Masuk surga adalah impian bagi seluruh umat manusia, khususnya bagi muslim. Sehingga ia melakukan segala hal yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya agar keinginan tersebut tercapai.
Dalam sebuah hadis yang riwayat Imam Muslim (w. 261) dalam kitabnya Shahih Muslim, Rasulullah Saw bersabda:
لن يدخل أحدا منكم عمله الجنة قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا، إلا أن يتغمدني الله منه بفضل ورحمة
“Amal seseorang di antara kalian tidak akan memasukkan kalian ke surga,lalu kemudian para sahabat bertanya: Begitu pula dengan Engkau wahai Rasul? Begitu pula denganku, kecuali Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku, jawab Rasulullah Saw.
Dalam Al-Qur’an juga seringkali Allah SWT berfirman bahwa Ia akan memasukkan manusia ke dalam surga atau neraka sebab amal yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Nahl (16): 32)
Lalu bagaimana memahami hadis dan ayat tersebut yang nampak bertentangan?
Ibn al-Jawzi rahimahullahu menjawab permasalahan tersebut dengan empat jawaban. Pertama, bahwa mudahnya melakukan amal baik merupakan rahmat dari Allah, dengan tiadanya rahmat tersebut maka tidak akan ada pula keimanan dan ketaatan yang kemudian menyebabkan keselamatan.
Kedua,kemanfaatan seorang hamba berada pada tuannya, segala yang dilakukannya merupakan suatu keharusan yang ditujukan untuk tuannya jika sang tuan memberikan balasan maka hal tersebut merupakan bentuk kebajikannya.
Ketiga, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa masuk surga merupakan rahmat Allah sedangkan pembagian derajat surga dapat diperoleh dengan amal.
Keempat, ketaatan terbatas dengan waktu sedangkan pahala tiada batasnya, maka pemberian yang tak terbatas sebagai balasan bagi amal yang terbatas hanya diperoleh dengan karunia Allah bukan dengan amal.
Sedangkan Ibn Batthal berpendapat bahwa kedudukan di dalam surga diperoleh dengan amal karena surga mempunyai beberapa tingkatan sesuai dengan tingkatan amal yang diperbuat. Beliau juga menjelaskan bahwa hadis tersebut menjadi penjelas bagi ayat di atas yang masih bersifat mujmal(global).
Al-Kirmani menyebutkan bahwa ba’ dalam lafad بما كنتم تعملون bukan merupakan ba’ sababiyah, akan tetapi ba’ ilshaq (melekat) atau mushahabah (bersamaan). Sehingga jika diartikan sebagai ba’ sababiyah maka harus ada sabab dan musabbab, sedangkan Allah berhak untuk menyiksa dan memberi rahmat kepada makhluknya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud (w. 275) dan Ibn Majah (w. 275):
لوأن الله عذب أهل سماواته وأرضه لعذبهم وهو غير ظالم لهم، ولو رحمهم كانت رحمته خيرا لهم من أعمالهم.
“Andaikan Allah menyiksa seluruh penghuni langit dan bumi, maka Allah menyiksa mereka bukan karena zalim kepada mereka. Dan andaikan Allah memberi rahmat kepada mereka semuanya, maka rahmat Allah lebih baik dari amal-amal mereka.”
Hadis ini menjadi pembeda dari golongan Jabariyah yang mengingkari bahwa amal menjadi penyebab masuknya seseorang ke dalam surga dan golongan Qadariyah yang beranggapan bahwa surga sebagai ganti dari amal yang telah diperbuat dan masuk surga murni diperoleh hanya dengan amal.
Wallahu a’lam bisshowab.