sosial merupakan inti dari semua ajaran agama.

Dari khutbah tersebut mengingatkan kepada kita bahwa kesalehan sosial akan menjadikan manusia menuju kedamaian dan ketentraman masyarakat sekitar. Dua hal itu merupakan efek dari kesalehan ini.

Ada dua contoh menarik yang dipaparkan khothib tentang kesalehan sosial itu. Pertama, tentang pentingnya bersilaturahmi. Dalam hal ini dipaparkan bahwa silaturahmi merupakan alat perekat bagi manusia, awalnya jauh jadi dekat, yang dekat jadi tambah akrab. Lewat silaturahmi juga akan menambah pertemanan dan ilmu kita.

Ada beberapa manfaat dalam kita bersilaturahmi, yaitu melapangkan rizki, dan memanjangkan umur. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad dan diriwayatkan oleh Abu Hurairah.”Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rizqinya, dan dipanjangkan umurnya maka bersilaturrahmilah.” (HR Bukhori)

Penting bagi umat Muslim untuk saling menjaga silaturahmi, agar umat tidak mudah untuk dipecah belah  pihak luar dan dalam. Karena inti silaturrahmi adalah alat pemersatu umat. Sedangkan contoh yang kedua adalah pentingnya untuk berbagi kepada sesama.  Semua yang ada di bumi merupakan kepunyaan Allah semata.

Sebagai hamba yang dijadikan khalifah, sudah menjadi kewajiban untuk menjaga bumi dan lingkungan sekitar. Dan perlu kembali diingat serta diakrabi kembali adalah fungsi khalifah merupakan penjaga, bukan sebaliknya: menjadi perusak.

Sebagai penjaga, menjadi kewajiban kita menjaga keseimbangan bumi ini, baik itu segi alam atau manusianya. Dari segi alam kita harus senantiasa menjaga lingkungan agar terlihat tetap indah dan nyaman untuk kita tinggal bersama. Sedangkan dari segi manusia harus menjaga agar setiap manusia mendapatkan hak hidup yang baik di bumi ini.

Itulah kenapa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah. Bukan iblis, jin, bahkan malaikat. Karena manusia dilengkapi dengan akal fikiran dan hati nurani. Sebagai hamba yang dipercaya, sudah sepatutnya kita memanfaatkan kepercayaan ini dengan menjaga bumi beserta isinya. Alam  harus senantias kita rawat, dan dengan manusia kita harus saling berbagi dan mengingatkan.

Itulah dua contoh dari kesalehan social. Dari sana, kita dapat mengambil hikmah bahwa dengan silaturrahmi kita bisa mempererat hubungan, memanjangkan umur, dan melapangkan rizki. Dan dengan berbagi sesama mahluk kita bisa menjaga keseimbangan bumi dari kerusakan.

Di akhir khutbah yang singkat tersebut, khotib mengajak kepada para jamaah untuk senantiasa menjalankan perbuatan-perbuatan dari kesalehan sosial, dan dijelaskan pula bahwa kesalehan sosial harus dibarengi dengan kesalehan spiritual yang berupa ibadah kepada Allah. Itulah sesungguhnya kesalehan sosial dan spritiual yang harus kita akrabi kembali. Apakah kita telah melupakan hal itu? Semoga saja tidak.