Hari itu suhu di kota Madinah sekitar 19 derajat celcius, jika kita sebagai orang yang banyak menghabiskan hidup kita di daerah tropis maka suhu segitu adalah suhu yang cukup dingin. Namun di suhu yang cukup ekstrim tersebut, tidak menghalangi antusias banyak orang untuk beribadah di masjid Nabawi yang sangat megah tersebut.
Dari dini hari hingga siang menjelang tak banyak perubahan suhu di kota yang berada di dataran tinggi di wilayah Arab Saudi, tempat ziarah khususnya Raudhah (sebagian kecil dari masjid Nabawi di antara mimbar hingga makam Rasulullah), bagian masjid inilah yang tidak pernah ditutup oleh pengelola dua masjid Haram, sehingga para peziarah tak pernah putus menziarahi dan melakukan amalan-amalan di sana.
Swafoto dan Swavideo bukan tak laku di sana, malah banyak orang yang selalu ingin melakukan hal sama yaitu berfoto atau mengabadikannya dalam sebuah video yang biasanya akan diupload di media sosial baik Instagram atau Facebook. Apalagi sekarang ada fasilitas siaran langsung, maka tak sedikit yang juga siaran langsung sambil di tempat mustajab.
Inilah yang sekarang cukup menganggu di tempat-tempat suci di sekitar Madinah atau Mekkah, bahkan ada yang bikin iklan jualan miliknya di tempat-tempat tersebut. Banyak orang sudah mulai tidak lagi fokus untuk berdoa atau melakukan amalan-amalan, malah menyibukkan diri dengan status-status dan upload-upload video atau gambar mereka di tempat-tempat tersebut.
Apakah ini akan mengurangi nilai sakralitas dari tempat tersebut? Pertanyaan ini akan masih bisa banyak memancing perdebatan yang cukup panjang. KH. M. Nuruddin Marbu Abdullah Al-Makki, salah seorang kyai yang memiliki pesantren di daerah Bogor, pernah menyampaikan sebuah ceramah yang cukup menyoroti soal ini. Beliau malah memberikan tekanan bahwa menggunakan handphone di masjid adalah hal yang sangat tabu.
Namun masjid al-Haram sekarang malah memberikan charger handphone gratis dan malah terlihat membiarkan orang berfoto dan merekam video sebebas-bebasnya, wah saya tidak ikut komentari ini karena tidak mengerti apakah ini hukumnya, karena saya bukanlah orang yang paham benar soal hukum. Tapi saya melihat ini adalah hal yang sangat lah menarik, pertanyaannya apakah ini berarti nilai-nilai sakral yang akan tergerus oleh modernitas malah dibiarkan oleh pengelola dua masjid suci ini?
Saya masih ingat dulu bagaimana sulitnya melakukan foto atau merekam video di dua masjid tersebut, berbeda sekali karena setiap jemaah haji atau umrah datang maka masing-masing mengumbarkan foto dan video yang mereka dapatkan di sana. Kalau dulu cuma mengandalkan cerita dan daya imajinasi yang tinggi, sekarang sudah tergantikan dengan foto dan video tersebut.
Jika kita didongengkan dahulu bahwa kota Mekah itu berada di antara gunung-gunung, sekarang kita tahu hampir seluruh gunung-gunung tersebut hancur dan diganti dengan gedung-gedung tinggi yang berfungsi sebagai hotel-hotel. di antara gunung-gunung yang dihancurkan itu adalah Jabal (Gunung) Umar, Jabal (Gunung) Hindi, Gunung Benteng Ajyad.
Beralihnya fungsi dari gunung-gunung tersebut menjadi hunian hotel-hotel mewah, Irfan Al-Alawy direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian menyebut pembangunan tersebut sebagai “It is the end of Mekkah“ (akhir dari kota mekkah). Mekkah yang katanya berasal dari kata Bakka yang berarti menangis, menangis karena merasa merendahkan diri di depan Yang Maha Kuasa, sekarang sudah berubah menjadi sebuah kota yang prestesius dan terlihat sangat hedonis.
Hotel-hotel yang berada paling dekat dengan masjidil Haram dimiliki oleh konglomerasi besar dan ternama di dunia, seperti Movenpick, Hilton dan lain-lain. Melihat harga yang dipatok untuk satu meter tanah di sekitar masjidil Haram berkisar 1 milyar Rupiah per meter, itu tidak menutup keinginan para konglomerat berlomba-lomba menguasai tanah di sekitar masjidil Haram.
Menghancurkan gunung Umar dan dibangunkan sebuah hotel yang dikelola oleh satu perusahaan besar di dunia perhotelan, adalah hal yang terlihat jelas sekarang. Pertanyaan besar yang kebanyakan luput dari pengamatan kita adalah kemanakah para penghuni awal di gunung-gunung tersebut? Menariknya tak sedikit orang yang mendiami gunung tersebut sebagai tempat tinggal, apakah mereka harus disingkirkan atas niat pembangunan yang dimimpikan oleh para penguasa di sana.
