Potongan video ceramah Mama Dedeh yang ingin mencoret Islam Nusantara belakangan ini kembali viral–Padahal itu sudah lama, ketika awal-awal perdebatan Islam Nusantara mengemuka dan menjadi perdebatan publik. Dan entah siapa, video ini kembali muncul dan memunculkan banyak tanggapan.
Hingga, beberapa hari lalu, salah satu jama’ah Masjid ada yang kirim pesan WA pada saya untuk menjelaskan itu.
Membahas video ceramah itu menjadi hak absolut pendapat Mama Dedeh karena dia memahami Islam Nusantara dari kulit saja. Saya sendiri sudah pernah menulis sebuah buku berjudul “Islam Nusantara: Dialog Tradisi dan Agama“.
Jadi kalau masih ada yang ingin mencoret Islam Nusantara, nampaknya perlu dikenalkan inti dan hakikat dari Islam Nusantara. Sukur-sukur mau membaca buku tipis yang saya tulis itu.
Islam Nusantara bukan ajaran baru dan bukan pula agama baru. Jadi tidak perlu main corat-coret atau bahkan menganggap itu, apalagi berkata bahwa merusak nafas Islam sejati.
Islam Nusantara itu prinsip penerapan agama Islam yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yang dulunya disebut Nusantara. Islam sebagai agama awalnya sebagai prinsip ideologis, dalam perkembangannya menjadi dasar sosiologis.
Oleh sebab itu, identitas keagamaan itu disandingkan dengan posisi geografisnya. Sehingga identitas Islam Nusantara itu memiliki tiga makna yang perlu dipahami.
Pertama, Islam Nusantara sebagai identitas keislaman orang Indonesia yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam berbasis Al-Qur’an, hadits dan ijma’/kesepakatan para ulama.
Kedua, Islam Nusantara sebagai kreasi budaya agama yang dipadupadankan dengan kearifan lokal Indonesia–dan disitu Islam Nusantara menjadi khas dan unik.
Dan ketiga, Islam Nusantara sebagai media dialog agama global, baik mendialogkan warna-warni keragaman cara pandang Islam hingga dialog lintas agama.
Dengan demikian, Islam Nusantara mencoba untuk memotret model Islam rahmatan lil ‘alamin sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, yakni Islam yang dapat berkontribusi pada persaudaraan umat sedunia.
Jika masih gagal faham memahami Islam Nusantara, perlu sekali rasanya untuk tabayun mengenai hakikat dan isi dari Islam Nusantara.
Jika tiba-tiba ingin mencoret Islam Nusantara dan tidak bersepakat dengan istilah itu, maka perlu duduk bersama dan mencari titik temu.
Dengan cara dialog itulah, muncul ide-ide segar dan solusi keagamaan yang memang tidak jarang ada perbedaan. Itulah ajaran agama Islam yang tepat dalam berdakwah. Jika ada perbedaan pendapat perlu mujadalah/debat dengan bahasa yang santun.
Sudah saatnya Mama Dedeh berdialog dengan generasi muda dan segenap akademisi untuk mencari titik tashdiq dan tashawwur dari Islam Nusantara.
Dan jangan sampai nanti muncul istilah baru: Islam Mama Dedeh Nusantara. Begitu ya Mamah? Yuk saling bertabayun biar kita tidak saling mudah menyalahkan yang berbeda tapi gagal memahami realitas yang ada di sekitar kita.