Entah sudah berapa ratus ribu nyawa yang telah menjadi tumbal atau martir, perang di Suriah masih saja belum ada tanda-tanda akan berakhir. Di Irak pun tak kalah brutal, perang melawan pendudukan militan ISIS telah mengakibatkan negeri 1001 malam itu mengalami kerusakan fatal. Belum lagi jika kita membicarakan negeri muslim yang lain seperti Yaman, Libya, Somalia, Nigeria, Palestina atau Afghanistan. Masjid pun menjadi korban perang.
Ternyata mengakhiri perang tak semudah memulainya, sekalipun korban nyawa telah berjatuhan, dan hancurnya warisan berharga peradaban.
Suriah adalah sebuah negara yang kaya akan peninggalan bersejarah manusia, negeri ini memiliki banyak kisah kuno tentang peradaban dunia. Namun saat ini beratus-ratus situs warisan dunia mengalami kerusakan parah bahkan nyaris punah.
Dari semua situs bersejarah yang terkena imbas perang Suriah, tak terkecuali masjid-masjid terkenal berusia ratusan tahun.
Sebut saja Masjid Agung Aleppo di kota tua. Masjid ini benar-benar porak poranda. Aleppo atau Halab dalam bahasa Arab. Salah satu kota tertua di dunia.
Masjid Agung Aleppo atau dikenal juga Masjid Umayyah itu memiliki menara yang magis, yang menjadi saksi sejarah manusia paling tua namun kini terpenggal dengan sadis.
Masjid ini memiliki menara antik dengan tinggi 45 meter, bangunannya berbentuk kotak panjang, tidak silinder seperti umumnya, dibangun dengan batu bata berwarna jambu muda dihiasi kaligrafi Arab dan letaknya di persimpangan jantung kota tua.
Di dalam masjid itu disebut-sebut bersemayam jasad Nabi Zakaria. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-8, menjadi saksi sejarah masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah, Abbasiyah, Ayyubiyah hingga Turki Utsmaniyah.
Sejarawan mengatakan dulu pada masa pemerintahan Turki Utsmaniyah pada abad 16 dan 17, pasar di sekitar masjid Aleppo adalah destinasi paling terkenal di dunia. Orang-orang dari Eropa, India, Persia, baik itu pedagang, turis hingga diplomat banyak berkunjung ke situ. Raja Prancis, Louis, pernah merayakan ulang tahunnya di lokasi tersebut. Namun, kini kejayaan pusat manusia berkumpul itu tinggal kenangan akibat peperangan.
Selain Masjid Agung Aleppo, terdapat Masjid Al Omari yang juga menjadi korban brutal perang di Suriah.
Masjid al-Umari berada di provinsi Daraa, tepatnya di Daraa al Balad (pusat kota Daraa). Sesuai dengan namanya, masjid ini dikreditkan pada Khalifah Umar bin Khattab, sebab ia yang memerintahkan membangun sebuah masjid saat berkunjung ke kota itu, masjid dibangun dibawah pengawasan dari sejumlah sahabat Nabi termasuk Abu Ubaida bin Jarrah dan Muadz bin Jabal dan selesai awal abad ke-8 pada masa Dinasti Umayyah, kemudian pada masa Dinasti Ayyubiyah (abad 12-13) masjid ini direnovasi kembali.
Meskipun mengalami beberapa kali renovasi namun tidak mengubah fitur lama, dan tidak mempengaruhi menara yang bergaya khas dinasti Umayyah seperti menara Masjid Agung Aleppo.
Masjid Agung Aleppo saat ini dikuasai kembali pemerintah, sementara itu Masjid al-Umari kembali dikontrol pasukan pemberontak, namun kedua masjid bersejarah ini sama-sama telah hancur lebur. Baik tentara Suriah dan pemberontak saling menyalahkan satu sama lain.
Tidak ada khotbah, tidak ada shalat atau adzan yang berkumandang dari menara dua masjid itu lagi.
Bagaimana di Irak?
Saat artikel ini ditulis, perang kota (urban warfare) sedang berkecamuk di kota Mosul bagian barat antara militer Irak didukung sekutunya berupaya merebut Mosul dari militan ISIS.
Mosul adalah kota terbesar kedua dan terpadat di Irak. Kota ini dikuasai ISIS sejak Juni 2014, bahkan pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi pertama kali menampakkan diri di kota ini, ia berkhotbah di sebuah masjid legendaris di kota ini, Masjid al-Nuri.
Masjid Al Nuri bukan sembarang masjid, nama tersebut dikaitkan pada penguasa Nur al-Din Al-Zinki yang membangun masjid tersebut pada tahun 1172 Masehi.
Masjid Al Nuri memiliki menara tinggi 150 kaki (45 meter) dilengkapi balkon untuk muadzin mengumandangkan adzan shalat lima waktu.
Keunikan Masjid Al Nuri adalah menaranya yang miring layaknya menara Pisa. Sejarawan mencatat, pada abad ke-14 seorang traveler kenamaan Ibnu Batutah asal Maroko ketika mengunjungi kota Mosul menyebut menara itu sudah keadaan miring secara siknifikan dan orang-orang menjulukinya menara Al Hadba’ (bungkuk).
Terlepas memang karena usia bangunan dan faktor alam, banyak cerita rakyat yang melegenda di masyarakat Irak terkait bengkoknya menara tersebut. Sampai akhirnya ketika ISIS menguasai kota Mosul, militan itu sempat berusaha meledakkan menara tua itu atas nama menjaga akidah, untungnya warga berhasil mencegah.
Nasib tak beruntung dialami masjid-masjid bersejarah yang lain di Mosul, misalnya Masjid Hamo yang merupakan peninggalan Kekaisaran Turki Utsmaniyah yang dibangun pada tahun 1881. ISIS meledakkan karena tak ingin masyarakat mengkeramatkan tempat tersebut.
Masjid al-Nuri saat ini terjebak di antara militan ISIS dan militer Irak yang baku hantam siang malam. Dari kejauhan terlihat di menara Al Hadba’ berkibar bendera hitam, pertanda militan masih menguasai masjid kuno yang menjadi ikon kota tua.
Akankah Masjid al-Nuri dengan menara klasiknya ini akan bernasib sama seperti Masjid Agung Aleppo atau Masjid al-Umari? Hancur lebur karena menjadi korban kebodohan perang? Wallahu A’lam. []
Baca tulisan Iqbal Kholidi lainnya tentang Timur Tengah, klik