Jawaban dari pertanyaan di atas, para penghuni gunung tersebut terpencar-pencar pindah ke pinggiran kota mekkah atau pelosok daerah-daerah di Mekkah. Mereka harus kehilangan tempat tinggal mereka terdahulu. Bahkan ada sebuah sekolah terkenal di sana harus dipindahkan dengan alasan yang sama pula. Dipindahkan pinggiran kota yang berjarak hampir 10 kilometer dari posisi awal sekolah tersebut.
Ash-Shaulatiyah nama sekolah itu, sebuah nama yang cukup akrab di kalangan para siswa yang pernah mengecap pendidikan di Arab Saudi, salah seorang guru yang terkenal berasal dari sekolah tersebut adalah Syekh Muhammad Isa Al-Fadani, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah). Didirikan oleh seorang Syekh bernama Syekh Rahmatullah Al-Hind, dalam perjalanannya hingga sekarang sekolah yang sederhana ini mengalami ujian beberapa kali, paling tidak ada dua kali mengalami ujian bagi eksistensi sekolah ini
Ujian yang pertama, Saat Konsulat Inggris di Jeddah memandang berdirinya sekolah yang didirikan oleh Syaikh Rahmatullah Al-Hind ini akan melakukan perlawanan terhadap Inggris, oleh karena itu Konsulat Inggris melakukan apa saja untuk mengagalkan pendirian dari sekolah yang sudah banyak jasanya kepada Nusantara ini.
Sedangkan ujian kedua, ketika pemerintah Hijaz mendengar bahwa pendirian sekolah itu akan mengancam mereka dari sisi kepercayaan dan ajaran para lulusan asal sekolah Shaulatiyah ini. Maka itu dua negara yang paling berpengaruh berdirinya negara Arab Saudi saat itu maka Arab Saudi pun juga selalu menganggu eksistensi sekolah ini.
Akhirnya Sekolah Shaulatiyah ini akhirnya “terlempar” dari dekat masiidil Haram, dan sekarang berada di luar kota mekkah sekitar 7 kilometer. Dengan alasan pelebaran area masjid, maka perluasan itu mengusur banyak situs-situs penting dalam area perluasan yang dirancang terbaru ini.
Bahkan Mega proyek ini rencananya akan merubah kawasan masjidil haram dari 356.000 m persegi menjadi 812.000 m persegi. Sehingga diharapkan daya tampung masjid ini menjadi lebih banyak. Ini untuk mengantisipasi lonjakan jamaah, utamanya saat puncak musim haji dan umroh tiba. Pada saat ini , masjid terbesar didunia ini bisa menampung hingga 770.000 jamaah, dengan penambahan itu daya tampung akan bertambah 1,2 juta lagi sehingga total jamaah kurang lebih 2 juta jamaah di dalam dan di halaman masjid.
Dengan proyek ini otomatis akan terjadi perluasan halaman masjid, tempat parkir kendaraan, hotel dan apartemen. Tempat khusus untuk rangkaian ibadah juga tak luput dari renovasi. Lokasi sa’i ( lari kecil antara bukit shofa dan marwa ) akan di perluas dan di tambah kapasitasnya menjadi tiga tingkat. Pembangunan intensif juga terjadi di Musdalifah, Mina,dan Arafah, yang menjadi rangkaian tempat pelaksanaan ibadah haji. Tempat pelemparan jumrah ditata ulang demi keamanan jamaah.
Jaringan transportasi subway juga akan dibangun mulai seputar Masjidil Haram hingga Arafah. Bagi jamaah yang suka menyelam sambil minum air (ibadah dan juga berbelanja) di sediakan tempat berbelanja yang megah lagi mewah. Toko perbelanjaan akan ditata rapi sehingga benar-benar memanjakan para jamaah yang ingin pulang kenegaranya dengan membawa oleh-oleh untuk sanak kadang di tanah air masing-masing. Para jamaah pun akan dimanjakan dengan gedung pencakar langit baru berupa pusat perbelanjaan, apartemen dan hotel-hotel baru.
Ini tentu saja akan menggusur seluruh bangunan yang ada di sekitar masjidil haram. Hal ini tentu menerbitkan kecemberutan bagi semua pemilik bangunan yang akan kena gusur. Bangunan yang tergusur akibat pembangunan ini ada 1000 bangunan lebih. mulai wilayah ‘Pasar Seng’ dari sebelah utara sampai sebelah barat daya yaitu wilayah Gazzah. Bahkan dengar-dengar bangunan bersejarah nabi juga ikut tergusur berupa masjid, perpustakaan dan rumah tempat nabi dan para sahabat mengaji. Namanya mega proyek, tentu akan menghabiskan dana yang tidak kalah megahnya. Proyek ini diperkirakan akan menghabiskan dana hingga US$ 100 milyar, jika di kalkulasikan dalam rupiah sekitar sama dengan Rp 920 trilyun.
Apakah kita akan melihat apa yang disinggung oleh para pakar bahwa Mekkah akan berubah menjadi kota yang sangatlah hedonis dan melupakan akar mekkah yang sangat relegius. Namun sekarang mulai berdirinya “berhala-berhala” yang berdiri megah di sisi ka’bah ini maka benarkah apa yang disebut “Mekkahattan” oleh para sejarawan yang melihat sebuah kota relegius malah berubah menjadi sebuah wahana seperti apa yang ada dalam sebuah Disneyland. Wallahua’lam…