Memotret Jejak Dakwah Syekh Ali Jaber

Memotret Jejak Dakwah Syekh Ali Jaber

Syekh Ali Jaber adalah pendakwah yang netral dan justru itu orang banyak kehilangan

Memotret Jejak Dakwah Syekh Ali Jaber

Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau lebih dikenal dengan nama Syekh Ali Jaber, di usianya yang terbilang masih muda 44 tahun, wafat hari ini, Kamis, 14 Januari 2021 dengan kondisi masih dirawat di Rumah Sakit. Beliau sendiri telah resmi menjadi warga Negara Indonesia. Ia dikenal sebagai ulama ahli Al-Qur’an dan da’i yang malang melintang juga di berbagai stasiun televisi swasta nasional. Syekh Ali Jaber ini selevel dengan da’i-da’i seleb lainnya seperti Alm Ust Jefri Al-Bukhori, Alm Ust Arifin Ilham, termasuk Ust Yusuf Mansur, KH. Abdullah Gymnastiar, Ust Felix Siauw dan lain semacamnya.

Grup-grup WA mendadak ramai dan heboh, saling share dan mempertanyakan kebenaran informasi kewafatan Syekh Ali Jaber. Saya katakan semua grup WA berbela sungkawa. Semua orang dengan lintas latar belakang merasa kehilangan. Bahkan story WA di hand phone saya juga penuh dengan poster Syekh Ali Jaber. Ini menandakan bahwa dakwah beliau selama ini memang membekas di hati umat Muslim. Ini tidak lain karena memang dakwah yang disampaikan beliau begitu ramah dan santun. Ia juga tidak fanatik Ormas. Sehingga umat dari berbagai Ormas dan aliran menyukai dakwah Syekh Ali Jaber.

Ketimbang dengan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, saya merasa beliau dekat dengan teman-teman para Muslim hijrah. Sependek yang saya tahu, ia juga bukan tipikal ulama yang dekat dengan Pemerintah. Ia murni berdakwah dan membangun Yayasan sendiri yang perkembangannya semakin pesat. Sebagaimana sudah saya sebutkan di awal, kekuatan dakwah Syekh Ali Jaber itu terbuka dan merangkul. Ia bisa duduk bersama siapa saja, bahkan dengan Ust Felix Siauw sekalipun.

Maka ketika terjadi insiden penusukan terhadap Syekh Ali Jaber, jujur insiden tersebut di luar nalar. Sebab Syekh Ali Jaber hampir tidak punya “musuh.”

Takdir Allah berkehendak lain. Syekh Ali Jaber wafat dengan kondisi sakit dan menurut informasi terakhir juga terpapar Covid-19. Tentu kita semua berdoa, semoga Alm Syekh Ali Jaber mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah. Ust Yusuf Mansur bahkan sampai menangis menyampaikan duka mendalamnya di akun Instagram pribadinya. Syekh Ali Jaber dan Ust Yusuf Mansur memang dekat sekali. Apalagi Ust Yusuf Mansur mengasuh Pesantren yang khusus membidani para penghafal Al-Qur’an. Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an. Pesantren yang getol medatangkan Syekh-syekh dari Timur-Tengah dan pernah mendapatkan penghargaan internasional sebagai lembaga tahfidz terbaik.

Yang saya juga salut, Syekh Ali Jaber ini termasuk pendakwah yang belum tercemar oleh godaan politik praktis. Kita lihat sendiri pendakwah semacam Ust Abdul Somad, Ust Felix Siauw, Ust Haikal Hasan, bahkan KH. Abdullah Gymnastiar dan sederet pendakwah lainnya adalah mereka yang kadung punya afiliasi politik tertentu. Jadi  beliau ini termasuk pendakwah yang netral secara publik, seperti para pendakwah hijrah lainnya seperti Ust Adi Hidayat, Ust Hanan Attaki, Buya Yahya dan lain sebagainya.

Potret dakwah Syekh Ali Jaber ini penting saya tulis, sebab kita masih banyak kekurangan da’i-da’i yang berada di tengah, mereka yang punya kemampuan menengahi dua kubu ekstrem. Ada da’i Gus Miftah, ia memang berkawan baik dengan Ust Yusuf Mansur tetapi belum bisa duduk bersama dengan Ust Abdul Somad dll, sehingga ruang dakwah kolaboratifnya masih terbatas. Ada Gus Hayid yang belakangan juga mulai dipromosikan oleh Ust Yusuf Mansur, ada potensi ke arah sana, ke arah pendakwah yang merangkul, sekalipun latar belakangnya Nahdlatul Ulama.

Berbeda dengan NU. Muhammadiyah seperti tidak kelihatan sama sekali geliat dakwah di era digital seperti sekarang ini. Entah karena fokus pada garapan pendidikan, kesehatan dan lainnya atau apa saya kurang tahu. Ust Adi Hidayat yang disebut-sebut sebagai kader Muhammadiyah, justru lebih dekat dengan komunitas Muslim hijrah. Kenapa saya katakan begini, ini berkaitan dengan masa depan umat Muslim di Indonesia dan NKRI. Umat Muslim di Indonesia adalah kunci. Namun harus diakui bahwa internal umat Muslim di negeri kita masih saja sering ribut dan ribet sendiri.

Akhirnya, saya juga turut berbela sungkawa atas wafatnya Syekh Ali Jaber. Semoga ke depan akan ada Syekh Ali Jaber lainnya yang punya komitmen dakwah yang terbuka dan merangkul. Saya secara pribadi juga miris, karena masih banyak ulama kita yang kerap kali terlibat saling gagah-gagahan dan saling serang, yang tentu saja efek buruknya akan berimbas pada para jemaah. Lihat saja media sosial kita sampai hari ini, masih saja saling nyinyir dan saling serang.

Semoga rekam jejak dakwah Syekh Ali Jaber dapat terus bersemai di bumi Indonesia. Al-Faatihah!