Mahfud MD: Tidak Ada Kepentingan yang Abadi, Permusuhan Politik Jangan Diikuti Secara Sungguh-sungguh

Mahfud MD: Tidak Ada Kepentingan yang Abadi, Permusuhan Politik Jangan Diikuti Secara Sungguh-sungguh

“Tidak ada kawan atau lawan yang abadi (dalam politik), tidak ada kepentingan yang abadi,” ujar Mahfud MD.

Mahfud MD: Tidak Ada Kepentingan yang Abadi, Permusuhan Politik Jangan Diikuti Secara Sungguh-sungguh
Prof. Mahfud MD.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, menyatakan bahwa tidak ada kepentingan yang abadi di dunia politik. Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Nasional “Literasi Media dan Politik Jelang Pemilu 2024” yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (23/5).

“Tidak ada kawan atau lawan yang abadi. Tidak ada kepentingan yang abadi. Bisa saja, suatu saat ketua partai Nasdem berkawan dengan partai yang lain, tetapi ketika kepentingannya berbeda (menjadi) bermusuhan,” ujar Mahfud.

Karena itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) ini mengingatkan agar masyarakat yang terlibat dalam pesta demokrasi tidak terlalu larut dalam permusuhan politik.

“Dan jangan diikuti permusuhan itu secara sungguh-sungguh. Karena, biasanya dalam waktu dekat berkawan lagi,” tegasnya.

Menurut Mahfud MD, permusuhan yang terjadi di antara kubu-kubu yang memiliki kepentingan politik itu kemudian diikuti oleh masyarakat awam. Dan hal itu yang menjadi masalah.

“Yang di bawah terlanjur ikut bermusuhan itu yang jadi masalah,” bebernya. Jika yang terjadi adalah demikian, maka tentu polarisasi tak bisa dielakkan.

Sebelumnya, Mahfud menjelaskan bahwa secara ilmu/teori, politik itu baik. Baik dan buruknya suatu negara, menurut Mahfud, adalah tergantung kondisi perpolitikan di negara yang bersangkutan. Demikian pula produk hukum yang ada di sana.

“Saya pernah menulis desertasi bahwa politik itu menentukan karakter produk hukum. Kalau hukum jelek, itu yang harus diperbaiki politiknya, bukan aturan hukumnya,” terangnya.

Mahfud juga menambahkan, dalam politik, ada perbedaan antara teori/ilmu dengan prakteknya. Karena, secara praktis, politik itu dalilnya adalah kepentingan.

“Secara praktis, politik itu logikanya bagus tapi prakteknya tidak selalu bagus. Karena di dalam politik itu dalilnya adalah kepentingan. Siapa? Mendapat apa? dan dengan cara bagaimana? Itu politik (secara praktis, bukan teori),” tandasnya.

Dalam Seminar Nasional yang bertema “Mitigasi Konflik SARA dan Penguatan Partisipasi Warga” itu, Mahfud MD bertindak sebagai keynote speaker (pembicara kunci). Selain dirinya, pembicara kunci lainnya adalah Gun Gun Heryanto, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.