Mahmal menjadi salah satu yang acara menarik bagi orang Mesir ketika musim haji tiba. Mahmal dikenal sebagai sebuah prosesi di mana Kiswah Kabah diarak dan dibawa hingga ke Mekkah tiap tahunnya.
Mahmal berbentuk kubah segitiga bersulam emas, perak, berwarna perak dan sutra berwarna-warni melindungi muatan yang kiswah Ka’bah. Segitiga itu dihiasi dengan nama kekhalifahan dan sultan di samping, sebuah ayat dari Al-Qur’an di bagian depan. Sebelum dimulainya perjalanan ke Mekkah, Mahmal diarak berkeliling Kairo selama tiga hari.
Selama berabad-abad, utamanya pada musim haji, Kiswa selalu didatangkan dari Mesir. Dari negeri Pharaoh itu kiswa dinaikkan punggung unta sepanjang jalan dari Kairo ke Mekah. Tradisi Mahmal dimulai pada masa dinasti Mamluk, Sultan Baybars.
Mahmal itu diarak di jalan-jalan Kairo dan upacara dan ditonton ribuan orang. Setelah runtuhnya Kekaisaran Mamluk pada 1517, tradisi Mahmal dilanjutkan oleh para sultan Ottoman. Pada waktu yang berbeda Mahmal juga dikirim dari Damaskus dan Yaman. Praktek pengiriman Mahmal dari Mesir ke Mekah berlanjut hingga 1926 setelah itu praktik dihentikan.
Disebutkan bahwa warga Kairo selalu terpesona pada perayaan yang menandai kepergian Mahmal. Bagi masyarakat Mesir memproduksi dan membawa Kiswah adalah sebuah kehormatan. Seorang peneliti bernama Doris Behrens-Aboseif dari Universitas Munich pernah melacak asal mula Mahmal hingga Shajarat Al-Durr, istri As-Salih Ayyub, sultan Mesir terakhir dari dinasti Ayyub (abad ke-13).
Tradisi Mahmal dimulai pada abad ke-14 pada masa pemerintahan Fatimiyah. Menurut Dr. Mohamed Ahmed Ibrahim, profesor sejarah Islam di Universitas Kairo menyebutkan bahwa selama era Gubernur Ottoman, Muhammad Ali Pasha dan anak-anaknya, perayaan yang berpusat pada konvoi Mahmal dimulai sekitar sebulan sebelum haji.
Upacaranya dimulai darib Dar Al-Khoronfosh, sebuah tempat yang didirikan pada awal abad ke-19 di distrik Al-Gamaleya Kairo dimana tempat ini dipilih untuk tugas membuat Kiswah.
Laman Arabnews menulis bahwa unta yang membawa Kiswah diikuti oleh unta yang membawa barang-barang kebutuhan dan jemaah haji. Rombongan ini bersama para tentara menjaga prosesi Mahmal hingga sampai ke Hijaz. Disebutkan arak-arakan Mahmal diikuti oleh para sufi yang tepat berada di belakang Mahmal. Mereka memukul genderang dan memegang spanduk tinggi-tinggi. Ada pula iringan badut yang dikenal sebagai Afarit Al-Mahmal. Prosesi Mahmal dihadiri pejabat, ilmuwan terkenal, bangsawan, pejabat tinggi, pedagang.
Menurut Ibrahim, prosesi Mahmal berkeliling di Kairo dan berakhir di Masjid Al-Hussain. Perjalanan ke Mekah dimulai dengan keberangkatan konvoi Mahmal dari Kairo ke arah Laut Merah. Setelah itu menuju ke kota Sue kemudian dibawa kapal khusus hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, Mahmal diarak dengan upacara yang sangat meriah hingga menuju Makkah.